loading...

Senin, 25 Januari 2016

Islam Formalisme



Oleh: Khabib M. Ajiwidodo

Tidak dipungkiri bahwa Islam menjadi bahan yang menarik untuk di kaji, baik dari segi pemikiran, sejarah, sosiologi, hukum   maupun yang lainnya. Perhatian terhadap Islam, baik oleh pengkaji Islam maupun oleh lainnya telah melahirkan beberapa istilah yang mendeskripsikan muatan dari kecenderungan pemikiran Islam. Ada yang bersifat dikotomis, seperti Islam modernis versus Islam tradisional, Islam normatif versus Islam historis, Islam eksklusif versus Islam inklusif, Islam substantif versus Islam formalis, dls. Kali ini yang akan kami bahas adalah mengenai Islam Formalis.


Sebelum Islam masuk di Indonesia, Masyarakat sudah menganut berbagai macam kepercayaan, baik itu kepercayaan agama seperti Hindu dan Budha, maupu kepercayaan terhadap roh yang berkuasa seperti Animisme dan Dinamisme. Setiap Insan manusia memang mempunyai sifat bawaan yaitu sifat hanif, suatu sikap yang berkencenderungan mencintai kebenaran. Proses masuknya Islam di Indonesia beriringan dengan lancarnya jalur pelayaran perdagangan internasional. Pola budaya seperti postur tubuh, bahasa dan pakaian menjadi sangat menonjol kala itu. Keberagaman budaya dan strata kehidupan itulah yang memberikan kontribusi lahirnya aliran Islam Formalistic.


Kelangsungan Islam Formalistic itu juga terjadi sampai sekarang,  banyak factor yang melatar belakangi terjadinya Islam Formalistic di era sekarang, antara lain :

1.      Pendidikan,
 pendidikan yang kurang tentang Islam menyebabkan kerancuan pola pikir seseorang. Masyarakat yang berpendidikan pas pas an mengenai Islam kan melihat Islam hanya dari sisi formalistiknya saja. Contoh: orang dikatakan ahli agama / ulama/ intelektual muslim dilihat dari cara mereka berpakaian, memakai peci atau sarung. Orang yang awam tentang pendidkan agama menganggap semua yang bernafaskan Arab adalah bagian dari Islam.


2.      Ekonomi,
Untuk meyakinkan bahwa Barang dagangannya atau produknya itu sesuai dengan ajaran Islam, maka ditambah istilah “syariah” di belakangnya. Ini bisa di lihat di dunia perbankan. Pada kenyataannya antara bank konvensional dengan bank syariah itu sama saja. Hanya dengan lebel “syariah” maka masyarakat akan menganggap bahwa itu sudah Islami.

3.      Kekuasaan / Politik
Banyak sekali para politisi yang melegetemasikan organisasi politiknya dengan label islam. Hal itu dilakukan semata mata untuk meraih hati Umat Islam agar memilih gerbong politiknya. Walaupun kenyataannya Partai Islam ataupun Partai non Islam kelakuannya sama saja. Ketika memasuki waktu pemilihan umum, bisa kita jumpai betapa banyaknya para calon legislative atau kepala daerah atau bahkan calon Presidenyang menjual agamanya  demi kepentingan politik.   

Dari jaman dulu, sudah banyak partai politik yang menggunakan Symbol Islam, akan tetapi semuanya berada di bawah partai non Islam (nasionalis). Kejadian seperti ini bisa dimanfaatkan partai partai non basic islam untuk memanfaatkan isu reformis. Sejak pasca reformasi sampai Saat inipun di gencarkan kembali isu khilafah, mereka melayangkan konsep khilafah di sebuah yang mana Negara di itu diperjuangkan dan di bangun oleh para tokoh Islam masa lalu.

