loading...

Rabu, 30 Mei 2018

Mantan Penasehat B.J Habibie, Meninggal Dunia

Prof M. Dawam Rahardjo, Ketua tim Penasihat Presiden B.J Habibie (1999) meninggal dunia pada  Rabu 30 Mei 2018, sekitar Pukul 21.35 WIB di RS Yarsi Jakarta Pusat.


Beliau dikenal sebagai ekonom, sekaligus Cendekiawan Muslim Indonesia, yang sekaligus guru besar bidang ekonomi Universitas Muhammadiyah Malang.


Jenazah akan dibawa dari rumah sakit ke rumah duka pada Kamis pagi di Komplek Billymoon,
Jl. Kelapa Kuning III Blok F 1 No. 2, Duren Sawit  Jakarta Timur.


Rencananya jenazah akan dikebumikan Kamis Legi, 31 Mei 2018, di Taman Makam Pahlawan Nasional Kalibata Jakarta Selatan.


Almarhum Lahir di Solo Jawa Tengah, 20 April 1942. Karir akademiknya dan politiknya cukup panjang, antara lain :


- Alumni Fak. Ekonomi UGM (1969)
- Pemimpin Jurnal Ilmiah Prisma (1980-1986)
- Direktur LP3ES (1980-1986)
- Guru Besar Ilmu Ekonomi Universitas Muhammadiyah Malang (1993)
- Ketua Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia Pusat (ICMI) (1995-2000)
- Dekan Universitas As Syafi'yah
- Direktur Pelaksana Yayasan Wakaf Paramadina (1988-1990)
- Direktur Pusat Pengembangan Agribisnis (1992)
- Ketua Tim Penasihat Presiden BJ. Habibie (1999)
- Rektor Universitas Islam 45 Bekasi (1994 - 2004)
- Rektor UP45 Yogyakarta (2013-2017)

Rabu, 23 Mei 2018

JIMM dan UMM Gelar Tadarus Pemikiran 2018

Jaringan Intelektual Muda Muhammadiyah (JIMM) bersama Universitas Muhammadiyah Malang kembali menggelar acara Tadarus Pemikiran. Acara ini berlangsung selama 2 hari, 23-24 Mei 2018 di ruang sidang BAU UMM.


Berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, tadarus kali ini memberikan ruang seluas-seluasnya bagi kader-kader muda Muhammadiyah untuk mempresentasikan pemikirannya yang ditulis dalam sebuah paper.


"Jadi pemateri atau pemakalah utama berasal dari "pendatang baru" JIMM, sementara penggerak JIMM awal menjadi panelis," jelas Pradana Boy.


Penggerak JIMM awal yang hadir dalam kesempatan itu antara lain, Dr. Pradana Boy ZTF, Prof. Dr. Zakiyudin Baidhawy, Dr. Hilman Lathif, Dr. Zuly Qodir, Piet Hizbullah Khaidir, MA, Dr. Ai Fatimah Nur Fuad, MA dll.


Dalam sambutannya, rektor UMM Drs. Fauzan, M.Pd mengatakan pentingnya acara semacam ini, sebab dalam internal Muhammadiyah sering muncul pertanyaan mendasar seputar ideologi.


"Kalau bisa acara semacam ini lebih sering diadakan," harap Fauzan.


Konsep baru ini dibuat dalam rangka memberikan ruang dialektika kepada kader-kader muda.


"Ada 32 paper yang akan dipresentasikan. Pemakalahnya pun bervariasi, ada yang sudah Doktor, magister, sarjana, bahkan masih menempuh sarjana. Harapannya JIMM akan membangun jembatan antar pemikiran aktivis-aktivis Muhammadiyah," ujar Pradana Boy, selaku Koordinator nasional JIMM. (red.s)


Presiden Resmikan Kawasan Pesantren Modern Terpadu Prof. Dr. Hamka II


Presiden Joko Widodo meresmikan kawasan Pesantren Modern Terpadu (PMT) Prof. Dr. Hamka II di Kota Padang, Senin, 21 Mei 2018. Kawasan PMT Prof. Dr. Hamka II yang diresmikan terdiri dari gedung sekolah SMP, SMA, rumah susun, dan Masjid Hj. Yuliana.


