loading...

Jumat, 15 Maret 2019

IMM, Mencerdaskan Bangsa, Membangun Peradaban


Oleh A Fahrizal Aziz
(Mantan Aktivis IMM)

Judul di atas adalah tema Pelantikan DPD IMM Jawa Timur, yang sukses digelar pada Ahad, 10 Maret 2019 lalu di Gedung Grahadi. Setelah ramai-ramai pasca Musyda di Jember tahun lalu. Sepertinya butuh energi untuk "merampungkan" sengkarut perdebatan yang sempat memanas.

Empat hari berikutnya, tepat milad IMM ke-55. Lebih dari setengah abad organisasi ini berdiri. Ada banyak waktu yang terlewati. Ada banyak sejarah dilalui. Tema "mencerdaskan bangsa, membangun peradaban" sangat tepat kiranya, jika benar-benar dihayati.

Tahun 1964, tahun lahirnya IMM adalah masa-masa krusial perpolitik di Indonesia. Sebab setahun berikutnya pecah peristiwa G30SPKI. Setelah pembelotan (atau lebih tepatnya kontra kepemimpinan Bung Karno) muncul dimana-mana. Setahun berikutnya, kekuasaan Bung Karno semakin lemah dan akhirnya jatuh.

Orde baru mulai menancapkan kekuasaannya. Tak sedikit peristiwa bersejarah terjadi pada kurun waktu 32 tahun kekuasaan Pak Harto. Sebutlah peristiwa Malari dan Reformasi 1998, yang salah satu motor penggeraknya adalah tokoh IMM, Prof. Amien Rais.

Saat reformasi digulirkan, suasana ekonomi setelah itu kian membaik. Salah satu wujudnya, akses pendidikan semakin terbuka, kesadaran untuk belajar ke jenjang perguruan tinggi juga bertambah. Wajib belajar 9 tahun zaman orba naik menjadi 12 tahun untuk sekarang ini.

12 tahun ternyata tidak cukup, paling tidak muncul kesadaran untuk setidaknya lulus S1. Dampaknya, jumlah mahasiswa membludak. Kampus-kampus dipugar dengan indah, dan tentu saja, organisasi mahasiswa kian subur.

Sebab mahasiswa selalu diprovokasi dengan istilah agen perubahan dan agen kontrol sosial. Tak mungkin dua hal itu bisa dijalankan jika hanya duduk di kelas, mengerjakan tugas, berkencan, lulus, bekerja dan kemudian sibuk dengan urusan administratif pekerjaan.

Harus ada wadah yang bergerak, berhimpun, untuk menyalakan api perubahan. Lewat organisasi, kemungkinan itu bisa terjadi. Organisasi pun tak sembarang organisasi. Tak sedikit juga organisasi yang hanya untuk kesenangan sendiri. Untuk sekedar jalan-jalan dan memenuhi sosial media dengan foto-foto minim substansi.

IMM adalah salah satu, dari sekian organisasi mahasiswa yang berusia cukup tua. Lebih setengah abad berlalu. Tentu sudah banyak tokoh dilahirkan, dan masih lebih banyak lagi bibit-bibit baru yang siap tumbuh.

Iklim untuk menumbuhkan itu harus terus dirawat. Tri kompetensi dasar menjadi slogan yang bagus dan cukup menjual, mengesankan sebuah semangat meletup-letup untuk menjadi manusia paripurna, yang unggul dalam tiga lini sekaligus : intelektual, religius, dan humanis.

Komisariat harus menjadi wadah utama dalam merawat iklim tersebut, didukung oleh hirarki di atasnya. Hal itulah yang setidaknya saya alami, sejak bergabung dengan IMM, bergelut di dalamnya selama tak kurang dari lima tahun.

Terbayang ketika saya harus menjadi Kabid RPK (Riset dan Pengembangan Keilmuan) PC IMM Malang, dan musti memenuhi beberapa undangan diskusi, dengan peserta yang kuat bacaannya. Sehingga, seringkali ketika saya diminta menjadi pemantik diskusi, justru menjadi momentum adu wawasan dan bacaan.

Iklim semacam itu membuat saya harus membaca, sebab bila tidak, pasti mati kutu ; kalah berargumentasi, sebab para peserta yang sekalipun baru pimpinan komisariat, sudah melahap beragam bacaan yang menjadi topik diskusi.

