loading...

Sabtu, 22 Juli 2017

Kenapa Orang Bodoh Cenderung Sok Tau?

Srengenge.id - Mungkin anda pernah mendapati orang yang seolah tahu banyak hal, sementara kita menyadari jika apa yang disampaikannya selalu nampak kurang logis dan terkesan mengada-ada.
Jika anda pernah menemui hal demikian, jangan kaget, karena dalam hidup ini banyak orang yang seperti itu. Ilmu Psikologi pun menjelaskan beberapa tipe orang seperti itu.

Pada dasarnya setiap manusia ingin diakui, yang paling khusus diakui keberadaannya. Namun orang yang berilmu dan berwawasan luas, pada akhirnya menyadari bahwa banyak hal yang sebenarnya belum ia ketahui dan tidak mungkin mengetahui semua hal.

Maka jangan heran, ketika kita mendapati seorang yang menurut kita pakar atau ahli, namun ia justru rendah hati. Misalkan ditanya tentang suatu hal, sementara dia tidak tahu, maka ia akan berbicara apa adanya. Tidak khawatir kepakarannya diragukan orang lain.

loading...

Ia menjawab tidak tahu, karena dua alasan. Sebenarnya dia bisa saja menjawab pertanyaan tersebut, tapi dia belum yakin. Daripada jawabannya keliru dan menyesatkan, maka ia jawab saja tidak tahu.
Atau bisa jadi dia tahu, tapi merasa ada orang lain di sekitarnya yang lebih tahu. Sehingga ia berharap pertanyaan tersebut dijawab oleh orang yang lebih tau tersebut.

Itu justru menunjukkan kedewasaan mental dan keilmuan seseorang. Ia hanya akan menjawab sesuatu yang ia ketahui, namun dengan tingkat akurasi yang tinggi. Inilah yang membuat orang lain hormat dan mengakuinya.

Sementara kebalikannya, orang bodoh justru ingin terlihat sok tahu, karena ia butuh pengakuan. Hal itu muncul karena tekanan psikologis, yang merasa dirinya tidak diakui orang sekitar.

Dalam Psikologi, ada istilah Mythomania. Yaitu orang yang selalu berbohong demi pengakuan. Bedanya dengan bohong biasa, pengidap penyakit ini terlihat tenang dan santai saat berbohong. Seolah tidak sedang berbohong. Celakanya kalau sampai banyak orang percaya.

Pada masyarakat feodal penyakit ini justru banyak mengidap para pejabat, yang merasa memiliki otoritas. Apalagi jika pengikutnya adalah masyarakat tak berkesadaran. Kekeliruannya, atau cerita yang dibuat-buat guna menjatuhkan lawan politik, dianggap sebagai fakta.

Gejala paranoia juga banyak menjangkiti orang yang sok tahu, padahal sebenarnya dia tidak tau apa-apa. Paranoia adalah penyakit psikologis dimana seseorang merasa dirinya lebih tahu dari orang lain, merasa sebagai orang besar yang kata-katanya selalu benar.

Ada juga gejala post power syndrome. Biasanya ini mengidap pensiunan pejabat, yang dulunya pernah punya kekuasaan. Ia menjadi keras kepala dan harus dipatuhi, seolah dia masih berkuasa.
Dia pun sering sok tahu, padahal kondisi zaman sudah berbeda. Sementara masalah baru tidak pernah bisa diatasi dengan cara-cara yang lama. [Red.s]

Kamis, 20 Juli 2017

Berkunjung ke Lapas Anak, Mahasiswa Akuntansi Unisba Tularkan Semangat Wirausaha

Srengenge.id - Rabu, 19 Juli 2017, Himpunan Mahasiswa Prodi Akuntansi (HMPA) Unisba Blitar mengajak anak Lembaga Pemasyarakatan Khusus Anak (LPKA) Blitar untuk berwirausaha.

Luki, selaku Ketua HMPA Unisba Blitar menyampaikan materi terkait semangat berwirausaha.

"Menjadi seorang wirausaha itu mudah, yang terpenting disini yaitu menjaga komitmen," ujar Mahasiswa Akuntansi Semester 5 ini.