4.      Prestise / harga diri
 Watak setiap orang adalah ingin di hargai dan dianggap paling (Islami), sehingga saat ini banyak sekali orang yang menggunakan gelar keagaam yang diperolehnya melalui Ibadah. Banyak orang supaya kelihatan Islami maka wajahnya di paksakan memelihara jenggot, bahkan ada yang sampai menggunakan minyak penumbuh jenggot, supaya kelihatan Islami banyak orang yang memakai sorban, Begitu pula orang yang sudah naik haji, banyak orang yang tidak mau di panggil nama panggilan biasa, akan tetapi minta dipanggi “bu haji”, “pak haji” “abah” ataupun “umi”.


Mereka sangat mengagungkan gelar haji atau bahkan (maaf) kiai. Selain hal tersebut juga bnyak di kalangan orang Islam yang lebih bangga menggunakan istilah arab ketimbanga bahasa Indonesia atau bahasa daerahnya. Nilai Islam yang sebenarnya belum menjadi panduan dalam aktivitas kesehariannya.

Berkenaan dengan Islam formalistic ini, Dr (HC) Ir. Soekarno mengatakan  dalam sebuah penggalan pidato yang disampaikannya pada saat perayaan muktamar Muhammadiyah “Tetapi apa jang kita ‘tjutat’ dari Kalam Allah dan Sunnah Rasul itu? Bukan apinja, bukan njalanja, bukan flamenja, tetapi abunja, debunja, asbesnja. Abunja jang berupa tjelak mata dan sorban, abunja yang yang mentjintai kemenjan dan tunggangan onta, abunja jang bersifat Islam mulut dan Islam-ibadat — zonder taqwa, abunja jang cuma tahu batja Fatihah dan tahlil sahaja — tetapi bukan apinja jang menjala-njala dari udjung zaman jang satu ke udjung zaman jang lain ….”


Tokoh Nasional  berkiprah di Internasional seperti Prof. Dr. Din Syamsuddin, MA juga mengeluarkan suaranya yang berkaitan dengan Islam formalistic, “persolan formalisme Islam saat ini telah menjadi polemik dalam masyarakat, terutama di dunia politik. Ia mengaku lebih memilih subtansi ajaran Islam itu sendiri dari pada formalismenya. ”Tentu kalau kalau saya pribadi memilih subtantivisme, yakni penekanan pada substansi atau nilai-nilai Islam untuk memperjungkan kesejahteraan, kemajuan dan keunggulan umat Islam, ”Kalau ada di antara umat Islam ada yang menekankan formalisme keislaman terutama dalam politik itu adalah hak mereka.  Selama itu masih dalam koridor demokrasi dan konstitusi,”


Memang benar kata Soekarno dan Din di atas, bahwa Islam itu sekedar mengajarkan caranya beribadah kepada Allah SWT saja, tidak sekedar Islam dari segi penampilan , akan tepai Islam itu juga mengajarkan bagaimana hubungan manusia dengan manusia lain (humanistic). Banyak di sekitar kita yang hanya Islam KTP, mengaku Islam tapi hanya di bibir saja. Disekitar kita juga banyak orang islam yang hanya mementingkan ibadah kepada Allah, akan tetapi melupakan masyarakat sekitar, mereka lupa bahwa tugas manusia di bumi sebagai “khalifatullah”, yakni wakil Allah dalam mengurus bumi se-isinya. Para penikmat Islam formalis lebih mementingkan sisi formalislmeketimbang Islam secara  Substansi.

 Wallahu a’lam bishowab

Senin, 04 Januari 2016

Batas-batas Etika Berpakaian



 
Waktu masih mahasiswa baru, saya dan beberapa teman sering ngrasani mahasiswa asal Rusia dan Thailand yang sering melaksanakan sholat di Masjid dengan baju sekedarnya. Misal, mahasiswa Rusia sering ada yang sholat dengan kaos ketat serta celana jeans yang ketat pula. Mahasiswa Thailand ada juga yang sholat jamaah menggunakan jersey arsenal.

Beda lagi dengan mahasiswa Sudan atau Arab yang selalu menggunakan jubah serba putih. Tidak hanya pas sholat, pas kuliah pun juga. Bahkan, ketika melihat banyaknya mahasiswa menggunakan batik, dikiranya itu baju perempuan karena ada motif-motifnya.

