loading...

Minggu, 25 November 2018

Dua Jenis Penuaan : Kronologis dan Biologis

Beautynesia


SRENGENGE.IDDalam sebuah buku berjudul Natural Hormonal Enhancement, Rob Faigin menjelaskan tentang dua jenis penuaan, yaitu penuaan Biologis dan penuaan kronologis. Dua hal ini bisa sama, namun sangat mungkin berbeda. Mari kita simak uraiannya.

Tahukah anda bahwa ada orang yang usia fisiknya 40 tahun, namun memiliki kebugaran tubuh seperti pemuda berusia 20 tahun? Begitupun sebaliknya, ada orang yang usianya masih relatif muda namun kondisi fisiknya sudah begitu tua.

Rob Faigin menjelaskan bahwa penuaan bisa dilihat secara kronologis, yaitu dari usia hidup kita. Namun bisa juga dari sisi biologis, yaitu kondisi fisik tubuh. Keduanya bisa saling mengikuti, namun tak sedikit yang berbeda.

Ada banyak faktor yang menyebabkan, salah satunya karena penyakit. Mereka yang mengidap progeria misalkan, akan menjadi keriput, rambut rontok, dan terserang penyakit degeneratif seperti atheroslerosis bahkan di usianya yang masih belasan tahun.

Ada juga faktor kebugaran tubuh, kurang olahraga atau aktivitas fisik dan makanan yang dikonsumsi, juga berpengaruh pada tingkat penuaan. Selain itu faktor trauma dan stres yang ekstrem, yang secara drastis meningkatkan hormon katabolik, yang membuat orang menua sebelum waktunya.

Artinya, tua dalam bilangan usia tidak selalu sama dengan tua dari kondisi fisiknya. Begitupun sebaliknya. Hal inilah yang membuat kenapa ada sebagian orang nampak awet muda, meski dengan usia yang sudah lanjut.

Dilihat dari kondisi fisik, tak sedikit orang berusia lanjut yang masih terlihat bugar, produktif, bahkan bisa mengkonsumsi makanan berat seperti daging. Kondisi fisiknya masih memungkinkannya untuk melakukan aktivitas layaknya usia muda.

Itu menunjukkan bahwa usia kronologis tidak selalu sama dengan usia biologis. Usia kronologis terus melaju dari detik ke detik, namun usia biologis bisa mengikuti, lebih cepat, lebih lambat, atau bahkan dihentikan. [red.fa]

Jumat, 23 November 2018

Lukman Harun Menolak Ide Amien Rais


SRENGENGE.ID - Pada 11-13 Desember 1993, Amien Rais memimpin sidang tanwir Muhammadiyah di Surabaya dan membahas soal suksesi kepemimpinan nasional. Tanwir merupakan lembaga permusyawaratan tertinggi setelah muktamar.

Amien Rais mengingatkan, bahwa hampir setengah abad merdeka tetapi bangsa Indonesia belum pernah punya pengalaman bagaimana cara memilih presiden. Bung Karno dan Pak Harto menjadi presiden karena proses sejarah.

Menurutnya, Muhammadiyah yang lahir 33 tahun sebelum kemerdekaan Indonesia, tak ada salahnya untuk urun rembug membahas kriteria pemimpin, yang diperkirakan akan terjadi pada 1998 ketika angkatan 45 sudah larut senja dan paripurna dari pengabdiannya.

Sidang tanwir yang membahas suksesi kepemimpinan nasional tersebut berhasil merumuskan enam kriteria calon pemimpin. Yakni :

1. Harus sudah teruji kesetiaannya pada Pancasila dan UUD 1945.

2. Punya integritas pribadi, tidak bermental korup dan dapat menjadi panutan.

3. Punya komitmen kerakyatan dalam arti selalu mengunggulkan kepentingan bangsa di atas kepentingan golongan, partai, kelompok, keluarga, dan sebagainya.

4. Punya visi masa depan yang ditandai dengan perkembangan iptek.

5. Memperoleh akseptabilitas yang setinggi mungkin dalam masyarakat Indonesia yang serba majemuk.

6. punya jangkauan (reach out) international berhubung Indonesia tidak mungkin ber-autarki tanpa kerjasama dengan negara lain.

Siapapun itu, entah berlatar belakang ABRI, Golkar, birokrasi, parpol, kalangan kampus, dunia wiraswasta, dan lain sebagainya tak menjadi masalah selama memiliki enam kriteria tersebut, dan terpilih dalam konsensus nasional.

Hanya saja, hasil yang sudah disepakati sidang komisi umum tersebut mendapat keberatan dari Lukman Harun, yang juga salah satu pimpinan Muhammadiyah. Lalu diikuti keberatan oleh tujuh pimpinan wilayah.

Menurut pihak yang menolak, pembahasan tersebut terlalu dini, sehingga ada kesan mendesak penguasa. Selain itu, soal suksesi merupakan tugas MPR kala itu, sehingga Muhammadiyah tidak perlu ikut bicara politik.