Presiden tiba di PMT yang terletak di Jalan Bypass Km. 15, Kecamatan Koto Tangah, Kota Padang sekitar pukul 13.15 WIB. Presiden yang mengenakan peci hitam dan jas berwarna biru kemudian berjalan kaki menuju tempat acara peresmian.


Dalam sambutannya, Presiden memuji ketokohan Buya Hamka. Menurutnya, Buya Hamka adalah tokoh besar Islam bagi masyarakat Minang, masyarakat Indonesia, dan bahkan mancanegara.


"Almarhum Buya Hamka adalah tokoh ulama yang dihormati, sastrawan besar, sejarawan yang disegani dan tokoh yang menaruh perhatian besar kepada pendidikan, ilmu pengetahuan, terhadap generasi muda kita, generasi Indonesia," tutur Presiden.


Pesantren Modern Terpadu Prof. Dr. Hamka ini, kata Presiden, adalah bukti nyata bahwa cita-cita Buya Hamka telah berhasil menembus waktu dan generasi.


"Dimulai dengan kesederhanaan, sampai sekarang akhirnya kita meresmikan gedung unit sekolah baru SMP, SMA, rusun dan juga masjid Hj. Yuliana," lanjutnya.


Presiden berharap pesantren ini akan terus menjadi ladang subur bertumbuhnya santri yang berakhlak mulia, tangguh, ulet, dan selalu optimis.


"Harapan kita semuanya adalah agar Pesantren Modern Terpadu Prof. Dr. Hamka ini terus menjadi ladang subur bertumbuhnya santri yang berakhlak mulia, yang akhlaqul karimah, yang tangguh dan ulet yang selalu bersikap optimis, dan yang akan membawa Indonesia menjadi negara yang _baldatun toyyibatun wa robbun ghofur_," ujar Kepala Negara.


Peresmian kawasan PMT ini ditandai dengan pembunyian sirine secara langsung oleh Presiden Jokowi. Presiden juga menandatangani prasasti sebagai tanda peresmian gedung sekolah SMP, SMA, dan rumah susun PMT Prof. Dr. Hamka II.


Sebelum mengakhiri sambutannya, Presiden mengucapkan sebuah kutipan Buya Hamka, 'Kemunduran negara tidak akan terjadi kalau tidak kemunduran budi dan kekusutan jiwa'. Kutipan ini adalah kutipan Buya Hamka dalam bukunya yang berjudul 'Dari Lembah Cita-Cita'.


Turut hadir dalam acara peresmian PMT ini adalah Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy, Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimuljono, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi, Sekretaris Kabinet Pramono Anung, Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala BPN Sofyan Djalil, Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Archandra Tahar, Gubernur Sumatera Barat Irwan Prayitno, dan Ketua Pembina Yayasan Wawasan Islam Indonesia Ahmad Syafii Maarif.


Padang, 21 Mei 2018
Deputi Bidang Protokol, Pers, dan Media Sekretariat Presiden


Bey Machmudin

Senin, 14 Mei 2018

UNDANGAN DISKUSI, 18 Mei 2018

Salam Merdeka


Diskusi mingguan kita masih berlanjut, kali ini dengan agenda bincang buku Mencapai Indonesia Merdeka karya Ir. Soekarno.


Buku ini ditulis Soekarno pada 1933, di Pangalengan, Bandung Selatan. Ada banyak hal dibahas, terutama tentang makna kemerdekaan.


Untuk itu kami mengundang bapak/ibu, pelajar, mahasiswa, dan masyarakat umum untuk hadir dalam bincang buku tersebut pada :


Hari : Jum'at, 18 Mei 2018
Jam : 13.30-15.30 WIB
Tempat : ruang audio visual Perpustakaan Bung Karno


Penyaji : Budi Kastowo, Pustakawan/Soekarnolog


Acara ini gratis dan terbuka untuk umum. kami tunggu kedatangannya.


Salam Merdeka

Minggu, 13 Mei 2018

Dituduh Otoriter, Ini Jawaban Cerdas Mahatir

Selama 22 tahun memimpin Malaysia, Mahatir Muhammad sering disebut sebagai pemimpin otoriter. Ia kemudian menjawab tuduhan tersebut, dalam sebuah wawancara dengan anchor CNN Indonesia.