Dalam IMM pula saya belajar bahwa diskusi berbeda dengan ceramah. Dalam ceramah peserta hanya duduk dan mengangguk, dalam diskusi peserta bisa tidak sepakat dengan pemateri, mendebatnya dengan bermacam argumentasi, atau sekedar bertanya untuk menguji.

Iklim semacam itu layak untuk dilestarikan, dipupuk agar semakin subur. Melahirkan kader-kader kritis, yang tidak saja luas pengetahuan, namun juga kuat berargumentasi.

Barangkali itu wujud kecil dalam mencerdaskan bangsa, cara-cara sederhana membangun peradaban. Jangan melulu sibuk berpolemik, apalagi berpolemik di internal. Kata Buya Syafii Maarif, berdebatlah karena beda pendapat, bukan karena beda pendapatan.

Semoga, berita-berita kurang sedap dan tidak produktif yang mendera IMM sejak tanwir di Papua, dualisme muktamar, penolakan hasil Musyda dan lain sebagainya, lekas berganti dengan berita-berita yang lebih punya makna.

Selamat milad ke-55. Semakin tua, semakin besar, dan semoga makin banyak melahirkan kader-kader yang handal. []

Blitar, 14 Maret 2019

Senin, 17 Desember 2018

Minum Kopi Membuat Orang Cepat Tua?



SRENGENGE.ID - Benarkah rutin minum kopi membuat orang terlihat lebih tua dari usia seharusnya? Apakah itu sekadar mitos atau memang memiliki argumentasi ilmiah?
tempo co

Kopi mengandung kafein yang disatu sisi punya manfaat bagi tubuh, terutama dalam memperbaiki mood dan fokus, namun ternyata minuman seperti kopi (dan minuman bersifat adiktif lain seperti alkohol, minuman soda, dlsj) bersifat diuretik.
loading...

Artinya, minuman itu tidak diolah secara langsung menjadi air kencing, sehingga betapapun banyaknya dikonsumsi, tidak bisa digunakan untuk mengatasi dehidrasi. Dehidrasi atau kekurangan cairan dalam tubuh ini mempercepat proses katabolisme dalam tubuh, sehingga kulit cepat kering, ganggung pencernaan, sakit kepala dan semacamnya.

Para pecandu kopi seringkali mengalami pusing atau sakit kepala ketika berhenti minum kopi sehari saja. Sebenarnya itu merupakan efek katabolik yang justru diakhibatkan oleh kopi itu sendiri.

Masalahnya, seringkali orang merasa tidak haus lagi setelah minum kopi, padahal kopi tidak mengatasi dehidrasi. Inilah yang membuat katabolisme dalam tubuh bereaksi lebih cepat sehingga orang terlihat cepat tua, dilihat dari keringnya kulit, cepat lelah, salah cerna, dsj.

dr. Hans Diehl dan dr. Aileen Ludington dalam sebuah buku berjudul *Health Power : Health by Choice Not Chance* merekomendasikan agar mengimbangi minum air putih setelah minum kopi dan minuman diuretik lainnya.

Pada intinya minum kopi tidak berdampak terlalu buruk jika asupan cairan lain tercukupi. Karena bagaimanapun kopi bersifat diuretik, sehingga tidak bisa menggantikan peran air putih bagi tubuh. (Red.fa)

Rabu, 05 Desember 2018

Perbedaan Salafiah, Mazhabiah dan Tajdidiah



Dalam Pandangan Prof. Dr. Alyasa Abubakar, Perbedaan salafiah, mazhabiah dan tajdidiah dapat disebutkan sebagai berikut:

No
ASPEK
SALAFIAH
MAZHABIAH
TAJDIDIAH
1
Dasar metode
Internalisasi,
internalisasi,
akademik ilmiah
2
Metode
sederhana, bebas & semena-mena
Lugawiah
Ta`liliah, istislahiah, burhani
3
Orientasi
Masa lalu, Sahabat
Masa lalu, mazhab
Masa kini dan masa depan
4
Cakupan isi
Parsial praktis
Parsial, praktis, sistematis
Padu, menyeluruh sistematis
5
Jumlah kebenaran
Tunggal, tarjih
Tunggal, tarjih
Beragam, tanawwu`
6
Sistematika
Sederhana
Tertutup
Terbuka
7
Penghargaan atas pendapat Sahabat
Bagian dari sunnah Rasul
Bagian dari sunnah Rasul
Sama dengan ijtihad lain
8
Hubungan dengan ilmu &teknologi
Menolak ilmu
Menerima terbatas
Menerima dan memanfaatkan
9
Logika yang dipakai
Subjektif, kata hati, pikiran logis
Logika formal Aristoteles
Logika modern (deduktif, induktif, reflektif)

