Tentang konsep LID IMM UIN Malang
Ada yang mempertanyakan, kenapa LID hanya ada 3 materi
saja. Sisanya adalah diskusi, simulasi dan presentasi. Saya akan menjelaskan
dengan bahasa yang sederhana.
Pertama, menurut saya LID adalah perkaderan khusus yang melatih
calon instruktur. Instruktur adalah kreator, fasilitator sekaligus aplikator
dalam sebuah perkaderan. Maka, LID ini adalah pelatihan yang lebih berorientasi
kepada learning to do. Agar efisien, maka butuh porsi tepat antara
teori, aplikasi dan diskusi.
Kedua, materi yang dipilih hanya tiga : Urgensi sistem
perkaderan, Ke-Instrukturan, dan Manajemen kelas. Idealnya, sebelum mengikuti
LID, para peserta sudah membaca SPI (Sistem Perkaderan Ikatan), Sejarah
Rosulluloh sekaligus menganalisis bagaimana Rosul membuat sistem perkaderan di
eranya, dan juga sistem perkaderan di Muhammadiyah.
Masalah ideologis berupa Ke-Islaman, Ke-Muhammadiyahan,
dan Ke-IMM-an seyogyanya sudah dikuasi juga, plus wawasan lain yang akan
dijadikan materi dalam DAD semisal Filsafat, leadership, dll. Sehingga
pelatihan bisa berjalan maksimal. Lagi-lagi, karena alasan waktu, hal-hal
diatas masih belum dijalankan secara maksimal.
Materi “Urgensi SP” dipilih agar para calon instruktur
memiliki motivasi untuk membuat sistem perkaderan, minimal di komisariatnya
masing-masing. Tanpa menafikan SPI. SPI tetap menjadi acuan secara universal.
Materi “Urgensi SP” akan lebih dialektis ketika para peserta sudah memiliki
wawasan umum seputar sistem perkaderan, sehingga bisa lebih mengeksplore pemahaman.
Selanjutnya, materi Ke-Instrukturan dan Manajemen kelas
dipilih agar peserta mengetahui fungsi serta peran instruktur dan mampu
menghidupkan forum ketika acara DAD berlangsung.
Ketiga, hari pertama diawali oleh diskusi perkaderan dan
juga apresiasi seni. Diskusi perkaderan dengan komisariat lain adalah hal yang
baru. Tentunya, kami memilih beberapa komisariat yang berbeda kultur dan
berbeda lokasi. Untuk UM dan UB, kami mengundang Korkom. Untuk UMM, kami
memilih dua komisariat : Tamadun dan Aufklarung. Tujuannya untuk bertukar
pengalaman, sekaligus agar para peserta LID memahami kondisi di komisariat atau
kampus lain.
Harapan lainnya, peserta LID bisa mendapatkan inspirasi
dari komisariat lain untuk mendesan perkaderan di komisariatnya masing-masing.
Bukan berarti harus meniru.
Hanya saja, tujuan ini belum berjalan maksimal karena
beberapa kendala teknis. Semoga, LID kedepan bisa lebih dimaksimalkan oleh
korkom atau komisariat.
Keempat, soal simulasi. Simulasi sebenarnya akan
dilaksanakan dua kali. Simulasi pengantar materi dan evaluasi. Format simulasi
awalnya dibuat seserius mungkin, dengan audiens yang didesain lebih kritis
daripada peserta DAD. Agar ketika menghadapi peserta DAD, para instruktur bisa
melaluinya dengan mudah.
Namun agenda tidak berjalan maksimal karena banyak acara
yang molor (hampir semuanya) sehingga alokasi waktu yang ada, membuat simulasi
kedua ditiadakan. Simulasi penting karena itulah yang membedakan secara umum,
yang sudah LID dan yang belum.
Yang sudah ikut LID seharusnya bisa menjadi pengantar dan
pengavaluasi materi dengan baik, serta bisa menghidupkan forum.
Terkait analisis SWOT Perkaderan, bertujuan untuk
memberikan satu stimulus kepada para calon instruktur agar membuat sebuah
analisis terkait kekuatan, kelemahan, kesempatan serta ancaman. Analisis
tersebut bisa digunakan acuan untuk membuat sistem perkaderan selanjutnya.