loading...

Rabu, 07 Oktober 2015

Menata Komisariat



Sebelumnya saya ucapkan selamat kepada 3 A : Akbar, Afaf, dan Aad sebagai ketua baru komisariat. Juga untuk pengurus masa bakti 2014-2015 yang sudah bekerja keras untuk melanjutkan estafet kepengurusan sampai akhirnya berhasil melakukan regenerasi. Tentu ada banyak catatan menarik yang bisa diambil selama menjalani ‘proses’ sebagai pimpinan komisariat tersebut. Mungkin masih banyak ide yang belum terealisasikan, atau hal-hal yang sudah jauh-jauh hari direncanakan, namun belum juga terlaksana hingga masa jabatan usai.

Saya jadi ingat masa-masa menjadi pengurus. Selama dua periode mendapatkan tugas mengelola bidang keilmuan (sekarang RPK) komisariat, setahun berikutnya masuk ke cabang dan mengelola bidang Media, lalu kembali lagi ke bidang keilmuan yang sudah berubah menjadi RPK. Banyak sekali ide yang sudah dicetuskan, serta rencana yang sudah dibuat, namun belum terealisasi, alias tidak terealisasi sampai masa kepengurusan usai.

Berbagai pengalaman, mulai dari menjadi calon dalam pemira (pemilu raya) hingga menjadi salah satu tim penyusun pendirian cabang dua yang sempat ramai beberapa tahun yang lalu, sudah saya rasakan. Termasuk, ketika menjadi tim sukses Yusuf Hamdani menjadi ketua PC IMM Malang. hehe

Ada banyak hal yang membahagiakan, menjengkelkan, bahkan menguras pikiran. Apalagi, ketika harus audiensi atau adu argument dengan kader-kader IMM UMM yang terkenal kritis, fokal, dan cerdas itu. Keluar dari image “pendiam” itu ternyata tak mudah. Selama ini, IMM non PTM (termasuk IMM UIN Malang didalamnya), dikenal “pendiam” sekaligus minim ambisi. Untuk itulah, sejak tujuh tahun terakhir, IMM non PTM tidak begitu dominan di Cabang. Mungkin hanya periode yang lalu, saat Yusuf Hamdani menjadi ketua, dan itu barangkali adalah sejarah yang sulit terulang. Bahwa secara kontestatif, IMM UMM memang selalu dominan.

Di internal UIN Malang sendiri, OMEK dari hari kehari semakin tak seksi. Politik dominatif yang dilakukan PMII, telah membuat eskalasi jengah. Kekuatan politik ketiga, yang motor penggeraknya adalah UKM, Komunitas, dan mahasiswa non ideologis lainnya mulai bermunculan. Kekuatan politik ketiga ini secara kultur bisa hidup karena kepemimpinan yang memang tidak begitu interest dengan gerakan ideologis. Di beberapa kampus lain, termasuk UM dan UB, sudah muncul Gerakan anti OMEK, sebagai antitesis bahwa OMEK mungkin saja, bukan lagi kendaraan menarik untuk menyampaikan idealisme Mahasiswa.

Di level nasional, kita bisa melihat dengan jelas terbelahnya perpektif mahasiswa tentang revolusi. Aksi demonstrasi, termasuk isu penggulingan rezim dianggap bukan lagi jalan yang bijak bagi sebagian mahasiswa. Maka dari itu, antara tanggal 20-21 Mei yang lalu, gerakan mahasiswa terpecah. Ada yang berlelah-lelah di jalanan, ada yang melenggang ke istana dan makan malam, atau hanya sekedar berteriak sumbang melalui media sosial.

Selebihnya, kita tidak tahu apa yang dilakukan mahasiswa. Asalkan, jangan sampai merasa hidup di negeri dongeng, dimana sifat heroisme nampak diagungkan. Beberapa waktu yang lalu di Medan, beberapa aktivis IMM harus dilarikan ke rumah sakit karena melakukan aksi demo, ada yang terbakar dan luka-luka karena baku hantam dengan aparat. Membaca berita itu tentu sedih sekali. Seharusnya tidak perlu terjadi. Era despotik telah berakhir. teori konflik Marxis, salah satunya dengan aksi demonstrasi, tidak sepenuhnya efektif.

Mungkin perlu cara-cara baru, entah untuk berdakwah ataupun menyampaikan aspirasi. Saya memilih cara menulis. Kenapa? Karena saya bisanya hanya menulis. Saya tidak bisa bernyanyi, main musik, menggambar, membuat sketch, mendesain pamflet yang bagus, membuat film, menjadi orator dan memimpin demonstrasi, atau sekedar menghadiri makan malam dengan rezim yang ada.

Tiga komisariat, dibawah Akbar, Afaf, dan Aad pun agaknya bisa lebih banyak becermin dengan kepengurusan sebelumnya. Belajar dari kegagalan dan keberhasilan yang pernah dicapai. Tentu tidak harus memulai lagi dari nol. Sudah ada bangunan, atau setidaknya kerangka bangunan yang sudah dibuat kepengurusan sebelumnya.

Selamat berproses. Selamat merangkai sejarah!