Menurutnya, kalau memang dirinya otoriter, dia akan terus memimpin sampai akhir hayat, dan meneruskan jabatan ke anak cucu.


"Kalau saye otoriter, saye tak lepas jawatan (jabatan). Lagipula, ketika pemimpin otoriter berhenti berkuasa, dia akan diburu rakyat. Saye tidak lakukan itu semua," jelas Mahatir.


Sebelum terpilih kembali sebagai perdana menteri, Mahatir Muhammad pernah memimpin Malaysia selama 22 tahun, dan berhasil merubah negeri jiran itu menjadi kekuatan ekonomi baru di Asia.


Selain disebut bapak pemodernan Malaysia, Mahatir juga berhasil menyelamatkan Malaysia dari krisis ekonomi 1998. Meski pada akhirnya melepas jabatan, namun figur Mahatir masih sangat kuat, sehingga bisa memenangkan pemilu meski dengan partai dan koalisi baru. (Red.s)


Resep Sehat Mahatir Muhammad

Pemilu raya Malaysia begitu disorot sebab Tun Mahatir Muhammad kembali terpilih sebagai Perdana Menteri. Padahal diusia 78 tahun ia menyatakan untuk tidak aktif lagi ke politik. Namun dukungan publik membuatnya kembali berkuasa, saat usianya menjelang 93 tahun.


Meski sudah berusia lanjut, namun kesehatan Tun Mahatir sangat prima, bahkan sanggup berpidato sambil berdiri dengan durasi yang cukup lama. Ia pun nampak masih enerjik. Lantas apa resep hidupnya sehingga masih terlihat bugar diusia lanjut?


Dalam wawancara dengan Strait Times tahun lalu, Mahathir mengaku sangat menjaga kesehatan. Pertama, ia selalu menjaga berat badannya berada di kisaran 62-64 kg dalam tiga puluh tahun terakhir.


Mahatir pun ternyata tidak memiliki resep khusus soal makanan dan minuman, baginya yang terpenting tidak makan terlalu banyak, sehingga berat badannya terkontrol.


Hal ini berdasarkan suatu studi pada monyet yang dibacanya. Dalam studi tersebut, monyet yang diberikan makanan rendah kalori memiliki umur yang lebih panjang.


Namun begitu, Mahatir menjelaskan bahwa dirinya juga tidak bisa menghindari penyakit, seperti penyakit jantung.


"Saya tidak sepenuhnya sehat. Saya memiliki masalah jantung dan pneumonia pada suatu waktu. Saya juga pernah mengalami batuk parah ketika paru-paru terinfeksi," ungkapnya.


Selain itu, Mahathir juga tidak merokok, minum alkohol dan tak pernah makan berlebih. Kebiasaan sehatnya ini membuatnya terhindari dari obesitas yang rentan dialami orang-orang seusianya.


"Orang-orang yang sudah melewati umur tertentu memiliki perut yang besar, dan untuk memuaskannya, mereka makan dan minum secara berlebihan, padahal hal tersebut membebani jantung," tutupnya. (Red.s)


Jumat, 11 Mei 2018

Pertemuan ke-6 Diskusi Mingguan "males baca"

Diskusi Mingguan di Perpustakaan Bung Karno, yang digelar setiap hari Jum'at, sudah masuk pertemuan ke-6. Sudah 6 buku dibahas, dengan 6 penyaji yang berbeda.


Jum'at berikutnya, sudah masuk bulan ramadan, masuk pula dalam zona khusyuk beribadah. Sehingga ada pertanyaan, apakah diskusi ini berlanjut? Atau break dulu sampai selepas lebaran?


Juga yang terpenting, apakah diskusi ini masih ada peminatnya?


Kadang-kadang saya hadir lebih awal, sekitar jam 1 siang untuk singgah dulu di lantai bawah, membaca majalah atau tabloid. Terutama majalah Tempo dan Gatra.


Setengah jam kemudian naik ke atas, masih sepi. Kalau tidak bertemu Pak Budi, biasanya Mbah Gudel, atau Mas Fauzi. Juga beberapa pustakawan lain yang belum sempat berkenalan.


Mungkin hanya pada pertemuan kedua, edisi Tan Malaka, saya datang terlambat. Disana sudah ramai orang, beberapa kursi yang biasanya kosong pun terisi.