Mahasiswa Rusia dan Thailand itu kemudian ditegur oleh salah satu musyrif (pendamping mahasantri) bahwa kalau ke masjid usahakan menggunakan baju yang sopan. Ternyata, ukuran sopan masing-masing daerah memang berbeda.

Mahasiswa asal Sudan dan Arab tadi merasa bahwa batik yang serba motif-motif itu juga tidak sopan untuk digunakan sholat. Karena menurutnya, sholat itu harus melambangkan kepolosan, sebagaimana orang meninggal, yang mayat hanya dibungkus kain kafan yang warnanya putih polos. Termasuk baju koko atau yang sering kita sebut busana muslim tapi bermotif, menurut mereka juga kurang sopan.

Berbeda lagi dengan orang Rusia dan Thailand tadi, ukuran sopan di daerah mereka adalah yang menutupi aurat. Meskipun menggunakan jersey bola misalkan, selama menutupi aurat, dalam arti bawahannya pakai celana, bagi mereka itu sudah sopan. Tidak ada istilah busana muslim disana. Busana muslim itu ya yang menutup aurat, apapun jenisnya. Tidak harus baju koko seperti di Indonesia.

Bahkan, perempuan muslim di Rusia dan beberapa negara di eropa, untuk melaksanakan sholat tidak perlu menggunakan mukena seperti di Indonesia. mereka bisa melaksanakan sholat hanya dengan jilbab, kemeja lengan panjang, rok dan kaos kaki.

Sementara kalau di Tiongkok, baju koko justru menjadi kostum khas perguruan kungfu. Kata koko sendiri diambil dari panggilan orang-orang sana.

Jadi, etika berpakaian di setiap negara ternyata berbeda-beda. Tidak mutlak. Ada etika yang didasarkan pada ajaran tekstual, katakanlah soal batasan aurat tadi. Ada etika yang dikonstruksi oleh produk tertentu, katakanlah baju koko tadi, ada pula etika yang di konstruksi oleh budaya, seperti jubah panjang dan polos tadi. Di Indonesia, selain baju koko juga ada sarung dan kopyah/peci. (*)

Blitar, 5 Januari 2016
A Fahrizal Aziz

Jumat, 01 Januari 2016

Perjalanan IMM Blitar




Oleh Atim Pari Purnama

Foto Pasca Pelantikan PC IMM Blitar Periode kedua
Sore itu ketika masih mengutak atik computer untuk menyelesaikan laporan harian di tempatkerja, sebuah sms masuk yang berisi undangan untuk bertemu di rumah sahabat barusaya mas Khabib.

Sepulang kerja akulangsung mandi, tak terasa adzan mahgrib sudah berkumandang sehingga saya sholat dulu. Saat sedang asiknya bercanda dengan keluarga, hp jadul kesayangan kembali berdering dengan jelas suaranya mas Khabib sahabat baruku “Apa aku jemput di terminal?” katanya dengan suaranya yang khas.

“Tidak usah aku tak berangkat sendiri  aja,” Jawabku. Dengan semangat kupacu motor bututku menggunakan mantel, melaju menuju rumah sahabat baruku. Maklum pada saat itu hujan begitu semangat mengguyur bumi  jatinom dan sekitarnya. Sesampai di rumahnya sambutan hangat langsung menghampiriku sehingga tampak gugup dan kulihat di rumah yang sederhana itusudah berkumpul teman-teman dan para sahabat.

Teman yang ku kenal hanyalah Ibnu dan Latifah yang pada saat itu menemani istri mas khabib. Sisanya masih nampak asing. Akhirnya perkenalan berjalan dengan begitu santai. Dari sini mulai kenal dengan mas Najih Prasetyo yang menjadi ketua DPD IMM Jatim, Mas Muslim, Mas Nico dan lainnya. Perkenalan pun bertambah seru ketika hidangan makan sudah disiapkan tuan rumah untuk membatalkan puasa karna pada saat itu teman teman pada puasa yaumul bith atau puasa tengah bulan.

