Sabtu, 27 Agustus 2016
Jumat, 12 Agustus 2016
Repon Prie GS terhadap Polemik Full Day School
Budayawan Prie GS ternyata juga merespon polemik full day school melalui akun facebooknya. Berikut responnya :
Saya setuju dengan rencana program One Day School untuk membentuk generasi yang tahan banting dan tidak lembek. Anak-anak memang tidak perlu banyak bermain dan siang malam harus mengerjakan PR demi negaranya. Budaya peloncoan harus dikembalikan karena ternyata ia membentuk karakter yang kuat dan tak kenal takut. Ini penting untuk menghadapi musuh negara. Kalau perlu anak-anak harus sering menginap di sekolah untuk tambahan pelajaran. Demi kedekatan hubungan para orang tua sebaiknya juga berkemah di lingkungan sekolah untuk menyemangati putra-putri mereka. Menteri, dirjen, kepala sekolah demi memberi contoh kerja keras ini seyogianya pulang ke rumah hanya boleh sebulan sekali. Setiap menteri berganti, kurikulum juga harus ganti. Pejabat baru harus membuat gebrakan segebrak-gebraknya agar bangsa ini melahirkan generasi gebrak.
Mimpi, Cita-cita, dan Ilusinya
Oleh : Iqbal F.
Ini Respon Aktivis IMM terkait Full Day School
Pro kontra atas ide Mendikbud Muhadjir Efendy soal penerapan full day school mendapatkan tanggapan beragam dari aktivis IMM (Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah) yang notabene adalah organisasi otonom Muhammadiyah dilingkup Universitas.
Berikut tanggapan dari beberapa aktivis IMM yang mereka utarakan melalui akun sosial media masing-masing.
Ali Muthohirin, Sekjend DPP IMM
"..Polemik full day school semakin aneh, banyak yg mengutarakan bahwa itu hanya cocok di perkotaan, bukan di pedesaan, mereka mungkin tdk tahu klo di pedesaan sblm ada istilah full day school, kami yg org desa sdh biasa menjalani sekolah model itu tanpa tau istilah full day school..hehe..pulang skolah lanjut diniyah ato TPQ sampai maghrib..blm lagi anggapan model ini bs mengurangi waktu anak dg org tua, klo ada yg bilang seperti itu, sama dg menganggap bahwa sistem pondok pesantren itu salah..hehe
Bahkan ada yg menolak sistem full day school tp mereka menjalankan madrasah diniyah bahkan mengkampanyekan "ayo mondok".hehe
#aneh
Najih Prasetyo, Sekbid Kader DPP IMM
"...Biar kekinian, komentar dikit lha...
Tidak berbicara pro maupun kontra, tetapi lebih pada bagaimana sikap hampir masyarakat kita yg lebih pada reaksioner semu, saya katakan semu kenapa?? Karana sikap kontra mau pro yg kita sampaikan tdk lebih pada kajian akademisnya, tetapi lebih pd sikap sentimen terhadap tokoh ataupun instansi tertentu.
Kenapa reaksioner, ternyata isu #FDS ini direspon seakan akan ini sudah ditetapkan menjadi kebijakan yg berpayung hukum, sekali lagi ini baru sebatas ide, suka suka pak mentri donk punya ide apa aja, kok kita ikutan sewot..
Seandainya yg dikeluarkan bersifat kebijakan yg berpayung hukum, boleh lha kita protes2 sama pak mentri seperti protes2 sekarang ini.
Nah Klo ide itu mau dijadikan kebijakan kan ada kajian yg meliputi bla bla bla...
Orang pada lupa ya bahwa tagline #AyoMondok dan #BanggaJadiSantri juga bagian dr FDS, duh pikirannya kemana coba.
Klo saya sih sejak TK sudah full day school. TK nya di TK ABA lagi..,
MI juga full day school, MIM juga..
SMP MA apa lagi...,,"
Kamis, 11 Agustus 2016
Djarot Berpeluang Dicalonkan Gubernur Oleh PDIP
Setelah Tri Rismaharini nampak enggan dicalonkan menjadi DKI 1, nama yang paling realistis bagi PDIP --sebagai partai pemenang pemilu-- adalah Djarot Saiful Hidayat yang kini menjabat sebagai Wakil Gubernur DKI Jakarta.
Memang nama Djarot nampak tenggelam dalam perolehan hasil survey, oleh karena sosoknya memang tidak gencar diberitakan media, sekaligus belum adanya keputusan dari Partai.
Ahok sendiri pernah menilai Djarot sebagai figur pemimpin yang berhasil ketika 10 tahun menjadi Walikota Blitar. Apalagi ditengah mulai merosotnya simpati warga terhadal Ahok yang memilih maju dari jalur partai. Nama Djarot dinilai sangat realistis untuk dicalonkan.
Selain itu, dengan terbentuknya koalisi tujuh partai, peluang Djarot untuk menjadi calon alternatif sangat terbuka lebar. Yang menjadi soal, siapakah calon yang sekiranya cocok mendampinginya?
Calon yang memiliki track record yang baik, berpengalaman, serta memiliki visi yang bagus untuk Jakarta kedepan. (Red. 003)
Respon Netizen Terkait Full Day School Dinilai Berlebihan
Meski baru wacana, respon netizen terhadap gagasan Mendikbud Muhadjir Efendy dinilai terlalu berlebihan. Hal itupun menjadi sasaran haters yang memang senang memainkan isu, hingga membawa nama ormas sebagai justifikasi.
Seperti kita tahu, Mendikbud Muhadjir Efendy berniat menerapkan ajaran nawacita dengan melakukan full day school (FDS). FDS sendiri bertujuan menambah jam sekolah untuk kegiatan non akademik.
"Jam tambahan nanti akan dibuat aktivitas yang menggembirakan," jelas Mendikbud dalam video konpres yang diposting media "20 detik".
Namun gelombang protes begitu kencang, sampai timbul asumsi negatif yang berkaitan dengan lembaga atau kelompok yang berkepentingan dalam penerapan FDS. Memang selama ini ada sekolah yang menerapkan FDS dan berafiliasi dengan kelompok tertentu.
Namun demikian, masyarakat berharap agar pihak kementrian lekas memberikan penjelasan yang kongkrit terkait FDS agar polemik tidak berkepanjangan. (Red.008)