Ketika kita menggagas sebuah diskusi, dan kemudian banyak yang hadir, tentu muncul kegembiraan tersendiri. Ada letupan semangat. Apalagi ini diskusi yang sebenarnya agak berat.


"Kali ini yang datang kok banyak?" Canda kami, yang selepas acara, ngopi bareng di kedai telkom. Mulanya, sebelum bertemu Pak Budi untuk menawarkan diskusi mingguan ini, kami duduk berempat membahas konsep.


Empat orang ini harus menjadi penyaji awal ; mencari buku, membacanya, lalu menyampaikannya. Sementara pustakawan akan mengomentari dari perspektif berbeda.


Setelah konsep diskusi disepakati, maka disebarkanlah informasi, termasuk grup whatsapp yang bernama "Males baca", mirip komunitas yang sementara kami jadikan nama, agar tak berpretensi terlalu tinggi.


Yang masuk grup begitu banyak. Entah, apakah sempat membaca pengumuman yang tersebar atau tidak, sehingga banyak yang bergabung, dan apa kira-kira tujuannya bergabung? Sebab grup itu hanya sebagai sarana informasi untuk pertemuan di dunia nyata, bukan sekedar grup maya seperti yang lainnya.


Minimal, kalau 50% saja anggota grup wa itu ikut diskusi, maka semua kursi bisa terpenuhi. Tetapi tidak demikian adanya. Sehingga grup kadang hanya menjadi arena berbagi postingan demi postingan.


Beberapa orang menyarankan agar harinya diganti, begitu pula dengan jamnya. Hari Jum'at memang hari aktif. Anak sekolah, mahasiswa, atau yang kerja masih ada aktivitas sampai setidaknya jam 3 sore.


Karenanya, ada beberapa yang ingin hadir dalam diskusi, namun terkendala ruang dan waktu.


Tetapi kami sampaikan banyak terima kasih yang sudah rutin bergabung setiap Jum'atnya, meluangkan waktu untuk datang, dan kadang hanya sebagai pendengar.


Inginnya setiap diskusi kami dokumentasikan dalam bentuk video, lalu mempostingnya ke youtube, agar yang tidak hadir bisa ikut menyimak. Namun upaya itu belum maksimal.


Kami sebenarnya sangat merindukan adanya diskusi mingguan semacam ini. Apalagi di Kota seperti Blitar. Terlebih ditunjang oleh adanya Perpustakaan Bung Karno yang megah dan representatif.


Sampai jumpa pada diskusi-diskusi berikutnya. []


Blitar, 12 Mei 2018
Ahmad Fahrizal Aziz

Selasa, 08 Mei 2018

5 Kandidat Kuat Wakil Jokowi di Pilpres 2019



Joko Widodo memastikan akan maju kembali dalam Pilpres 2019. Namun hingga saat ini, belum nampak jelas siapakah Cawapres yang akan mendampinginya, mengingat Jusuf Kalla besar kemungkinan tidak akan maju lagi karena sudah 2 periode mejabat Wakil Presiden.

Beberapa nama muncul, selain dari Partai pengusung, menteri kabinet, juga dari unsur Militer. Berikut lima nama yang kemungkinan menjadi kandidat kuat mendampingi Joko Widodo pada Pilpres 2019 nanti.

1. Puan Maharani



Nama Puan Maharani santer disebut, karena selain putri dari Megawati Sukarnoputri, Puan saat ini juga mejabat Menko PMK. Nama Puan Maharani juga disodorkan sejumlah kader PDIP.

Majunya Puan sebagai Cawapres bisa membuka peluang dirinya untuk maju dalam Pilpres 2024 kelak, sekaigus menjadi penerus dari Megawati Sukarnoputri.

2. Airlangga Hartanto


Dari semua partai koalisi yang mendukung Jokowi, Golkar adalah partai dengan suara terbesar kedua. Jika Jokowi merupakan representasi dari PDIP, maka sangat logis jika Golkar mendapat kursi wakil Presiden.

Saat ini Airlangga Hartanto duduk sebagai Menteri Perindustrian, juga sekaligus Ketua Umum Partai Golkar. Tentu peluangnya untuk maju sebagai Cawapres Jokowi sangat terbuka lebar. Sosoknya pun kemungkinan juga akan didukung oleh seniornya, yaitu Jusuf Kalla.