Karena penolakan tersebut, demi kemaslahatan bersama ala Muhammadiyah, maka hasil sidang soal suksesi kepemimpinan nasional disimpan dulu dan direncanakan dibahas pada Muktamar 1995. (Red.s)

Sumber bacaan :
Buku "Motalitas Politik Muhammadiyah" (1995) karya Amien Rais. Hal 47-50

Kamis, 22 November 2018

Amien Rais Soal High dan Low Politik

Amien Rais. foto : politiktoday


SRENGENGE.ID - Dalam sebuah buku berjudul Moralitas Politik Muhammadiyah yang ditulis Prof. Dr. HM. Amien Rais pada 1995, yang diterbitkan DINAMIKA Yogyakarta, Amien Rais menjelaskan maksud apa itu high politic dan low politic.

Pada halaman 43, beliau mengomentari tulisan Dr. Sulastomo tentang pengertian high politic dan low politic. Menurut mantan ketua MPR RI tersebut, high politik bukan politik tinggi. Begitu pun dengan low politic, bukan berarti politik rendah.

"High politik artinya politik yang luhur, adiluhung, dan berdimensi moral etis. Sedangkan low politik adalah politik yang terlalu praktis dan seringkali cenderung nista," tulis Amien Rais.

High politik terjadi bila sebuah organisasi menunjukkan sikap yang tegas terhadap korupsi, mengajak masyarakat luas untuk memerangi ketidakadilan, menghimbau pemerintah untuk terus menggelindingkan proses demokratisasi dan keterbukaan.

Sebaliknya, bila sebuah organisasi melakukan gerakan dan manuver politik untuk memperebutkan kursi DPR, minta bagian di lembaga eksekutif, membuat kelompok penekan, membangun lobi serta kasak kusuk untuk mempertahankan atau memperluas vested interest, maka organisasi tersebut sedang melakukan low politic.

Lebih lanjut, guru besar UGM tersebut menulis bahwa Muhammadiyah tidak akan pernah terjun ke dalam kancah power politic yang dapat membahayakan kelangsungan hidupnya.

Salah satu yang membuat Muhammadiyah tidak retak dan tidak mengalami polarisasi di dalam dirinya, dikarenakan politik praktis itu dijauhi, namun tetap harus menjalankan high politic sebagai upaya amar ma'ruf nahi munkar. (Red.s)

Selasa, 20 November 2018

Amri Yahya, Senirupawan Muhammadiyah



SRENGENGE.ID - Beliau termasuk yang keberatan ketika nama Majelis Kebudayaan diganti menjadi Lembaga Seni dan Budaya, atau yang kini menjadi LSBO (Lembaga Seni, Budaya, dan Olahraga).

Menurutnya, dengan menjadi sebuah majelis, maka keberadaannya tidak saja di tingkat pusat, melainkan bisa sampai ke cabang.

Ialah Prof. Dr (HC). Ki H. Amri Yahya, seorang pelukis, perupa, dan salah satu perintis dalam seni lukis batik kontempoter Indonesia, yang melahirkan banyak karya kaligrafi Islam.

Sebagian karyanya hingga kini bisa dinikmati di Amri Museum Art Galeri, Jalan Amri Yahya No. 6, Yogyakarta. Kenapa sebagian? Sebab pada 14 September 2004, museum tersebut pernah terbakar dan banyak karyanya hangus tak terselamatkan.

Selama aktif di dunia seni, Amri adalah salah satu perancang logo Muktamar Muhammadiyah, sejak muktamar 1978 di Surabaya hingga muktamar tahun 2000 di Jakarta.

Di era kepemimpinan KH. Azhar Baasyir sebagai Ketua Umum PP Muhammadiyah (1990-1995), Amri Yahya mejabat Wakil Ketua Majelis Kebudayaan.

Kiprahnya dalam dunia seni tak diragukan lagi. Sejak tahun 1977 menjadi anggota kehormatan International Association of Art (IAA) UNESCO Paris. Beliau juga pernah menjadi wakil Indonesia dalam Konferensi Seni Budaya Islam Dunia (1996) di Hofstra University, New York.

Selain itu beliau juga salah satu pendiri HSRI (Himpunan Senirupawan Indonesia) pada tahun 1979, dan menggelar pameran tunggal di Eropa dan kawasan Timur Tengah antara tahun 1976-1979, serta di Asean Art Museum, San Francisco pada tahun 1996.

Amri Yahya termasuk dari sedikit penggerak seni rupa Islami kala itu, bersama Ahmad Sadali, A.D Pirous, Joop Ave dan Amang Rahman. Bersama mereka pula Amri menggagas Festival Istiqlal dan mengusulkan berdirinya Bait al-Qur'an.

Amri Yahya lahir di Sukaraja, Ogan Hilir, Palembang, Sumatera selatan pada 29 September 1939 dan wafat di Yogyakarta 19 Desember 2004 pada usia 65 tahun.

Beliau memperdalam pendidikan seninya di Akademi Seni Rupa Indonesia (ASRI) Yogyakarta pada 1963 dan Jurusan Seni Rupa, Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni IKIP Yogyakarta tahun 1971.

Pada tahun 1994, Amri mendapatkan gelar kehormatan dari Majelis Luhur Tamansiswa sehingga memiliki nama "Ki" di depannya. Tak hanya itu, pada 2001 Universitas Negeri Yogyakarta pun menganugrahinya gelar Doktor Honoris Causa dalam bidang evaluasi Pendidikan Seni.