Selain itu ia juga menceritakan kisah orang - orang sukses yang dilalui dengan menjadi seorang wirausaha, dilanjutkan dengan membuka diskusi plan, kira-kira produk apa yang bisa dihasilkan mereka disini.

Sehingga pada waktu kosong, anak-anak LPKA juga dapat menghasilkan sesuatu yang bersifat ekonomis. HMPA pun nantinya juga akan membantu untuk distribusi produk yang mereka hasilkan. (Sukma/red.s)

Jumat, 14 Juli 2017

Wasiat KH Ahmad Dahlan kepada KH Ibrahim

Catatan Khusus Kiyai Muhammad Soedja' *



“Him,” kata K.H.A Dahlan sewaktu masih dapat bicara dengan tenang dan tenteram,

“Agama Islam itu kami misalkan laksana gayung yang sudah rusak pegangannya dan rusak pula kalengnya sudah sama bocor dimakan karat, sehingga tidak dapat digunakan pula sebagai gayung.

Oleh karena kita umat Islam perlu akan menggunakan gayung tersebut, tetapi tidak dapat karena gayung itu sudah sangat rusaknya. Sedang kami tidak mempunyai alat untuk memperbaikinya, tetapi tetangga dan kawan di sekitarku itu hanya yang memegang dan mempunyai alat itu, tetapi mereka juga tidak mengetahui dan tidak digunakan untuk memperbaiki gayung yang kami butuhkan itu. Maka perlulah kami mesti berani meminjam untuk memperbaikinya.

Siapakah tetangga dan kawan-kawan yang ada di sekitar kami itu? Ialah mereka kaum cerdik pandai dan mereka orang- orang terpelajar yang mereka itu tidak memahami Agama Islam. Padahal mereka itu pada dasarnya merasa dan mengakui bahwa pribadinya itu muslim juga. Karena banyak mereka itu memang daripada keturunan kaum muslimin, malah ada yang keturunan Pengulu dan Kiyai yang terkemuka. Tetapi karena mereka melihat keadaan umat Islam pada umumnya dalam keadaan krisis dalam segalagalanya, mereka tidak ingin menjadi umat yang bobrok.

Oleh karena itu, dekatilah mereka itu dengan cara yang sebaik-baiknya sehingga mereka mengenal kita dan kita mengenal mereka. Sehingga perkenalan kita bertimbal balik, sama-sama memberi dan sama-sama menerima.
_____________________

Tentang Penulis :

Muhammad Syoedja’ adalah murid dan kader langsung KHA. Dahlan, bersama-sama dengan adik dan teman-temannya, seperti Haji Fakhruddin, Ki Bagus Hadikusumo, Haji Muhammad Zain, Haji Muhammad Mokhtar, KHA. Badawi, R.H. Hadjid dan lain-lain.

Jika KHA. Dahlan adalah peletak dasar aktivitas amal usaha sosial Muhammadiyah, maka H. Muhammad Syoedja’ adalah perumus dan sekaligus penafsirnya dalam realitas gerakan. Ketua Bahagian Penolong Kesengsaraan Oemoem (PKO) yang pertama, salah satu perintis RS PKU Muhammadiyah, pendiri rumah miskin, rumah anak yatim, dan pelopor gerakan Persatuan Djamaah Hadji Indonesia (PDHI).

Sumber tulisan:
“Cerita Tentang Kiyai Haji Ahmad Dahlan, Catatan Haji Moehammad Soedja’”

Rabu, 12 Juli 2017

Meletakkan Afi Nihaya Pada Tempatnya

Srengenge - Setelah sempat populer dan dikagumi banyak orang, kini angin seolah berbalik, Afi Nihaya Faradisa mendapatkan label kuat sebagai plagiator. Tidak saja melalui tulisan-tulisan yang pernah ia buat. Namun juga video yang baru saja ia upload.

Setidaknya, jika kita ketik nama Afi Nihaya Faradisa di mesin pencari google, yang banyak muncul justru berita negatif.

Popularitas Afi berawal dari postingannya di facebook yang kemudiam viral. Media pun mengangkat sosoknya, bahkan pernah diundang di acara talk show Kompas Tv sebagai tamu utama.

Berlebihan? Mungkin iya. Di era digital ini orang bisa tiba-tiba terkenal dan tiba-tiba hilang. Bahkan bisa tiba-tiba memiliki banyak pengikut di sosial media, meski belum jelas kapasitasnya sebagai apa atau ahli apa.