3. Sri Mulyani


Nama Sri Mulyani juga santer disebut, bahkan oleh mantan ketua MK Mahfud MD. Kepakaran Sri Mulyani dalam bidang ekonomi tentu menjadi pertimbangan penting, apalagi melihat fokus pembangunan infrastruktur yang besar-besaran.

Hal yang sama juga dilakukan SBY pada pilpres 2009, dimana SBY memilih Boediono yang pernah mejabat Gubernur Bank Indonesia sebagai cawapres. Menurut beberapa pengamat, cawapres dalam bidang keahlian ekonomi dan keuangan menjadi faktor penting untuk menggenjot kinerja pada periode kedua.

Sri Mulyani bisa menjadi kandidat kuat karena merupakan figur profesional dan bukan kader partai politik.

4. Gatot Nurmantyo


Jenderal (Purn) Gatot Nurmantyo menjadi sosok dari kalangan Militer yang paling sering disebut. Mantan Jenderal TNI tersebut diangkat di era Presiden Jokowi dan merupakan sosok yang dikenal masyarakat.

Gatot juga dekat dengan kalangan Islam, khususnya yang mendukung gerakan 212. Selama menjadi Panglima TNI, ia berhasil mengendalikan massa demonstrasi dengan jalan damai.

Sosok Gatot tentu akan menjadi pertimbangan penting, selain karena elektabilitasnya cukup tinggi, figur Gatot bisa melengkapi duet Sipil-Militer.

5. Moeldoko


Nama Jenderal TNI (Purn) Moeldoko juga menjadi salah satu kandidat kuat pendamping Jokowi. Saat ini Moeldoko mejabat sebagai Kepala Staf Kepresidenan dan menjadi sosok penting dalam setiap kebijakan Presiden.

Sebagai mantan Panglima TNI, tentu nama Moeldoko juga menjadi pertimbangan penting, sekaligus akan menjadi duet Sipil-Militer. (red.s)

posted from Bloggeroid

Senin, 07 Mei 2018

Diskusi Mengenal H.O.S Tjokroaminoto

Diskusi "tadarus kebangsaan" edisi Jum'at 4 Mei 2018 membahas sosok H.O.S Tjokroaminoto, disampaikan oleh Sulkhan Zuhdi, Mahasiswa Aqidah Filsafat IAIN Tulung Agung. Diskusi dimulai jam 14.00-16.00 WIB bertempat di ruang Audio visual Perpustakaan Bung karno.


H.O.S Tjokroaminoto/Cokroaminoto merupakan tokoh awal pergerakan Islam. Meski dari keturunan bangsawan dan dipersiapkan khusus sebagai pegawai/praja, namun beliau memilih jalan hidupnya sebagai buruh dan aktivis pergerakan, mulai dari Sarekat dagang Islam, Sarekat Islam, dan turut serta dalam gerakan buruh.


Di Surabaya, ia dan Istri membuka kos-kosan. Banyak yang indekos disitu, baik pelajar dan pekerja, seperti Soekarno, Semaoen, Kartosuwirjo, Alimin, Darsono, dlsb. Mereka semua pada nantinya juga sebagai aktivis pergerakan nasional.


Untuk lebih jelasnya silahkan klik link video DISINI


Untuk mengikuti diskusi-diskusi berikutnya silahkan pantau Intagram @paguyuban_srengenge. Diskusi terbuka untuk umum dan gratis.


FLP Blitar Gelar Kelas Menulis Puisi

Forum Lingkar Pena (FLP) Blitar menggelar kelas menulis puisi angkatan pertama. Acara berlangsung di aula Universitas Nahdlatul Ulama Blitar (6/5/18). Acara dimulai pukul 08.30-12.00.


Ini untuk kesekian kalinya FLP Blitar menggelar acara puisi, setelah sebelumnya mengadakan parade puisi dan gempa puisi akhir tahun.


Acara kelas puisi ini diikuti oleh sebagian anggota FLP Blitar dan peserta khusus kelas puisi. Narasumber yang mengisi adalah mentor puisi FLP Blitar yaitu Hendra Burhanudin, Jon, dan Ahmad Radhitya Alam.