Dua tahun sebelum wafat, beliau dikukuhkan sebagai guru besar (Profesor)di Universitas yang sama dalam bidang seni. (Red.s)

Sumber bacaan : Ensiklopedi Muhammadiyah Jilid 1.

Senin, 19 November 2018

Ternyata Pria Lebih Cepat Pikun Dibanding Perempuan

flickr

SRENGENGE.ID - Tim Peneliti dari Universitas Pennsylvania pernah merilis sebuah penelitian tentang tingkat kepikunan antara pria dan wanita. Hasil yang mengejutkan ditunjukkan bahwa resiko kepikunan kaum pria tiga kali lebih besar dibandingkan perempuan.

Penelitian yang dilansir pada 1991 itu mengambil sampel sebanyak 34 pria dan 35 perempuan usia antara 18-80 tahun. Data menunjukkan, pria lebih cepat kehilangan sel-sel otak terutama yang berhubungan dengan bahasa, berpikir rasional, dan rasa bahagia.

Penelitian ini menggunakan teknologi magnetic resonance imaging (MRI) yang menghasilkan gambaran rinci mengenai otak sehat dari 69 peserta yang dijadikan penelitian.

Pada kaum pria, otak yang mengalami kemunduran adalah bagian kiri, yang mengontrol beberapa hal di atas. Berbeda dengan otak bagian kanan yang mengontrol penglihatan dan kemampuan khusus serta kreatifitas.

Prof. Ruben Gur, salah satu yang terlibat dalam penelitian menyatakan, bahwa penelitian tersebut membenarkan anggapan bahwa perempuan memang memiliki ingatan lebih tajam.

Pada intinya, antara pria dan perempuan sama-sama mengalami proses atrofi, yaitu kematian sel-sel otak. Hanya saja tingkat kematian sel otak pada kaum pria tiga kali lebih cepat dibandingkan perempuan.

Salah satu cara yang bisa ditempuh agar otak terus bekerja dan sel-sel terus aktif adalah dengan latihan otak, yang sederhana bisa dilakukan adalah membaca, menulis, mengisi teka-teki silang, bermain game, dan sebagainya. (red.s)

Sumber bacaan :
Buku Memahami Otak (2003) ditulis oleh tim Pusat Informasi Kompas (PIK) Penerbit buku Kompas.

Jumat, 16 November 2018

Pancasila, Hadiah Umat Islam untuk Indonesia

Bung Karno dalam sebuah rapat. sumber : tribunnews


SRENGENGE.ID - Menteri Agama kabinet pembangunan III, Jenderal Alamsyah Ratu Perwira Negara, pernah mengatakan bahwa Pancasila adalah hadiah terbesar yang diberikan umat Islam kepada Republik Indonesia. Apa maksudnya?

Hal itu disampaikan dalam acara dies natalis Institut Ilmu Al Qur'an pada 25 April 1981. Menurut Mr. Mohamad Roem, menteri agama mengucapkan hal itu sembari menunjuk ke arah Mr. Kasman Singodimedjo yang juga hadir dalam acara tersebut.
Alamsyah Ratu Perwira Negara. sumber : tempo

Ungkapan menteri agama tersebut sekaligus memberikan perspektif baru dalam melihat sejarah, khususnya silang pendapat yang terjadi ketika "tujuh kata" piagam Jakarta dalam Pancasila dihapuskan, meskipun sebagian besar perumusnya adalah orang Islam.

Meski demikian, golongan Islam tetap sepakat untuk tidak menggunakan tujuh kata tersebut. Itulah yang disebut Jenderal Alamsyah sebagai hadiah terbesar umat Islam untuk Indonesia. Salah satu yang mewakili dan menyakinkan penghapusan kala itu adalah Mr. Kasman Singodimedjo yang hadir dalam forum tersebut.

Penghapusan tersebut karena ada usul dari perwakilan Kaigun atau angkatan laut Jepang yang menguasai wilayah timur Indonesia. Disebutkan bahwa jika tujuh kata tetap disahkan, maka Indonesia bisa pecah karena di wilayah timur sebagian besar menganut Katolik dan Protestan.

Meskipun menurut Mr. Roem, dalam panitia sembilan yang merumuskan dan menandatangani piagam Jakarta, ada wakil dari golongan Kristen yaitu Mr. A. A. Maramis yang menerima secara bulat sidang pleno tersebut. Juga ada tokoh seperti Mr. Latuharhari yang juga seorang Kristen dan menerima hasil piagam Jakarta.

Meski demikian, preambul tujuh kata : Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya, tetap dihapuskan agar tidak terjadi ancaman perpecahan. Inilah yanh disebut sebagai hadiah umat Islam bagi Indonesia. (Red.s)

Editor : Ahmad Fahrizal Aziz

Kamis, 15 November 2018

Kenapa Bung Karno Membongkar Rumah Proklamasi?

sindonews

SRENGENGE.ID - Pada tahun 1960, atas permintaan Bung Karno, rumah yang dijadikan tempat pembacaan proklamasi kemerdekaan di Jalan Pegangsaan Timur 56, Jakarta Pusat itu, dibongkar. Padahal rumah itu termasuk tempat bersejarah bagi bangsa Indonesia.

