loading...

Kamis, 19 Juli 2018

Kilas Balik ber-IMM (2)



Dua Kader Titipan

Ada screaning sesaat setelah kami tiba di lokasi DAD. Dalam screaning itu ditanya beberapa hal terkait ke-Islaman, ke-Muhammadiyahan, dan lain sebagainya.

Instruktur yang me-screaning saya adalah Mas Wildan SP. Sepertinya komisariat pelopor kekurangan instruktur, sebab Mas Wildan kemudian saya tahu adalah mahasiswa jurusan Teknik Informatika (TI).

Beberapa bulan kemudian, ia terpilih menjadi ketua Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) TI pada pemilu raya 2010.

Fungsi screaning tersebut tidak lain adalah melihat sejauh mana wawasan peserta DAD terhadap materi yang akan diikuti. Sehingga waktu di dalam forum, ada perlakuan yang berbeda.

Dalam evaluasi terutama, Instruktur akan memberikan feedback kepada peserta yang ketika screaning, dirasa pengetahuannya soal ideologi belum cukup. Sebab itulah tujuan besar DAD.

Dari lima peserta, mungkin hanya saya yang kurang. Empat diantaranya, apalagi Rasikh Adila, sepertinya punya wawasan yang cukup luas, apalagi terkait ke-Islaman.

Dan saya perlu mengoreksi tulisan pertama dari catatan "kilas balik ini", bahwa jumlah peserta DAD ada 6. Satu orang bernama Fariz. Anaknya gaul dan rambutnya belah samping. Tetapi dia tidak ikut sampai akhir DAD.




###
Setelah Isya, datang lagi dua peserta baru. Satu perempuan, satu laki-laki. Peserta DAD jadi 8 orang.

Yang perempuan saya sungguh lupa namanya, hanya ingat kalau dia jurusan biologi. Titipan dari komisariat Revivalis.

Satu lagi, Yusuf Hamdani dari Ponorogo, jurusan Psikologi, titipan dari komisariat Reformer.

Ada enam fakultas di UIN Malang waktu itu. Idealnya satu fakultas satu komisariat, tetapi karena mempertimbangkan kuantitas, sementara dua fakultas satu komisariat.

Komisariat Pelopor untuk fakultas tarbiyah dan syariah. Komisariat Reformer untuk fakulas humaniora-budaya dan Psikologi. Serta komisariat Revivalis untuk fakultas Sains-teknologi dan Ekonomi.

Sekarang mungkin sudah beda.

Dua peserta baru itu pun memperkenalkan diri. Peserta yang bernama Yusuf ini nampak percaya diri, gaya bicaranya pun formil. Saya menduga dia terlalu sering membaca buku-bukunya Dale Carnegie. []

ditulis di Blitar, 19 Juli 2018
Ahmad Fahrizal Aziz