(Red.S)

Senin, 03 Desember 2018

Menghibur Diri dengan Ilmu Pengetahuan



 Senin, 3 Desember 2018

Kesadaran atau kecintaan terhadap ilmu pengetahuan kadang-kadang datang terlambat. Misalnya, setelah lulus sekolah atau kuliah. Baru menyadari pentingnya, setelah dibenturkan dengan realitas yang ada, baru berujar : dulu kenapa tak serius ya?

Bahkan kalau diingat, begitu girang rasanya ketika bel pulang berbunyi, atau ketika libur sekolah datang. Mungkin karena suasana di dalam kelas yang meletihkan, dan karena terlalu formal, ditambah materi pelajaran yang tidak mengundang selera.

Betapa bersyukurnya mereka yang menemukan kecintaan pada belajar, bahkan saat masa-masa sekolah. Sehingga dengan ringan melangkahkan kaki menuju sekolah, madrasah, atau perpustakaan.

Pada titik kesadaran tertentu, banyak orang mengerti bahwa ilmu pengetahuan ibarat oase yang menyegarkan pikiran, menghibur diri, dan membuat pandangan lebih luas.

Saat harus menjalani tuntutan hidup yang pelik, atau ketika dibenturkan pada kebutuhan realitas yang menjemukan, ilmu pengetahuan bisa sedikit meredakan, melegakan, meski tidak mengatasi persoalan yang dihadapi.

Saat emosi terus diuji karena sikap orang-orang sekitar, maka ilmu pengetahuan, melalui cabang psikologi misalnya, sedikit memberikan pandangan tentang kondisi kejiwaan seseorang, yang terkadang membuat kita lebih belajar untuk memahami ketimbang mengedepankan emosi.

Ketika melihat alam, kita berpikir bagaimana semua ini berkaitan. Bagaimana manusia hidup bersama hewan, tumbuhan, dan segala kompleksitas di dalamnya.

Ketika melihat masyarakat yang majemuk, kita berpikir bagaimana cara masing-masing orang memenuhi kebutuhan hidupnya. Bagaimana mereka saling berinteraksi satu sama lain.

Ilmu pengetahuan berproses secara alamiah dalam pikiran dan jiwa manusia. Hanya saja, seringkali oleh manusia sendiri, hanya digunakan untuk meraih jabatan, pangkat, dan keuntungan materi. Apalagi hanya sebagai prestise.

Seringkali, ilmu pengetahuan hanya di atas namakan dalam sepangkat gelar, selembar ijazah, atau sertifikat. Padahal ilmu pengetahuan berpasangan dengan adab. Keduanya saling terkait dan mewujud dalam sikap dan perilaku.

Itulah kenapa, pada kondisi tertentu, orang mencari kedamaian dengan ilmu pengetahuan, seperti hadir di pengajian, mendengarkan tausiyah yang berisi wawasan dan pengetahuan baru dari Ustad, Dai, atau penceramah.

Itulah kenapa, bagi sebagian orang, perlu datang ke perpustakaan : membaca, merentangkan wawasan, memperkaya pengetahuan dan meluaskan pandangan.

Pada akhirnya, kita menemukan bahwa ilmu pengetahuan itu luas. Tidak saja apa yang tertulis di dalam buku. Kehidupan diri kita sendiri adalah sebuah pengetahuan, kehidupan orang lain, cerita-cerita yang mereka sampaikan.

Sebab itu memang menghibur, meski bukan hiburan. Hadiah Tuhan bagi umat manusia. []

Tabik,
Ahmad Fahrizal Aziz
Just-fahri.blogspot.com

Identitas dan Karakter Muhammmadiyah Menurut Haedar Nashir




Pertama, Muhammadiyah adalah Gerakan Islam, Dakwah Amar makruf nahi munkar dan tajdid, berasas Islam, bersumber pada Al-Qur’an dan As-Sunnah, dengan tujuan terwujudnya masyarakat Islam yang sebenar-benarnya. 