Rumah itu adalah kediaman Bung Karno, hadiah dari pemerintah pendudukan Jepang, Pada awalnya, memang tidak ada rencana untuk membacakan proklamasi di rumah tersebut, rencana awalnya proklamasi dibacakan di lapangan Ikada. Namun karena banyaknya tentara Jepang, dan khawatir akan jatuh korban jiwa, maka dialihkan ke rumah pribadinya.

Tak ada yang tahu alasan pasti kenapa Bung Karno kemudian memerintahkan untuk merobohkan rumah tersebut. Menurut Dwi Mulyatari, Sejarahwan UI, ada beberapa analisis. Salah satunya karena rumah itu menyimpan kenangan pahit bagi Bung Karno.

"Ada juga yang mengatakan bahwa Bung Karno malu jika proklamasi kemerdekaan bangsa Indonesia dilaksanakan di rumah sederhana, dan bukan di tempat yang megah," jelas Dwi.

Keinginan Bung Karno untuk membongkar rumahnya tersebut sempat ditentang juga oleh dokter pribadinya, namun Bung Karno berkata, apa kamu ingin memamerkan celana dalam saya ke dunia?

Setelah rumah dibongkar, menurut Sejarahwan Rusdhy Husein, Bung Karno mengambil kapur dan menggaris letak posisi proklamasi dibacakan.

"Di tempat itu kemudian muncul yang sekarang kita sebut tugu petir," Jelas Sejahrawan senior itu.
tugu petir. sumber : google

Sebelumnya, tak jauh dari tugu petir itu sudah dibangun tugu satu tahun RI yang diresmikan pada 1 Agustus 1946. Sementara pada 17 Agustus 1980, Soeharto meresmikan monumen proklamasi tak jauh dari lokasi tugu petir.
monumen proklamasi

Jalan Pegangsaan Timur kini berubah nama menjadi Jalan Proklamasi. (Red.s)

Editor : Ahmad Fahrizal Aziz

Senin, 12 November 2018

Yusril Bercerita Soal Kasman Singodimedjo

pinterpolitik


SRENGENGE.ID - Keputusannya untuk menjadi penasehat hukum pasangan Jokowi-Ma'ruf Amin pada pilpres 2019, diakui Yusril menimbulkan beberapa reaksi dari kader PBB, terutama di daerah. Yusril pun menjawab dengan memberikan gambaran sejarah sebagaimana yang dialami Mr. Kasman Singodimedjo.

Menurutnya, gejolak itu justru datang dari kader-kader baru PBB, bukan kader yang sudah berkiprah selama belasan tahun. Ada yang menyebut dirinya sudah melakukan penghianatan, tak berjiwa Masyumi, bahkan perlu diganti melalui munaslub.

"Padahal istilah munaslub itu tidak ada di AD/ART PBB, sehingga kita perlu jelaskan lah, dan setelah kita jelaskan, setelah tiga hari terjadi gonjang ganjing, mereka mulai memahami," Kata Yusril.

Menurut Ketua umum PBB tersebut, dalam politik ada langkah taktis dan langkah strategis. Tidak bisa hanya saling membenturkan dua pihak yang sedang berkompetisi. Sehingga partai harus memilih langkah strategis, sebagaimana yang dulu dilakukan Kasman Singodimedjo.

"Tahun 1947 dibentuk kabinet Amir Sjarifuddin. Amir itu orang murtad, keluar dari Islam dan memeluk agama Kristen, dan dia komunis. Amir itu kemudian terbunuh pada peristiwa madiun 1948. Masyumi kala itu pikir-pikir ini bagaimana ya? Masuk atau tidak ke kabinet Amir ini?" Jelasnya.

Namun Mr. Kasman Singodimedjo mewakili Masyumi masuk ke dalam kabinet Amir Sjaridudin dan menjadi menteri kehakiman. Saat itu suasana sedang genting karena ada agresi militer 1 oleh Belanda seusai perjanjian linggarjati.

"Kasman Singodimedjo masuk ke dalam kabinet Amir Sjarifuddin agar Amir tidak menandatangani perjanjian renville," Jelasnya.

Isi perjanjian Renville memang banyak ditentang oleh berbagai pihak, antara lain dari Masyumi dan PNI. Meski pada akhirnya tetap disetujui kedua belah pihak pada tanggal 17 Januari 1948. Amir Sjarifuddin, selaku perdana menteri, adalah pihak yang mewakili RI dalam perundingan di atas geladak kapal itu.

Perjanjian Renville disebut sangat merugikan Indonesia dan dianggap sebagai upaya Belanda memblokade ekonomi Indonesia. Karena kerasnya pertentangan dari publik atas penyepakatan perjanjian Renville tersebut, 6 hari pasca kesepakatan itu dibuat, Amir Sjarifuddin mundur sebagai perdana menteri. (Red.s)

Sumber :
Wawancara Yusril Ihza Mahendra bersama Bayu Sutiono pada acara Sapa Indonesia Pagi - KompasTv.