"Alhamdulilah acara lancar," ujar Saiful Hardianto, selaku Ketua pelaksana.


Tiga sesi materi yang dihadirkan antara lain, pengenalan puisi dari dasar, tips trik memenangkan lomba, dan cara menembus media massa.


Karena ini merupakan kelas menulis puisi, maka tidak berhenti dalam satu kali pertemuan saja. Akan ada pertemuan lanjutan, namun tidak semua mengikuti.


"Yang mengikuti kelas lanjutan hanya yang mengambil paket 3. Kita ada 3 paket pendaftaran, yang mendaftar paket 3 akan mengikuti kelas lanjutan," ujar Muthmainah, salah satu panitia.


Kelas lanjutan akan dilaksanakan setelah hari raya idul fitri dalam empat pertemuan, dan hasilnya akan diterbitkan dalam bentuk antologi puisi. (Dk/ed)

Jumat, 04 Mei 2018

UNDANGAN DISKUSI, 11 Mei 2018

Pada hari Jum'at, 11 Mei 2018 kita akan membahas pemikiran Soekarno yang tertuang dalam buku "Sarinah". Yang akan membahas tentang perempuan dan perannya dalam kemerdekaan.


Untuk itu kami mengundang bapak/ibu, pelajar, mahasiswa, dan masyarakat secara umum untuk hadir dalam diskusi "tadarus kebangsaan" pada :


Hari : Jum'at, 11 Mei 2018
Jam : 14.00-16.00 WIB
Tempat : di ruang koleksi khusus Perpustakaan Bung Karno Blitar


Penyaji dalam kesempatakan kali ini adalah Rosy Nursita Anggraini dari Forum Lingkar Pena Blitar.


Salam Merdeka

Kamis, 03 Mei 2018

Sejauh Mana PSI Betahan?

Kenapa Partai Sosialis Indonesia (PSI) yang dimotori Sjahrir tidak laku pada pemilu 1955? Sebab cara yang digunakan kurang populer, sebagaimana yang tertulis dalam sejumlah buku, salah satunya karya Lukman Santoso Az.


Saat partai lain memainkan agitasi, PSI mencoba menempuh jalan edukasi. Kata Sjahrir, kader parpol tidak harus banyak asalkan militan. Pemikiran tersebut membuat Sjahrir, sekalipun kalangan elite waktu itu, bukan sebagai tokoh sentral.


Beda dengan PNI, PKI, atau juga Masyumi. Alhasil PSI keok, dengan hanya memperoleh 5 kursi dengan prosentase 1,99%. Padahal Sjahrir begitu berjasa "membungkam" Belanda di sidang PBB, yang membuat Indonesia diakui sebagai sebuah bangsa.


Namun barangkali Sjahrir kurang memainkan ketokohannya, karena sibuk melakukan edukasi ke daerah-daerah. Karena itu, sekalipun partai ini memperoleh suara kecil, namun muncul beberapa tokoh yang dikenal "Sjahrir Boys", alias orang yang dekat dengan Sjahrir.


Beberapa nama legenda seperti Soedjatmoko Mangoendiningrat, Soedarpo Sastrosatomo, dan Rosihan Anwar termasuk "Sjahrir Boys".


Dalam kultur politik di Indonesia, ketokohan menjadi sangat penting, bahkan hingga saat ini. Meskipun sudah menggunakan sistem demokrasi, namun justru partai politik sendiri enggan beranjak dari kultur dinasti.


Lalu bagaimana dengan parpol kontestan pemilu 2019?


Kini muncul kembali PSI, dengan tagline Solidaritas. Akronim yang sama persis dengan PSI Sjahrir, namun kemasannya berbeda. Diisi oleh anak-anak muda, bahkan pengurus pusatnya ada yang masih kuliah.


Menariknya, Ketua Parpol ini adalah perempuan. Begitu langka parpol yang diketuai seorang perempuan. Sebagian besar pengurus yang mengemuka ke publik pun juga perempuan.


PSI termasuk yang aktif bermain sosial media, dengan sebagian pengurus yang masih muda, bahkan konon sebagian besar antara 20-30 tahun. Kalangan muda menjadi target utama.