Kedua, dalam beragama Muhammadiyah selalu memperlihatkan sikap wasathiyah (tengahan) dan tidak ghulul (ekstrim), dengan tetap istiqamah pada prinsip-prinsip Islam yang bersumber pada Al Qur’an dan As Sunnah yang shahihah/maqbulah serta mengembangkan akal pikiran yang sesuai dengan ajaran Islam.
loading...

Ketiga, Muhammadiyah memandang  Islam  sebagai  agama  yang  berkemajuan  (Dinul hadharah) dan mengandung kesatuan yang utuh, menyangkut aspek-aspek aqidah, ibadah, akhlaq dan mu’amalah duniawiyah, tanpa memandang satu aspek lebih penting dari yang lainnya, serta mewujudkannya dalam kehidupan pribadi, keluarga, dan masyarakat melalui dakwah yang terus menerus.

Keempat, pandangan Muhammadiyah tentang tajdid atau pembaharuan cendernng seimbang antara  pemurnian  (purifikasi)  dan  pembaruan/pengembangan  (modernisasi, dinamisasi).

Kelima, ideologi Gerakan Muhammadiyah mengedepankan penerapan nilai-nilai dan prinsip Islam dalam kehidupan dan lebih berorientasi pada pembentukan masyarakat Islam. 

Keenam, Muhammadiyah menampilkan corak Islam yang mengedepankan amaliyah yang terlembaga dan terorganisasi sebagai perwujudan dan keyakinan dan pemahaman Islam dalam Muhammadiyah, sehingga Islam termanifestasikan secara konkrit.

Ketujuh, perjuangan Muhammadiyah lebih memilih jalur dakwah di bidang kemasyarakatan dan tidak menempuh jalur politik sebagaimana ditempuh oleh partai politik, dengan tetap menjalankan peran-peran kebangsaan.

Kedelapan, Muhammadiyah menerima Negara Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 sebagai Negara bangsa, untuk berusaha bersama-sama menjadikan suatu Negara yang adil dan makmur dan diridlai Allah SwT: Baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur.

Kesembilan, dalam memosisikan diri di hadapan Negara/Pemerintah, Muhammadiyah senantiasa mengembangkan sikap amar ma’ruf nahi munkar dalam makna memberikan dukungan pada kebijakan-kebijakan yang positif, sebaliknya melakukan kritik secara bijaksana terhadap kebijakan-kebijakan yang dipandang tidak baik. Kesepuluh, sejalan dengan Kepribadian Muhammadiyah, dalam memperjuangkan sesuatu lebih mengedepankan sikap toleran, demokratis, damai, cerdas, bekerjasama dengan golongan manapun untuk kebaikan, kuat dalam prinsip tetapi luwes dalam cara, menjauhi konfrontasi apalagi kekerasan.

Terakhir, bergerak melalui sistem organisasi (Persyarikatan) dan tidak bersifat perorangan dengan menjunjung tinggi semangat kolektif kolegial, demokratis, musyawarah, dan ukhuwah. (Red.S)


Minggu, 25 November 2018

Dua Jenis Penuaan : Kronologis dan Biologis

Beautynesia


SRENGENGE.IDDalam sebuah buku berjudul Natural Hormonal Enhancement, Rob Faigin menjelaskan tentang dua jenis penuaan, yaitu penuaan Biologis dan penuaan kronologis. Dua hal ini bisa sama, namun sangat mungkin berbeda. Mari kita simak uraiannya.

Tahukah anda bahwa ada orang yang usia fisiknya 40 tahun, namun memiliki kebugaran tubuh seperti pemuda berusia 20 tahun? Begitupun sebaliknya, ada orang yang usianya masih relatif muda namun kondisi fisiknya sudah begitu tua.

Rob Faigin menjelaskan bahwa penuaan bisa dilihat secara kronologis, yaitu dari usia hidup kita. Namun bisa juga dari sisi biologis, yaitu kondisi fisik tubuh. Keduanya bisa saling mengikuti, namun tak sedikit yang berbeda.