Minggu, 11 November 2018

Kisah Yusril yang Pernah Membakar Patung Pak Harto

Nusantaranews


SRENGENGE.ID - Yusril Ihza Mahendra sangat lekat dengan kepemimpinan Pak Harto, apalagi ketika pada tahun 1990 beliau masuk Setneg dan menjadi penulis pidato presiden. Namun ternyata Yusril termasuk yang paling keras mengkritik rezim orde baru dan bahkan mengaku pernah ikut mendemo dengan membakar patung Pak Harto.

Hal tersebut diungkapkan Yusril Ihza Mahendra dalam wawancara bersama Bayu Sutiono pada acara Sapa Indonesia Pagi - KompasTv, ketika ditanya soal kenapa bersedia menjadi penasehat hukum pasangan Jokowi-Ma'ruf Amin pada pilpres 2019, padahal selama ini seringkali mengkritik kebijakan pemerintah.

"Masyarakat barangkali tidak tahu peristiwa yang sudah lama sekali. Saya ini aktivis mahasiswa, terakhir kali saya mejabat sebagai ketua MPM UI dan selalu berseberangan dengan pemerintah sejak 1978, melawan rezim pak Harto waktu itu, saya ikut demo bahkan ikut bakar patung pak Harto," Ungkap Yusril.

Selain itu, setamat kuliah, tokoh yang kini dikenal sebagai pakar hukum tata negara tersebut mengaku juga sering melayangkan kritik melalui tulisan di majalah Tempo, Gatra, dan lain sebagainya.

"Namun suatu hari saya dipanggil Pak Murdiono untuk masuk ke setneg, lalu saya tanya tugas saya di setneg ini apa pak Mur? Dijawab bahwa tugas sodara menulis pidato presiden dan menyiapkan naskah-naskah kepresidenan," Lanjut Ketua Umum PBB tersebut.

Mendapat tawaran tersebut, Yusril pun sempat kaget, karena selama ini ia sering mengkritik pemerintah. Murdiono yang kala itu Mensesneg pun menemui Pak Harto dan menyampaikan hal tersebut.

"Kata Pak Harto, begini saudara Yusril, diluar tembok istana ini, saudara orang bebas. Akhirnya di tahun 1990, saya bergabung ke setneg, dan banyak caci maki waktu itu, kalau sekarang mungkin disebut cebong," Jelas Yusril sambil tertawa.

Meski bergabung dengan pemerintah waktu itu, Yusril mengaku tak pernah memuji presiden secara berlebihan, sebagaimana yang pernah dilakukan Pak Harmoko. Yusril pun mengingat pesan kakeknya agar seperti ikan di laut, berenang di air yang asin tetapi tak menjadi ikan asin.

"Alhamdulilah sampai sekarang saya masih menjadi diri saya sendiri," Tegasnya. (Red.s)

Sabtu, 10 November 2018

Selama Tiga Hari, Soekarno-Hatta Tidak Bisa Tidur

wowkeren.com


SRENGENGE.ID - Jelang proklamasi kemerdekaan tanggal 17 Agustus 1945, terjadi banyak peristiwa yang diistilahkan oleh Bung Karno seperti hari-hari yang memecahkan urat syaraf. Bung Hatta pun pernah menulis dalam majalah Mimbar Indonesia tentang kejadian-kejadian sekitar proklamasi.

Hari-hari melelahkan dari tanggal 15-16 Agustus, selepas pulang dari Dallat-Vietnam, yang mana muncul desakan dari kaum muda hingga peristiwa penculikan ke Rengasdengklok. Lalu perumusam naskah proklamasi, dan sidang penentuan dasar negara dan UUD 1945 pada 18 Agustus 1945.

Dari tanggal 15-17 Agustus 1945, dua proklamator yang mewakili bangsa Indonesia ini tidak bisa tidur. Dinihari tanggal 16 sebelumnya, bersitegang dengan kelompok muda. Dinihari tanggal 17 Agustus keesokan harinya perumusan naskah proklamasi.
suasana di Istana. sumber : google

Sore harinya tanggal 17 Agustus 1945, Hatta menulis bahwa PPKI kedatangan tamu dari opsir angkatan laut jepang yang mewakili Kaigun, yang menyampaikan keberatan dari golongan Kristen tentang tujuh kata dalam sila pertama Pancasila.

Dalam keadaan yang meletihkan tersebut, mereka (khususnya Soekarno-Hatta) harus meredam protes dan perdebatan dari golongan Islam yang menolak penghapusan tujuh kata tersebut.

Rentetan peristiwa dari tanggal 15 hingga 18 Agustus itulah yang disebut Soekarno seperti hari-hari yang memecahkan urat saraf, sebab banyak hal dan peristiwa penting yang menentukan nasib bangsa Indonesia yang baru berdiri itu. (Red.s)

Sumber bacaan :
Buku Piagam Jakarta 22 Juni 1945 karya H. Endang Saifudin Anshari, MA

Jumat, 09 November 2018

Jalan Sunyi


Ilustrasi dari Google
Jalan Sunyi
Oleh: E. Nugroho

Sendirian adalah kekuatan pada irfani
Sunyi buhkan berarti menuju jalan kesepian
Sekelompok orang pun ada yang memaknai sunyi adalah jalan tujuan hidup
Mereka mengangap jalan perjuangan
Jalan perjuangan menuju irfani tuhan
keyakinan tuhan dan punyaknya keimanan
Di balik kesunyian menyimpan kekuatan percikan semangat revolusi
Semangat mengubah keadaan menuju peradaban yang lebih baik.