Afi jelas masih remaja yang baru lulus SMA. Umumnya remaja memang mengalami tingkat kelabilan yang tinggi. Tapi dia mungkin remaja yang agak berbeda dengan kebanyakan, terutama tentang hobinya membaca buku.

Afi juga punya kemampuan menulis dan berbicara yang bisa dibilang lumayan untuk usianya. Cuma apakah banyak atau sedikit tulisannya yang ternyata copy paste milik orang lain, itu hanya Afi yang tahu.

Sayangnya, potensi bagus Afi ini harus tercoreng dengan apa yang kini melekat padanya : plagiator. Sebutan ini tentu merupakan kabar buruk, bahkan sangat serius untuk akademisi atau penulis. Bahkan selevel Profesor pun bisa tumbang hanya karena ketahuan memplagiat sebuah artikel.

Afi Nihaya masih sangat muda, masih banyak proses yang harus ia jalani untuk kemudian menjadi ahli atau pakar. Jika karena urusan popularitas Afi kemudian memplagiat karya orang, tentu ini kesalahan fatal.

Terlalu dipuja dan dielu-elukan memang mempengaruhi suasana bathin seseorang, apalagi jika dielu-elukan cerdas dan cemerlang. Ia akan terus berusaha terlihat cerdas, meski harus mengatasnamakan karya orang lain dengan dirinya.

Jalan Afi Nihaya masih panjang, masih banyak proses yang harus dilalui. Lulus SMA saja belum cukup. Harus terus belajar, menulis lebih banyak, dan kurangi eksis di media. [Red.s]

Ttd
Paguyuban Srengenge

Selasa, 11 Juli 2017

Hanya KPK yang Bisa Menyerang Jantung Kekuasaan

Srengenge - Pakar Hukum tata negara UGM, Refly Harun menilai ada banyak alasan kenapa KPK selalu diserang, salah satunya karena selama ini hanya KPK yang bisa menyerang jantung kekuasaan.

"Sudah banyak Menteri, Kepala daerah, dan anggota DPR yang terjaring KPK. Artinya apa, hanya KPK yang secara masif bisa langsung menyerang jantung kekuasaan. Hal yang barangkali sulit dilakukan Kepolisian atau Kejaksaan," ujar Refly dalam dialog di salah satu stasiun televisi swasta.

Seperti yang kita tahu, DPR akhirnya membentuk pansus hak angket untuk KPK. Hak angket ini kemudian mendapatkan protes keras dari berbagai kalangan, termasuk dari mantan komisioner KPK sendiri.

Meskipun DPR menyatakan bahwa hak angket ini untuk memperkuat KPK, namun publik justru menilai ada aroma politis dibalik hak angket ini, terutama yang berkaitan dengan kasus E-KTP yang sedang bergulir. [red.s]

Senin, 10 Juli 2017

Piknik Gagasan





Piknik serupa rekreasi, tujuannya menyegarkan fikiran yang penat dan kacau. Tapi kacaunya fikiran tidak selalu karena kurangnya piknik, bisa jadi karena kurangnya persepsi dan wawasan, sehingga masalah kecil dibesar-besarkan. Fikiran tidak sanggup merespon substansi, sehingga melelahkan dan menyebabkan emosi.

Namun sayangnya piknik selalu diartikan bepergian ke tempat-tempat wisata. Sesekali memang dibutuhkan, terutama berkunjung ke alam ; pantai, gunung, hutan, sungai, air terjun, dsb. Karena berwisata ke alam terbuka bisa menyejukkan fikiran, jika dihayati sungguh-sungguh.

Tapi menyegarkan fikiran bisa berarti pula menyegarkan cara berfikir atau sudut pandang, agar tidak kaku dan membeku. Fikiran yang kaku biasanya menjadi tertutup, sukar menerima fikiran-fikiran yang berbeda, diluar dari fikiran yang sudah dibekukan sendiri dalam otak, sehingga sulit digugat.

Kekakuan berfikir bisa disebabkan oleh sifat fanatik. Sifat fanatik memunculkan rasa bahwa diri dan kelompoknya merasa paling benar. Sehingga mudah emosi dan berprasangka buruk. Kekakuan seperti ini perlu lekas disegarkan, agar tidak menjadi penyakit kronis.