Ada banyak faktor yang menyebabkan, salah satunya karena penyakit. Mereka yang mengidap progeria misalkan, akan menjadi keriput, rambut rontok, dan terserang penyakit degeneratif seperti atheroslerosis bahkan di usianya yang masih belasan tahun.

Ada juga faktor kebugaran tubuh, kurang olahraga atau aktivitas fisik dan makanan yang dikonsumsi, juga berpengaruh pada tingkat penuaan. Selain itu faktor trauma dan stres yang ekstrem, yang secara drastis meningkatkan hormon katabolik, yang membuat orang menua sebelum waktunya.

Artinya, tua dalam bilangan usia tidak selalu sama dengan tua dari kondisi fisiknya. Begitupun sebaliknya. Hal inilah yang membuat kenapa ada sebagian orang nampak awet muda, meski dengan usia yang sudah lanjut.

Dilihat dari kondisi fisik, tak sedikit orang berusia lanjut yang masih terlihat bugar, produktif, bahkan bisa mengkonsumsi makanan berat seperti daging. Kondisi fisiknya masih memungkinkannya untuk melakukan aktivitas layaknya usia muda.

Itu menunjukkan bahwa usia kronologis tidak selalu sama dengan usia biologis. Usia kronologis terus melaju dari detik ke detik, namun usia biologis bisa mengikuti, lebih cepat, lebih lambat, atau bahkan dihentikan. [red.fa]

Jumat, 23 November 2018

Lukman Harun Menolak Ide Amien Rais


SRENGENGE.ID - Pada 11-13 Desember 1993, Amien Rais memimpin sidang tanwir Muhammadiyah di Surabaya dan membahas soal suksesi kepemimpinan nasional. Tanwir merupakan lembaga permusyawaratan tertinggi setelah muktamar.

Amien Rais mengingatkan, bahwa hampir setengah abad merdeka tetapi bangsa Indonesia belum pernah punya pengalaman bagaimana cara memilih presiden. Bung Karno dan Pak Harto menjadi presiden karena proses sejarah.

Menurutnya, Muhammadiyah yang lahir 33 tahun sebelum kemerdekaan Indonesia, tak ada salahnya untuk urun rembug membahas kriteria pemimpin, yang diperkirakan akan terjadi pada 1998 ketika angkatan 45 sudah larut senja dan paripurna dari pengabdiannya.

Sidang tanwir yang membahas suksesi kepemimpinan nasional tersebut berhasil merumuskan enam kriteria calon pemimpin. Yakni :

1. Harus sudah teruji kesetiaannya pada Pancasila dan UUD 1945.

2. Punya integritas pribadi, tidak bermental korup dan dapat menjadi panutan.

3. Punya komitmen kerakyatan dalam arti selalu mengunggulkan kepentingan bangsa di atas kepentingan golongan, partai, kelompok, keluarga, dan sebagainya.

4. Punya visi masa depan yang ditandai dengan perkembangan iptek.

5. Memperoleh akseptabilitas yang setinggi mungkin dalam masyarakat Indonesia yang serba majemuk.

6. punya jangkauan (reach out) international berhubung Indonesia tidak mungkin ber-autarki tanpa kerjasama dengan negara lain.

Siapapun itu, entah berlatar belakang ABRI, Golkar, birokrasi, parpol, kalangan kampus, dunia wiraswasta, dan lain sebagainya tak menjadi masalah selama memiliki enam kriteria tersebut, dan terpilih dalam konsensus nasional.

Hanya saja, hasil yang sudah disepakati sidang komisi umum tersebut mendapat keberatan dari Lukman Harun, yang juga salah satu pimpinan Muhammadiyah. Lalu diikuti keberatan oleh tujuh pimpinan wilayah.

Menurut pihak yang menolak, pembahasan tersebut terlalu dini, sehingga ada kesan mendesak penguasa. Selain itu, soal suksesi merupakan tugas MPR kala itu, sehingga Muhammadiyah tidak perlu ikut bicara politik.

Karena penolakan tersebut, demi kemaslahatan bersama ala Muhammadiyah, maka hasil sidang soal suksesi kepemimpinan nasional disimpan dulu dan direncanakan dibahas pada Muktamar 1995. (Red.s)

Sumber bacaan :
Buku "Motalitas Politik Muhammadiyah" (1995) karya Amien Rais. Hal 47-50