(12,oktober ,2018 Lamongan)


Golongan Islam Bukan Berarti Tidak Nasionalis

Jazirah Islam

SRENGENGE.ID - Dalam sebuah catatan yang ditulis Mr. Mohammad Roem, Bung Karno pun pernah mengutarakan keberatannya ketika "tujuh kata" dalam piagam Jakarta harus dihapuskan. Bung Karno sendiri menjelaskan bahwa "tujuh kata" tersebut merupakan hasil kesepakatan yang dicapai antara golongan Islam dan Nasionalis.

Dalam sebuah catatan kata pengantar untuk buku berjudul Piagam Jakarta, 22 Juni 1945. Sebuah Konsensus Nasional karya H. Endang Saifudin Anshari tersebut, Mr. Roem menulis bahwa kesepakatan atas "tujuh kata" tersebut bukan hal yang mudah.

Soekarno mengutarakan hal tersebut dalam rapat pleno BPUPKI pada 22 Juni 1945, selaku ketua panitia sembilan. Mr. Roem menulis pidato Soekarno demikian :

Memberi nama memang tidak pernah tepat mengenai apa yang ada dalam nama itu. Apa golongan Islam bukan golongan nasionalis? Tentu tidak. Mereka tidak kurang cinta tanah air dan bangsa. Mereka juga tidak kurang kesediaannya untuk berkorban bagi kemerdekaan bangsa Indonesia.

Lebih lanjut, Soekarno pun menjelaskan bahwa preambul "tujuh kata" tersebut dicapai dengan susah payah antara golongan Islam dan Nasionalis. Tujuh kata tersebut melekat pada sila pertama, yaitu : Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya.

Pada sidang PPKI 18 Agustus 1945 tersebut, tujuh kata itu dicoret karena opsir yang mengatakan bahwa Indonesia bisa pecah jika tujuh kata tersebut tetap disahkan sebagai butir dasar negara.

Sebagian besar anggota PPKI kemudian menerima penghapusan tersebut, kecuali Ki Bagus Hadikusumo. Soekarno kemudian meminta Mr. Kasman Singodimedjo untuk membujuk, Ki Bagus Hadikusumo pun akhirnya menerima dengan syarat ada tambahan yang maha esa. Jadilah sila pertama kini, Ketuhanan yang maha esa. (Red.s)

Baca juga :
Siapakah Adisutjipto dan Abdulrahman Saleh?

Senin, 05 November 2018

Siapakah Adisutjipto dan Abdulrahman Saleh?

kabarpenumpang.com


SRENGENGE.ID - Nama keduanya diabadikan menjadi nama Bandara di Sleman, Yogyakarta dan di Malang, Jawa Timur. Namun apakah generasi saat ini tahu siapakah dua figur tersebut? Dan kenapa nama keduanya diabadikan?

Agustinus Adisutjipto dan Abdulrahman Saleh adalah prajurit (komodor) AURI (Angkatan Udara Republik Indonesia). Keduanya sama-sama gugur dalam misi kemanusiaan ketika membawa obat-obatan sumbangan Palang Merah Malaya dari Singapura menuju Yogyakarta, setelah sebelumnya terbang dari India.

Keduanya menaiki pesawat Dakota VT-CLA milik salah satu pengusaha asal Indonesia. Saat itu tengah terjadi agresi militer 1 Belanda, banyak korban luka-luka, sehingga bantuan tersebut tentu sangat dibutuhkan.

Meski sudah mendapat ijin penerbangan dari pihak Inggris dan Belanda, namun mendekati lapangan udara di Maguwoharjo, muncul dua pesawat pemburu Belanda, Kittyhawk. Pesawat tempur P-40 itu menembak pesawat rombongan palang merah tersebut hingga terjatuh dan menabrak sebuah pohon besar.

Adisutjipto dan Abdulrahman Saleh pun gugur dalam peristiwa yang terjadi pada 29 Juli 1947 tersebut, yang kemudian diperingati sebagai hari bakti Angkatan Udara. Saat itu usia Adisutjipto masih 31 tahun dan Abdulrahman Saleh 38 tahun.

Meski gugur pada usia muda, namun kiprah keduanya begitu cemerlang. Adisutjipto adalah seorang dokter muda lulusan GHS (Geneeskundige Hoge School) dan sekaligus lulusan sekolah penerbangan Militaire Luchtvaart di Kalijati, Subang.
Adisutjipto, Wikipedia

Ia seorang penganut Katolik yang lahir 3 Juli 1916 di Salatiga, Jawa Tengah. Pada 15 November 1945 ia mendirikan sekolah penerbangan di Maguwoharjo untuk mendidik calon-calon pilot tanah air. Ia termasuk tokoh penting dalam AURI. Lapangan udara itu kini berubah nama menjadi Lanud Adisucipto untuk mengenang jasanya.