Tak lama kemudian ramah tamah kembali dilanjutkan dengan memberi semangat pada calon- calon pejuang IMM  Blitar yang intinya IMM harus ada dan berdiri di Bumi Bung Karno. Malampun telah larut, ku putuskan untuk berpamitan. Persiapan pendirian pun dilakukan diawali berkoordinasi dengan  bapak- bapak PDM dan kakak -kakak PDPM dan Alhamdulillah restu telah di berikan kepada kami.

Hari yang sangat bersejarahpun tiba, ketika PDM Kabupaten Biltar mengadakan milad yang di adakan di Masjid Al Islah Ngrobyong. IMM ikut memproklamirkan dan mendeklarasikan. Yang pada saat itu mas Najih Prasetyo sendiri selaku ketum DPD IMM Jatim yang melantik personal kepengurusan IMM bumi Bung Karno. Lega, bahagia, bingung bercampur menjadi satu karna pada saat itu saya sendiri yang ditunjuk menjadi ketum Pimpinan Cabang IMM Blitar secara aklamasi.

Alhamdulillah dengan kekompakkan teman-teman dan kerja sama dari sahabat anak-anak IPM maka secara struktural pengurus IMM telah terbentuk tinggal mengatur dan membuat suasana yang nyaman dan harmonis, memang bicara itu mudah apa lagi membual. Ternyata menjadi ketua IMM itu sangat sulit. Butuh kesabaran dan ketelatenan dalam bekerja sama dengan anggota, tetapi dengan menemukan berbagai macam kesulitan dan rintangan saya baru sadar betapa hebatnya para pendiri Muhammadiyah dulu. Tentu tantangan yang kami hadapi tidaklah setara dengan perjuangan mereka. Itulah yang membuat kami bersemangat untuk memberikan yang terbaik untuk IMM dan menjaga amanah yang diberikan.

Terkadang antara suasana hati dan keadaan kurang begitu harmonis, disaat para pengurus IMM dengan penuh semangat bergerak, justru aku yang tak bisa membagi waktu antara pekerjaan dan tanggung jawab di IMM. Tetapi ya sudahlah, biarlah ini menjadi catatan buat IMM kedepan semoga bisa memilih nahkoda yang lebih baik dan lebih sempurna.

Agenda demi agenda telah di rencanakan, dan alhamdulillah teman-teman sepakat untuk mengadakan DAD untuk pertama kalinya. Persiapan pun kemudian dibuat untuk menata dan membuat konsep DAD. Semangat dan kerja keras teman teman-teman sangatlah hebat, hingga dalam waktu yang cukup singkat semua telah siap. Tetapi ujian telah datang menghampiri IMM  dengan meletusnya gunung Kelud pada malam itu, yang membuat para peserta DAD harus pulang karna takut akan bahaya tersebut. Tempat yang dijadikan DAD yaitu gedung dakwah kepanjen kidul dibuat mengungsi para warga sekitar dan harus segera dikosongkan.

Keesokkan harinya panitia DAD kembali menemui kedua tokoh PDM, yaitu pak Riyanto ketua PDM Kota dan Pak Zaenal Arifin selaku sekjen PDM kabupatem Blitar yang dengan wajah seolah tak menggambarkan kekhawatiran berkata yang memberikan saran agar dilanjutkan. Persiapan pun kembali ditata dengan mengumpulkan serta berkoordinasi dengan panitia yang lain bahwa DAD bisa dilanjutkan.

Alhamdulillah DAD pun dibuka sekitar pukul 16.15 oleh bapak Riyanto sendiri dari perwakilan PDM kota Blitar hingga tengah malam serangkaian acara telah dilalui, tidak ketinggalan dari perwakilan DPD IMM Jatim, PDM, dan PDPM. Dan Kak Najih pun selaku komandan DPD IMM jatim juga ikut membakar semangat para peserta DAD dengan materinya pergerakan Mahasiswa.