Mau seperti apapun, kekakuan itu sesungguhnya menyiksa diri sendiri. Ibarat saraf otot, ia perlu penyegaran, entah dengan cara pijat atau relaksasi. Karena saraf yang kaku itu membuat tubuh tidak nyaman, aliran darah tidak lancar, tubuh sulit digerakkan, sehingga sangat menyiksa dan membuat hidup tidak produktif.

Fikiran yang kaku juga demikian. Melelahkan dan menyiksa. Apa tidak capek marah-marah, apa tidak capek berprasangka, apa tidak capek berkonflik? Fikiran yang kaku perlu disegarkan, perlu piknik. Namun bukan piknik ke tempat-tempat wisata, apalagi wisata buatan yang mahal, sehingga sepulangnya piknik bukan tambah segar otak, tapi tambah masalah karena kantong jebol.

Otak kaku perlu piknik gagasan. Piknik gagasan bisa dengan cara membaca buku, diskusi dengan orang yang berbeda sudut pandang, atau belajar merasakan menjadi orang yang berbeda dengan kita. Dengan begitu kita menyadari jikalau manusia merespon banyak hal dengan cara yang berbeda-beda, entah dari ilmu yang dimiliki atau dari sudut pandang lain.

Kita membaca buku dengan tema yang sama, tapi ditulis oleh orang yang berbeda, maka hasilnya juga akan berbeda. Begitu pun dengan kitab-kitab, seperti kitab Fiqh. Tema besarnya tentang Fiqh, tapi muncul beberapa mazhab.

Beberapa ahli berpendapat, mazhab itu adalah gagasan yang sudah divalidasi, sumber rujukan sudah kuat, sehingga memiliki dasar yang bisa dipertanggung jawabkan. Itulah kenapa tidak semua gagasan kemudian bisa serta merta disebut mazhab. Karena mungkin masih sekedar asumsi. Artinya, kalau mazhab saja tidak tunggal, apalagi dengan gagasan?

Dengan membaca buku, maka kita akan “bepergian” dari gagasan yang satu ke gagasan yang lain, yang berbeda, yang membuat kita mengetahui bermacam gagasan. Dari gagasan ke gagasan tersebut, kita belajar menimang, mana yang sekiranya mencerahkan dan mana yang sekiranya justru memperkeruh.

Jika semakin bertambahnya wawasan, juga bertambahnya ilmu semakin membuat fikiran keruh, sepertinya ada yang salah. Ilmu itu, kata Imam Syafii, ibarat cahaya (nur). Cahaya itu mencerahkan. Jika fikiran sudah cerah, maka pandangannya lebih jelas. Bahkan disatu sisi bisa menerangi yang lain.

Keberhasilan piknik gagasan adalah ketika fikiran cerah, terbuka, dan bisa menampung yang berbeda-beda karena ia faham beragam perbedaan karena “jam terbang”-nya bepergian dari gagasan satu ke gagasan yang lainnya. Selamat berpiknik. []

Blitar, 30 Juni 2017
A Fahrizal Aziz

Rabu, 05 Juli 2017

Situs Nalarsehat dot com Hadir Menjaga Nalar Publik

Srengenge - Menyikapi banyaknya isu dan berita yang tidak sehat, beberapa tokoh menggagas sebuah situs yang menyajikan pemikiran kritis dan berimbang. Situs itu beralamat di www.nalarsehat.com

Beberapa pegiat yang terlibat merupakan gabungan dari akademisi, pengusaha, wartawan, pekerja profesional, pegiat sosial, sastrawan dan mahasiswa.

Sebagian besar pengelola dan kontributor situs ini adalah kader Muhammadiyah yang prihatin melihat banyaknya isu dan propaganda yang memanfaatkan Umat Islam demi kepentingan tertentu.

Sesuai namanya, Nalar Sehat dot com berupaya menyajikan tulisan yang bernalar dan menyeimbangkan. Tidak provokatif dan memperkeruh suasana keberagamaan.

Semoga situs ini bisa menyajikan tulisan yang mengajak pembaca untuk lebih kritis dan mengaktifkan nalarnya dalam merespon beragam isu. [Red.s]