Begitupun dengan Abdurahman Saleh, ia juga dikenal sebagai dokter, dan salah satu yang pertama mengembangkan ilmu kedokteran dan faal di Indonesia. Universitas Indonesia pun mengukuhkannya sebagai bapak faal Indonesia pada 5 Desember 1958.
Abdulrahman, Wikipedia

Di Malang, Abdulrahman Saleh mendirikan sekolah teknik udara dan sekolah radio udara. Ia pun merupakan salah satu pemrakarsa berdirinya RRI (Radio Republik Indonesia). Selain itu ia juga tetap aktif sebagai dokter militer dan mengajar ilmu kedokteran di Klaten, Jawa Tengah.

Nama Marsekal muda (TNI) yang lahir di Jakarta, 1 Juli 1909 tersebut kemudian diabadikan menjadi bandar udara di Malang. Seperti halnya Adisucipto, keduanya mendapatkan gelar sebagai pahlawan nasional pada 9 November 1974. (Red.s/fa)

#mengingatsejarah

Dapatkan postingan terbaru srengenge.id dengan bergabung di WA Grup Komunitas Muara Baca. Klik DISINI.

Minggu, 04 November 2018

8 Gubernur Pertama Pasca Kemerdekaan

Sam Ratulangi. sumber : Alchetron



SRENGENGE.ID - Pasca proklamasi kemerdekaan, diadakanlah tiga kali sidang oleh PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia). Pada sidang kedua, 19 Agustus 1945, ditetapkan salah satunya pembagian wilayah Republik Indonesia dalam delapan provinsi, yang dipimpin oleh gubernur, sehingga ada 8 gubernur.

Pada 2 September 1945, Presiden Soekarno mengumumkan kabinet I yang dikenal dengan nama kabinet presidensial, sekaligus 8 gubernur. Gubernur tersebut merupakan pemimpin tertinggi di wilayah masing-masing. Mereka adalah :

1. Mr. Teuku Mohammad Hassan (Sumatera)
2. Sutardjo Karthadikusumo (Jawa Barat)
3. R. Pandji Soeroso (Jawa Tengah)
4. R. A. Soerjo (Jawa Timur)
5. Mr. I Gusti Ketut Pudja (Sunda Kecil)
6. Mr. J. Latuharhary (Maluku)
7. Dr. G.S.S.J. Ratulangie (Sulawesi)
8. Ir. Pangeran Mohammad Noor (Kalimantan)
wikipedia

Sunda kecil meliputi Bali dan kepulauan di sekitarnya. Saat itu Irian Barat (Papua) belum menjadi bagian dari Indonesia. Pemerintah kemudian mengupayakan pembebesan Irian barat pada tahun-tahun berikutnya.

Pengumuman gubernur kepala daerah tersebut sekaligus pengumuman 12 bidang kementerian dan menteri negara. (Red.s/fa)

#mengingatsejarah

Dapatkan postingan terbaru srengenge.id dengan bergabung di WA Grup Komunitas Muara Baca. Klik DISINI.

Sabtu, 03 November 2018

Inilah Ketua Terpilih PC IMM Blitar 2018-2019



SRENGENGE.ID - Musyawarah Pimpinan Cabang Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah Blitar ke III selesai digelar pada 28-30 Oktober 2018. Bertempat di kantor PDM Kabupaten Blitar. Tim formatur Musycab akhirnya memilih Immawan Okta Rea Arsyad sebagai Ketua PC IMM Blitar periode 2018-2019. Immawan Okta menggantikan Immawati Sukma Uli Nuha yang sudah mejabat selama dua periode sebelumnya.

Pembukaan Musycab digelar di rumah makan Joglo dan dibuka langsung oleh ketua DPD IMM Jawa Timur, Immawan Abdul Musyawir Yahya. Hadir juga Ketua PDM Kota Blitar, Rusdi Riyanto dan Sekretaris PDM Kab. Blitar, Zaenal Arifin.

Pembukaan sekaligus diskusi kepemudaan dalam rangka memperingati 90 tahun Sumpah Pemuda, yang diisi oleh perwakilan DPRD Kota dan Kabupaten Blitar, serta Kasdim 0808 Kota Blitar. Sementara musyawarah digelar di kantor PDM Kabupaten Blitar.

Dalam Musyawarah tersebut disepakati soal penyederhanaan bidang menjadi tiga bidang, sehingga jumlah formatur yang dipilih hanya enam orang disesuaikan dengan kebutuhan PH dan bidang inti tersebut, dan terpilihlah Immawan Okta Rea Arsyad menjadi ketua umum.

Immawan Okta adalah ketua keempat sejak PC IMM Blitar didirikan pada tahun 2013. Ia berasal dari komisariat Djasman Al Kindi TI Unisbaa dan merupakan mahasiswa semester V jurusan Teknik Informatika (TI) Universitas Islam Balitar. Selain aktif di IMM dia juga pernah mejabat sebagai Wakil Ketua Himpunan Mahasiswa Program Study Siskom TI Unisba Blitar.