Betapa bangga yang di rasakan IMM telah memulai pergerakan dengan melakukan pemantaban ideology dan pengaderan yang membuat anggota IMM bertambah solid dan semangat. Namun ada satu hal yang selalu diingat bahwa yang jadi peserta DAD pada saat itu adalah semua panitia DAD itu sendiri. Maka untuk anggota IMM yang perdana pasti akan selalu ingat apa yang dinamakan DAD nya panitia gunung kelud meletus.

Acara DAD pun ditutup kesokan harinya, semua peserta dan aggota DPD IMM Jatim berpamitan untuk melanjutkan pergerakan. Mas Najih dengan senyumannya yang khas dan logat suroboyoan berpesan “seng penting mlaku disek ae rek, wes apek. aku siap bantu”. Setelah berberes dan bersih diri kami mengucapkam terima kasih kepada penanggung jawab gedung dakwah kepanjen kidul tersebut yang pada waktu itu adalah bapak Kustomo yang menjadi ketua pimpinan cabang muhammadiyah kepanjen kidul.

Dalam waktu yang tidak terlalu lama Kembali IMM  Blitar mendapatkan tawaran dari Majelis Pelayanan Sosial(MPS) wilayah untuk membantu  menjaring anak anak SMA dan yang sederajat kususnya kader Muhammadiyah untuk dibimbing agar lolos tes perguruan tinggi sesuai dengan apa yang menjadi program dari Majelis Pelayanan Soial wilayah Jatim tersebut. Akhirnya dengan berbekal bismillah, Saya, Mas Khabib, Ibnu dan Karas langsung menuju salah satu anggota MPAS wilayah yang berada di Malang untuk mengetahui lebih lanjut tentang program yang di tawarkan tersebut, dan peran IMM untuk membantu kelancaran proram yang diadakannya.

Sepulang dari malang anggota dan pengurus IMM pun dengan bersemangat mempersiapkan dan mulai menata apa apa yang diperlukan. Mulai dari yang mengisi materi serta dengan meloby kepala sekolah SMA Muhammadiyah yang pada waktu itu Pak Imam Ashari. Setelah sekian lama kita melakukan perencanaan program dan penataan materi, keadaan dan kesempatan tidak berpihak kepada IMM, karna akhirnya program itu tidak bisa dikerjakan dikarenakan kekurangan SDM dan rumit nya birokrasi.

Rupanya Semangat pejuang pejuang IMM blitar tidak berkurang sedikitpun dengan kegagalan yang diterima malah menjadikan untuk terus meningkatkan semangat berdakwah dan berorganisasi. Hal ini sangat tampak telihat dengan jelas ketika teman-teman merencanakan Rakercab di pantai tambak rejo dengan menggunakan fasilitas mobil PDM Kab. Blitar.

Teman-teman pun dengan sangat antusias mengeluarkan ide, gagasan, program untuk kemajuan pergerakan IMM Bumi Bung Karno. Ada agenda penting yang menjadi topic hangat saat itu yaitu memutuskan siapa yang mewakili IMM Blitar untuk menjadi peserta dalam hajat akbar Muktamar IMM yang akan di adakan di Manahan solo. Dan keputusanpun di ambil bahwa Ahmad Taufik, Arinal Azis yang mewakili untuk menjadi peserta Muktamar.

Dalam Muktamar itu Alhamdulillah Immawati Arinal Azis menjadi sek presidium dalam salah satu sesi Muktamar tersebut. Berarti IMM Blitar sudah mulai dikenal dikalangan Cabang-cabang IMM lain. Kepulangan dari Muktamar teman teman membawa oleh oleh berupa Tanfidz, SPI, juga sempat sempat nya teman-teman membelikan aku hem IMM. Mungkin karena aku masih menjadi ketua cabang. Kita menjadi sering diskusi untuk merancang bagaimana arah gerak IMM di Blitar dan sumbangsih dari sesepuh IMM blitar IMMawan Khabib Mulyo Aji Widodo sangat mewarnai pergerakan IMM yang dengan sangat telaten selalu memberikan dorongan dan terus membakar semangat pejuang -pejuang imm Blitar.

