Sebelumnya saya ucapkan selamat kepada 3 A : Akbar, Afaf,
dan Aad sebagai ketua baru komisariat. Juga untuk pengurus masa bakti 2014-2015
yang sudah bekerja keras untuk melanjutkan estafet kepengurusan sampai akhirnya
berhasil melakukan regenerasi. Tentu ada banyak catatan menarik yang bisa
diambil selama menjalani ‘proses’ sebagai pimpinan komisariat tersebut. Mungkin
masih banyak ide yang belum terealisasikan, atau hal-hal yang sudah jauh-jauh
hari direncanakan, namun belum juga terlaksana hingga masa jabatan usai.
Saya jadi ingat masa-masa menjadi pengurus. Selama dua
periode mendapatkan tugas mengelola bidang keilmuan (sekarang RPK) komisariat,
setahun berikutnya masuk ke cabang dan mengelola bidang Media, lalu kembali
lagi ke bidang keilmuan yang sudah berubah menjadi RPK. Banyak sekali ide yang
sudah dicetuskan, serta rencana yang sudah dibuat, namun belum terealisasi,
alias tidak terealisasi sampai masa kepengurusan usai.
Berbagai pengalaman, mulai dari menjadi calon dalam pemira (pemilu
raya) hingga menjadi salah satu tim penyusun pendirian cabang dua yang sempat
ramai beberapa tahun yang lalu, sudah saya rasakan. Termasuk, ketika menjadi
tim sukses Yusuf Hamdani menjadi ketua PC IMM Malang. hehe
Ada banyak hal yang membahagiakan, menjengkelkan, bahkan
menguras pikiran. Apalagi, ketika harus audiensi atau adu argument dengan
kader-kader IMM UMM yang terkenal kritis, fokal, dan cerdas itu. Keluar dari
image “pendiam” itu ternyata tak mudah. Selama ini, IMM non PTM (termasuk IMM
UIN Malang didalamnya), dikenal “pendiam” sekaligus minim ambisi. Untuk itulah,
sejak tujuh tahun terakhir, IMM non PTM tidak begitu dominan di Cabang. Mungkin
hanya periode yang lalu, saat Yusuf Hamdani menjadi ketua, dan itu barangkali
adalah sejarah yang sulit terulang. Bahwa secara kontestatif, IMM UMM memang
selalu dominan.
Di internal UIN Malang sendiri, OMEK dari hari kehari
semakin tak seksi. Politik dominatif yang dilakukan PMII, telah membuat
eskalasi jengah. Kekuatan politik ketiga, yang motor penggeraknya adalah UKM,
Komunitas, dan mahasiswa non ideologis lainnya mulai bermunculan. Kekuatan
politik ketiga ini secara kultur bisa hidup karena kepemimpinan yang memang
tidak begitu interest dengan gerakan ideologis. Di beberapa kampus lain,
termasuk UM dan UB, sudah muncul Gerakan anti OMEK, sebagai antitesis bahwa
OMEK mungkin saja, bukan lagi kendaraan menarik untuk menyampaikan idealisme
Mahasiswa.
Di level nasional, kita bisa melihat dengan jelas terbelahnya
perpektif mahasiswa tentang revolusi. Aksi demonstrasi, termasuk isu
penggulingan rezim dianggap bukan lagi jalan yang bijak bagi sebagian
mahasiswa. Maka dari itu, antara tanggal 20-21 Mei yang lalu, gerakan mahasiswa
terpecah. Ada yang berlelah-lelah di jalanan, ada yang melenggang ke istana dan
makan malam, atau hanya sekedar berteriak sumbang melalui media sosial.
Selebihnya, kita tidak tahu apa yang dilakukan mahasiswa.
Asalkan, jangan sampai merasa hidup di negeri dongeng, dimana sifat heroisme
nampak diagungkan. Beberapa waktu yang lalu di Medan, beberapa aktivis IMM
harus dilarikan ke rumah sakit karena melakukan aksi demo, ada yang terbakar
dan luka-luka karena baku hantam dengan aparat. Membaca berita itu tentu sedih
sekali. Seharusnya tidak perlu terjadi. Era despotik telah berakhir. teori
konflik Marxis, salah satunya dengan aksi demonstrasi, tidak sepenuhnya
efektif.
Mungkin perlu cara-cara baru, entah untuk berdakwah ataupun
menyampaikan aspirasi. Saya memilih cara menulis. Kenapa? Karena saya bisanya
hanya menulis. Saya tidak bisa bernyanyi, main musik, menggambar, membuat
sketch, mendesain pamflet yang bagus, membuat film, menjadi orator dan memimpin
demonstrasi, atau sekedar menghadiri makan malam dengan rezim yang ada.
Tiga komisariat, dibawah Akbar, Afaf, dan Aad pun agaknya
bisa lebih banyak becermin dengan kepengurusan sebelumnya. Belajar dari
kegagalan dan keberhasilan yang pernah dicapai. Tentu tidak harus memulai lagi
dari nol. Sudah ada bangunan, atau setidaknya kerangka bangunan yang sudah
dibuat kepengurusan sebelumnya.
Selamat berproses. Selamat merangkai sejarah!