loading...

Rabu, 12 Juli 2017

Meletakkan Afi Nihaya Pada Tempatnya

Srengenge - Setelah sempat populer dan dikagumi banyak orang, kini angin seolah berbalik, Afi Nihaya Faradisa mendapatkan label kuat sebagai plagiator. Tidak saja melalui tulisan-tulisan yang pernah ia buat. Namun juga video yang baru saja ia upload.

Setidaknya, jika kita ketik nama Afi Nihaya Faradisa di mesin pencari google, yang banyak muncul justru berita negatif.

Popularitas Afi berawal dari postingannya di facebook yang kemudiam viral. Media pun mengangkat sosoknya, bahkan pernah diundang di acara talk show Kompas Tv sebagai tamu utama.

Berlebihan? Mungkin iya. Di era digital ini orang bisa tiba-tiba terkenal dan tiba-tiba hilang. Bahkan bisa tiba-tiba memiliki banyak pengikut di sosial media, meski belum jelas kapasitasnya sebagai apa atau ahli apa.

Afi jelas masih remaja yang baru lulus SMA. Umumnya remaja memang mengalami tingkat kelabilan yang tinggi. Tapi dia mungkin remaja yang agak berbeda dengan kebanyakan, terutama tentang hobinya membaca buku.

Afi juga punya kemampuan menulis dan berbicara yang bisa dibilang lumayan untuk usianya. Cuma apakah banyak atau sedikit tulisannya yang ternyata copy paste milik orang lain, itu hanya Afi yang tahu.

Sayangnya, potensi bagus Afi ini harus tercoreng dengan apa yang kini melekat padanya : plagiator. Sebutan ini tentu merupakan kabar buruk, bahkan sangat serius untuk akademisi atau penulis. Bahkan selevel Profesor pun bisa tumbang hanya karena ketahuan memplagiat sebuah artikel.

Afi Nihaya masih sangat muda, masih banyak proses yang harus ia jalani untuk kemudian menjadi ahli atau pakar. Jika karena urusan popularitas Afi kemudian memplagiat karya orang, tentu ini kesalahan fatal.

Terlalu dipuja dan dielu-elukan memang mempengaruhi suasana bathin seseorang, apalagi jika dielu-elukan cerdas dan cemerlang. Ia akan terus berusaha terlihat cerdas, meski harus mengatasnamakan karya orang lain dengan dirinya.

Jalan Afi Nihaya masih panjang, masih banyak proses yang harus dilalui. Lulus SMA saja belum cukup. Harus terus belajar, menulis lebih banyak, dan kurangi eksis di media. [Red.s]

Ttd
Paguyuban Srengenge