Inilah Ketua Umum PC IMM Blitar sejak berdiri pada 2013.

Periode
2013-2014 Immawan Atim Pari Purnama
2014-2015 Immawan Karas Candra GK
2015-2016 Immawati Sukma Ulinuha (Plt)
2016-2017 Immawati Sukma Ulinuha
2017-2018 Immawati Sukma Ulinuha
2018-2019 Immawan Okta Rea Arsyad

(Immawan Okta Rea Arsyad)

Jumat, 02 November 2018

6 Agustus 1946, Bandung Dibumihanguskan!

kanaljabar.com


SRENGENGE.ID - Dari puncak Gunung Leutik daerah Pameupeuk, Garut, wartawan harian Suara Merdeka, Atje Bastaman, melihat asap membumbung tinggi di angkasa. Sebelumnya, muncul instruksi dari Kolonel A.H Nasution, Komandan Divisi III, agar penduduk sipil dan TRI (Tentara Republik Indonesia) meninggalkan Kota Bandung yang dirasa tak aman lagi.

Penduduk berbondong-bondong ke arah pegunungan di Bandung selatan, sementara pasukan Belanda dan Sekutu merangsek maju untuk menguasai kota kembang tersebut. Pasukan TRI pun terlibat pertempuran dengan pasukan sekutu.

Di desa Dayeuhkolot, Bandung selatan, TRI menyerang gudang mesiu peninggalan pemerintah kolonial. Pabrik mesiu itu berhasil dibakar dan akhirnya menyebabkan ledakan dahsyat. Muhammad Toha dan Ramdan, yang mendapatkan misi tersebut, mengorbankan nyawa mereka.

Api membumbung tinggi di angkasa, lalu Atje Bastaman menulis sebuah liputan berjudul "Bandoeng Djadi Laoetan Api", yang kemudian digunakan untuk memperingati peristiwa yang terjadi pada 6 Agustus 1946 tersebut.

Perintah bumihanguskan dalam waktu tujuh jam tersebut merupakan hasil musywarah Madjelis Persatoean Perdjoangan Priangan, yang melihat betapa agresifnya pihak sekutu untuk kembali mengusahi Indonesia, khususnya kota Bandung. Cara tersebut dilakukan karena dari segi persenjataan, TRI dan Rakyat kalah jauh dibanding sekutu. (Red.s)

Sumber bacaan :
Buku Sejarah Revolusi Indonesia 1945-1950, karya Garda Maeswara. 2010. Penerbit Narasi.

Kamis, 01 November 2018

Inilah 10 Parpol yang Terbentuk Setelah Kemerdekaan RI

muslimobsession.com


SRENGENGE.ID - Pasca memproklamirkan kemerdekaan pada 17 Agustus 1945, Republik Indonesia menganut sistem presidensial hingga dikeluarkannya maklumat No. X pada 16 Oktober dan maklumat pendirian parpol pada 3 November 1945 oleh Wakil Presiden Mohammad Hatta. Maka, beberapa parpol berdiri. Ada 10 parpol yang berdiri pertama kali pasca kemerdekaan. Parpol apa saja?

Dua parpol yang pertama berdiri adalah Masyumi (Majelis Syuro Muslimin Indonesia) yang dipimpin Dr. Sukiman Wirjosanjoyo dan PKI (Partai Komunis Indonesia) yang dipimpin Moh. Yusuf. Keduanya berdiri pada 7 November 1945.

Menyusul tiga partai berikutnya, yaitu PBI (Partai Buruh Indonesia) pimpinan Nyono, PRJ (Partai Rakyat Jelata) pimpinan Sutan Dewanis, dan PKRI (Partai Katholik Republik Indonesia) pimpinan I.J Kasimo yang berdiri pada 8 November 1945.

Dua hari kemudian, berdiri Parkindo (Partai Kristen Indonesia) yang dipimpin Probowinoto dan Parsi (Partai Sosialis Indonesia) yang dipimpin Amir Sjarifuddin.

Hanya saja pada 20 November juga dibentuk Paras (Partai Rakyat Sosialis) yang dipimpin Sutan Sjahrir. Parsi dan Paras pun melebur menjadi PSI (Partai Sosialis Indonesia) dan diketuai oleh Sutan Sjahrir.

Dua partai berikutnya yang berdiri adalah Permai (Persatuan Rakyat Marhaen) pada 17 Desember 1945 yang diketuai J.B Assa dan PNI (Partai Nasional Indonesia) pada 29 Januari 1946 yang diketuai Sidik Joyosukarto.

Munculnya parpol ini pada mulanya merupakan usul dari KNI (Komite Nasional Indonesia) kepada pemerintah agar mereka diberikan hak legislasi dan perancangan GBHN selama belum terbentuknya MPR dan DPR. Sehigga maklumat pendirian parpol pun dibentuk dan sistem parlementer dijalankan dengan dilantiknya perdana menteri.

Sutan Sjahrir yang sebelumnya mejabat sebagai ketua badan pekerja KNI terpilih menjadi perdana menteri dan membentuk kabinet yang dikenal dengan kabinet Sjahrir I pada 11 November 1945. (Red.s)