Hingga pada saat perang gaza kembali terjadi di Palestina, segenap jajaran pengurus dan anggota IMM pun melakukan rapat koordinasi untuk sedikit membantu mengurangi penderitaan rakyat Palestina. Dan tercetuslah ide untuk mengadakan aksi damai dan pengggalangan dana yang bertempat di perempatan apotek lovi Kota Blitar yang kala itu menjad korlapnya adalah Immawan Ibnu Winarno yang juga Ketua Pimpinan Daerah Ikatan Pelajar Muhammadiyah Blitar. Betapa indahnya melihat kebersamaan ini terjadi kekompakan Antara IMM dan IPM.

Agenda itu sangat bermanfaat untuk mengakrabkan antar personel dan juga bisa menjadi ajang untuk silaturahim dari para kader yang sudah lama tidak bertemu, bisa meleburkan diri dalam kebersamaan. Karna modal kekuatan organisasi salah satunya adalah kebersamaan dalam berfikir dan menentukan apa yang akan dicapai dan dicita-citakan.

Menjelang Ramadhan tiba kembali kita disibukan dengan merencanakan agenda apa yang cocok dan bisa dilakukan untuk mengisi bulan yang penuh dengan berkah itu. Dengan sepakat teman-teman ingin mengadakan buka bersama dan kajian keIslaman di lapas Anak (LPC) yang beralamatkan di jalan Bali Kota Blitar. Dengan berbekal kemauan dan doa kita dapat menyelenggarakan buka bersama dengan mendatangkan salah satu pembicara dari Malang yaitu Kang Dadang.

Suasana kajian pun bertambah meriah ketika perwakilan dari PDM kota yang pada waktu mengisi kajian tentang amalan yang harus di lakukan pada bulan Ramadhan dengan memberikan bingkisan berupa uang jajan kepada audien.

Adzan magrib mulai berkumandang menandakan kita harus segera membatalkan puasa, semua peserta dan panitiapun menikmati menu yang telah kita siapkan dari rumah dan yang bertugas untuk konsumsi adalah Immawan Karas Candra Ghupta Khan, itulah kehebatan kader IMM Blitar bahwa dalam menjalankan tugas tidak pernah memandang itu bagian Immawan ataupun Immawati. Semua bergotong royong saling membantu dan melengkapi demi kesuksesan sebuah agenda bersama.

Tak terasa sudah beberapa bulan tidak ada kajian dan kegiatan. Muncullah berbagai macam persoalan yang datang menyapa, mulai renggangnya rasa ikatan, kurangnya komunikasi yang berakhibat kita sedikit acuh dengan permasalahan organisasi, juga ada berbagai macam pekerjaan yang harus di selesaikan oleh individu dan masa-masa itu merupakan sebuah masa kesunyian dan kesepian yang membuat semuanya semakin jauh dari kebersamaan dalam pergerakan.

Selanjutnya Musycab IMM Blitar yang pertama harus di adakan. Mau tidak mau, suka tidak suka. Dan siap ataupun tidak siap kita harus segera melaksanakan Musycab. Itu yang membuat para kader IMM harus bekerja dan berfikir untuk segera persiapan Musycab. Alhamdulillah Musycab perdana IMM Blitar telah berhasil di selenggarakan di Aula SD Aisyah Jatinom dengan dihadiri oleh sahabat sahabat IMM dari Kediri yang menghasilkan sebuah keputusan bahwa pemilihan ketua umum belum bisa dilaksanakan karna pada saat itu yang hadir sangat sedikit.

Hanya disepakati bahwa pemilihan ketua umum IMM akan dipilih di lain waktu dengan dibentuk panitia khusus yang pada waktu itu diketuai oleh Immawan Khabib Mulyo Ajiwidodo. Berdasarkan pertemuan dan usaha panitia khusus setelah mengadakan pertemuan di rumahnya ketua tim khusus menetapkan dan  memutuskan bahwa ketua IMM Blitar diamanahkan kepada Karas Candra Ghupta Khan.