Akan tetapi, tanpa tokoh sentral, seberapa mampu kah sebuah partai akan bertahan? Sebab banyak yang akhirnya gulung tingkar usai pemilu, karena tidak memenuhi ambang batas perolehan suara.


Bahkan yang memiliki tokoh besar pun, juga tertatih-tatih untuk sekedar lolos verifikasi KPU, sebut saja PKPI dan PBB. Partai baru selain PSI, yaitu Partai Berkarya dan Garuda, juga punya tokoh sentral.


Mungkin juga Golkar, tetapi hampir semua politisi Golkar adalah orang-orang lama, lapisan stukturnya begitu kuat. Barangkali juga PAN, meski lekat dengan sosok Amien Rais, namun selalu mampu berganti ketua Umum setiap 5 tahun sekali.


PKS, dan barangkali PPP juga demikian. Tidak memiliki tokoh sentral, meski memiliki tokoh kharismatik. Namun di akar rumput punya kultur yang kuat nan solid.


Sayangnya hingga saat ini pergulatan politik masih memainkan figur. Megawati di satu sisi, Prabowo dan SBY di sisi yang lain, atau Surya Paloh. Sementara yang lain kadang hanya menjadi penonton, dan bersuara di panggung-panggung yang terbatas.


PSI terlihat begitu lincah di sosial media, namun bukan tanpa lawan. Lawannya juga sangat kuat, mesin-mesin agitasi via buzzer dan sejenisnya.


Karenanya, dukungan kepada figur yang kuat menjadi faktor penting. Misalkan mendukung Jokowi, yang notabene "figur bebas", artinya tidak identik dengan parpol manapun, meski diusung oleh PDIP.


Apakah kultur dan suasana politik kita telah berubah, sehingga tokoh sentral nan populis tidak lagi punya dampak signifikan?


Mungkin iya, sebab pada pemilu 2019 nanti, anak-anak yang lahir pasca reformasi, yaitu antara tahun 1999-2002, sudah memiliki hak memilih. Suasana akan lebih berbeda lagi pada tahun 2024.


Tinggal seberapa mampukah parpol menyegarkan citranya, membuat kemasan yang tidak monoton dan membosankan. Tinggal seberapa mampukah parpol menunjukkan bahwa dirinya bukan sekumpulan orang elit yang jauh dari rakyat.


Dan yang paling penting, seberapa mampukah nantinya parpol yang berhasil mengirimkan wakilnya ke jabatan-jabatan publik, bisa benar-benar memperjuangkan kepentingan rakyat. Sebab parpol yang bertahan biasanya yang punya kekuasaan.


PSI dengan gaya dan pendekatan baru, apakah benar-benar mampu bersaing dengan partai lain yang sudah mapan dan kuat, setidaknya untuk sekedar lolos Parliamentary threshold sebesar 4%.


Tentu ini tidak mudah. Parpol yang memiliki tokoh sebesar Yusril Ihza Mahendra dan A.M Hendropriyono pun tidak lolos pada pemilu 2014 silam. Padahal PBB termasuk partai lama, yang sempat menamai neo Masyumi. Bahkan simbol benderanya pun sama.


Selain A.M Hendropriyono, PKPI juga punya Bang Yos (Sutiyoso). Namun toh juga tidak lolos.


Partai-partai besar tetap akan bertahan, dengan tokoh dan basis massa yang kuat. PDIP terutama, Golkar dan Gerindra. Suara NU tentu akan menyebar, mungkin juga ke PKB, PPP dan partai lainnya.


PSI secara khusus membidik pemilih muda, namun parpol lain juga melakukan hal yang sama. Bahkan andai PSI mengandalkan basis suara Muhammadiyah, PAN dan Perindo pasti akan menjadi pesaing yang kuat.


Sebagai partai baru, PSI menawarkan sebuah pendekatan yang menarik dan berbeda, yang mungkin di masa depan akan menjadi saluran politik yang nyaman bagi anak muda, seniman, musikus, atau pekerja kreatif lainnya.


Akan tetapi, persaingan politik begitu ketat. Kita berharap partai ini bisa melewati ambang batas 4% suara nasional dan tidak gulung tikar selepas pilpres 2019 nanti. []


Blitar, 3 Mei 2018
Ahmad Fahrizal Aziz


Lingkar Studi Sejarah Politik Indonesia (Lakspi)