loading...

Kamis, 13 April 2017

Kehadiran Paguyuban Srengenge

Pengurus Paguyuban Srengenge


Kehadiran Paguyuban Srengenge, melalui kegiatan diskusi dan websitenya srengenge.id adalah upaya kecil untuk menggairahkan kembali aktivitas membaca dan menulis. Sekilas orang bertanya, apa maksud dari tulisan-tulisan di srengenge.id, yang kadang membahas Pemikiran dan Gerakan Islam, tapi disatu sisi juga menulis gerakan dan pemikiran kaum kiri.

Termasuk ketika banyaknya tulisan yang berkaitan dengan Soekarno dan Tan Malaka, ini maunya apa?

Bagi yang sudah membaca, sebenarnya istilah pemikiran kanan atau pemikiran kiri itu memiliki benang merah yang tak terpisahkan. Jika di masyarakat muncul pameo, bahwa gerakan kanan itu arahnya ke surga, dan gerakan kiri ke realitas sosial. Keduanya bukan sesuatu yang terpisah sama sekali.

Selama ini Soekarno sangat jauh dikaji sebagai tokoh kiri, setidaknya dari segi pemikiran. Banyak yang terluka hati ketika membahas Soekarno sebagai seorang Muslim. Ingatan pahit, atau setidaknya, buku sejarah yang telah kita kunyah membuat sosok Soekarno seperti memiliki “dosa besar” terhadap Umat Islam di Indonesia.

Mulai dari pembubaran Masyumi, yang merupakan partai Islam besar kala itu. Juga, berkembang biaknya pemikiran komunisme melalui tubuh PKI, berkat kebijakan politik Soekarno yang memaksa semua partai mengikuti manipol. Meski sebenarnya Soekarno tidak sama sekali anti agama, karena nasakom (nasionalis, agama, komunis) menempatkan tiga ideologi besar itu dalam satu payung.

Sampai saat ini kita memang masih ragu, apakah Agama bisa disatukan dengan Komunisme? Meski keduanya memang sudah bersitegang, bahkan terjadi adu fisik yang menewaskan banyak orang. Dalam kerangka konseptual, keduanya mungkin masih bisa dikompromikan, sebagaimana yang pernah ditulis H.O.S Tjokroaminoto. Namun dalam realitas politik, hampir mustahil disatukan.

Namun toh sejarah telah berlalu. Kita pun tidak bisa berandai-andai. Itulah makanya, artikel tentang Soekarno secara khusus membahas pemikirannya tentang Islam, entah dalam aspek pemikiran politik, atau dalam aspek ibadah.

***
Beberapa tulisan dalam srengenge.id diambil dari buku, terutama buku-buku terbitan lama. Diambil, bukan berati disalin begitu saja. Melainkan, diambil intisarinya, atau kira-kira bagian yang menarik, untuk kemudian ditulis ulang dengan bahasa sendiri.

Kegiatan ini mencakup dua hal : membaca dan menulis. Dua aktifitas ini memang tidak bisa terpisahkan. Ketika menulis, siapapun butuh referensi bacaan. Meskipun referensi tidak hanya dari buku, bisa juga dari realitas dan pengalaman.

Gairah literasi itulah yang coba dimunculkan. Selain membaca dan menulis, juga sesekali diskusi atau bedah buku. Tidak melulu dalam forum besar, biasanya juga dalam forum kecil, di warung kopi dan lain sebagainya.

Besar harapan suatu ketika bisa menerbitkan buku, atau mimiliki lini penerbitan sendiri. Tapi itu cita-cita besar. Dimulai dulu dari yang kecil-kecil, yang bisa terjangkau. Membaca, menulis, dan diskusi. Menyelami dunia ilmu, memperkaya persepsi, agar memiliki pandangan yang lebih luas. Persepsi tersebut akan mempengaruhi sikap dan keputusan yang diambil dalam hidup.

Begitulah kiranya, Paguyuban Srengenge hadir. Entah punya dampak atau tidak, entah bermanfaat atau tidak, kami juga tidak tahu. Kita yakin saja, setiap hal positif, sekalipun itu kecil, semoga tetap memiliki nilai dan kemanfaatan. Wallohu’alam.

Blitar, 12 April 2017
A Fahrizal Aziz