Dengan terpilihnya ketua yang baru diharapkan pergerakan IMM Blitar bisa semakin baik dari sisi kualitas dan kuantitas. Namun setelah terpilih ketua IMM yang baru, masa masa sunyi dan sepi kembali hinggap tak tahu sebab yang pasti. Mungkin semua pada sibuk mengurus aktivitasnya masing masing.

Disaat pergerakkan IMM mengalami kesunyian, dengan tiba-tiba muncul sebuah tawaran dari Immawati Sukma Ulinuha yang pada waktu itu gabung di grupnya IMM jatim, bahwa ada agenda dari cabang cabang IMM sejatim untuk mengadakan silatcab, dan blitar menawarkan diri untuk menjadi tuan rumah. Entah dengan pertimbangan apa teman teman dari cabang-cabang lain kemudian menyetujui dan sepakat bahwa Blitar yang menjadi tuan rumah silatcab IMM se-Jatim.

Bahagia, bingung, mumet bercampur menjadi satu harus mempersiapkan segala persiapan dari A sampai Z. Mungkin itulah luar biasanya IMM blitar. Baru muncul sekali langsung dipercaya sebagai tuan rumah silatcab IMM Jatim. Persiapan pun dalam waktu yang sangat singkat segera di lakukan dan yang menjadi penanggung jawab acara adalah senior Khabib Mulyo Aji Widodo dan untuk penggalian dana di serahkan kepada Immawati Muchlis Yuri Arista yang sangat pandai dalam melobi donatur. Tak lupa Immawati Dian dan Mala yang bertanggung jawab dengan keahliannya di bidang konsumsi yang kebagian mengutak atik susunan acara adalah Immawati Arinal Azis dan Siti Latifah.

Dengan begitu teman-teman mulai bekerja dan berfikir untuk menyukseskan agenda besar tersebut. Di grup wa IMM Blitar kembali ramai, berbagai ide dan gagasan pun muncul dengan mengalir. Alangkah serunya pada waktu itu semua kader IMM Blitar serasa menyatu dalam sebuah tujuan yang satu. Berbagai persolanpun dapat kita atasi dengan semangat kebersamaan dan persatuan.

Alhamdulillah hari yang dinanti pun tiba. Silatcab IMM Jatim telah datang dan kita sudah siap. Untuk pembukaan kita tempatkan di gedung Bapemas Kota Blitar sekaligus untuk temu kangen dan curhat cabang-cabang IMM. Tak lupa puncak acara yaitu bedah buku dengan tema Islam Sontoloyo dan Pemikran Islam Soekarno kita adakan di Auditorium Perpustakaan Bung Karno yang menjadi pemateripun kita minta bantuan Boy Pradana ketua umum Wilayah PDPM Jatim dan Bapak Suyatno Kepala Perpustakaan Bung Karno.

Dua agenda penting yang telah ditorehkan IMM Blitar adalah mampu mengadakan bedah buku yang menjadi spirit organisasi untuk mengadakan kajian keilmuan dan mampu membuka hubungan dengan pihak perpustakaan Bung Karno guna memfasilitasi berbagai macam bentuk program kajian yang akan diadakan oleh IMM blitar.

Semoga ini menjadi titik awal kebangkitan pergerakkan IMM Blitar untuk melahirkan program yang berkesinambungan dan membumikan gerakan keilmuan.



Pesan untuk pejuang pejuang IMM BUMI BUNG KARNO
Sampaikanlah kerinduan dan cinta akan pergerakan dan perjuangan dengan berlandaskan keikhlasan kesabaran dan ketakwaan. Teruslah mewarnai kehidupan dengan beramal yang ilmiah dan berilmu yang amaliah jangan takut untuk terus maju karna Allah SWT akan selalu bersama dengan orang-orang yang selalu menegakkan kebenaran dan berjihad di jalanNya.

                                                                                     Blitar, 24 November 2015
                                                                                         Atim Pari Purnama
                                                                       (Mantan Ketum PC  IMM  Blitar)