loading...

Minggu, 29 Oktober 2017

Satu Dusun Tiga Agama




Srengenge-Pustaka, Diakui oleh semua bahwa Indonesia adalah negara yang mempunya keragamanan yang sangat kaya. Keragaman yang dimiliki Indonesia itu bisa menjadi kekuatan budaya yang luar biasa, akan tetapi dengan keragaman itu, di Indonesia juga sangat berpotensi terjadinya konflik antar suku, agama, ras dan golongan. Sebagai contoh konflik tersebut adalah kasus yang terjadi di Ambon, Poso, Sambas, Papua dls. Pemahaman sikap saling toleransi antar agama sampai saat ini masih perlu terus menerus digalakkan. Di Indonesia pluralisme agama adalah keniscayaan empiris-sosiologis di Indonesia tidak hanya terdapat dalam skala makro
 
Walaupun banyak daerah yang sering terjadi konflik SARA, akan tetapi juga ada daerah yang bisa menjalin suasana damai antar pemeluk Agama. Di Lamongan misalnya, terdapat satu dusun yang penduduknya memeluk tiga  agama. Realitas kehidupan pemeluk tiga agama lahir dari proses sejarah panjang kemudian melahirkan dan mewariskan nilai-nilai yang dipertahankan sampai sekarang. Di tengah konflik keagamaan yang diproduksi dan di reproduksi oleh motif dan kepentingan politik ternyata tidak mempengaruhi kehidupan keagamaan di dusun tersebut. Hal ini didasarkan bahwa setiap tokoh keagamaan ini memahami bahwa berbagai problem kehidupan keagamaan dalam lanskap nasional muncul tidak diakibatkan oleh problem keyakinan teologis, namun akibat faktor politik dan juga ekonomi.

Buku Satu Dusun Tiga Agama: Studi Konstruksi Toleransi Keagamaan di Dusun Balun, Lamongan ini Meneliti tentang kehidupan keagamaan di tingkat desa, apalagi dusun, menggambarkan jangkauan atau horizon pemikiran unik baik secara subyektif maupun obyektif. Sebagai orang yang malang melintang di dunia Sosial kegamaa,  Dr. Sutikno, M.Si Secara obyektif memandang keberadaan tiga tempat ibadah dalam satu lokasi sudah menandakan betapa tingkat toleransi tersebut tidak bisa diragukan. Namun secara subyektif, realitas tersebut justru menjadi tantangan tersendiri bagi penulis untuk memahami bagaimana makna toleransi itu difahami oleh setiap tokoh keagamaan di Balun, Lamongan.
Interaksi sosial yang demikian itu melahirkan budaya-budaya yang khas, serta budaya asli juga dapat memengaruhi interaksi multi agama yang terjadi. Interaksi sosial yang demikian itu melahirkan interpretasi pada simbol-simbol budaya berbeda dengan daerah lain. Suatu misal pada saat datang kehajatan untuk menyumbang atau membantu para perempuan banyak yang memakai kerudung (bukan jilbab) dan bapak-bapak banyak yang memakai songkok atau kopyah, padahal agama mereka belum tentu Islam sebagaimana pada masyarakat yang lain. Hal ini berarti kerudung dan kopyah lebih berarti sebagai simbol budaya yang diinterpretasikan menghormati pesta hajatan atau acara ngaturi.

Dr. Sutikno, M.Si (Penulis buku "Satu Dusun Tiga Agama)
Selain menjadi penulis dan Pendidik, Ia juga seorang pemerhati sosial keagamaan,
sewaktu kuliyah pernah menjadi ketua PC IMM Lamongan

Balun adalah sebuah desa yang terletak di Kabupaten Lamongan bagian tengah tepatnya Kecamatan Turi dan hanya mempunyai jarak 4 kilometer dari kota Lamongan. Desa Balun merupakan daerah yang terletak di dataran rendah yang banyak terdapat tambak dan bonorowo sehingga masuk daerah yang rawan banjir seperti umumnya daerah lain di kabupaten Lamongan. Desa Balun juga dibelah oleh sebuah sungai yang bermuara di Bengawan Solo. Desa Balun juga menjadi  salah satu desa tua yang ada di kabupaten Lamongan yang masih memelihara budaya-budaya terdahulunya. Di samping itu keanekaragaman agama semakin memperkaya budaya desa Balun dan yang menjadi ciri khas adalah interaksi sosial di antara warganya yang multi agama (Islam, Kristen, Hindu). Sejak masuknya Hindu dan Kristen tahun 1967 dan Islam sebagai agama asli belum pernah terjadi konflik yang berkaitan agama. Dikarenakan ada 3 (tiga) Agama yang damai itulah, maka dari itu Dusun Balun sering disebut Dusun Pancasila.


terlihat beberapa orang sedang asyik membaca buku "Satu Dusun Tiga Agama"
(Foto Dok. Penerbit Progresif)

Buku terbitan Pustaka Ilalang dan Progresif ini menyajikan data-data yang akurat. Keakuratan data yang disajikan, memungkinkan buku ini menjadi rujukan para penulis di berbagai karya tulisnya. Bagi siapa saja yang mendambakan perdamaian antar agama, bacalah buku ini.  (Red. S)