Ber-IMM adalah berproses, bukan bekerja. Meski pada satu
waktu, kita dihadapkan pada amanah untuk mengurus struktural dan menjalankan
program kerja. Berproses, serumpun makna dengan belajar. Dalam belajar, kita
berupaya untuk melakukan yang terbaik, semampu dan sekuat kita menjalankannya.
Maka, jangan takut salah atau kalah, seandainya :
Apa yang kita rencanakan tak sejalan dengan kenyataan.
Karena dalam kehidupan, optimisme selalu terbentur dengan realitas, yang
mengharuskan kita berfikir realistis. Kata Dahlan Iskan, orang yang jengah,
lelah, pasrah, strees dan gila itu adalah orang yang terlampau optimis namun
tak realistis.
Semisal, kita optimistik akan mampu menjaring ratusan
kader, kita optimistik untuk menghidupkan budaya keilmuan, kita optimistik
untuk memperluas jaringan politik, pun ketika kita optimistik untuk menguatkan
basis dakwah. Hanya saja, karena kita harus bertempur dengan realita,
optimistik itu lambat laun akan memudar.
Yang tak bertahan, akan langsung pergi karena beberapa
hal ; merasa bersalah atau tak mampu lagi bertahan dalam kondisi yang ada sebab
kerasnya realita. Yang tetap bertahan, tengah belajar menjadi seorang yang
realistis. Ketidak mampuan berfikir realistis itulah yang –dalam dosis
tinggi—bisa menyebabkan kita sedih, pusing, strees, dan gila.
Berproses, adalah belajar realistis. Maka jangan
sungkan-sungkan untuk membuat gagasan-gagasan baru, membebaskan diri kita untuk
berfikir dan bertindak –meski kegagalan (mungkin) tengah menanti di ujung sana.
Kata B.J Habibie, dalam belajar tak boleh lelah dan kalah. Ya, namanya juga
belajar. Mau gagal atau berhasil, yang namanya belajar. Itu akan tetap menjadi
pelajaran yang berharga.
Misalkan, kalau ada kader punya gagasan untuk membuat
program baru yang belum pernah ada, atau memperbaharui program yang ada agar
lebih baik lagi. atau misalkan saja ada kader yang berjuang menjadi ketua HMJ,
SEMA, BEM. Berjuang menjadi ketua komisariat, korkom, cabang, DPD dan mungkin
DPP. Why not?
Selama di komunikasikan dengan baik dan berfikir
realistis. Tak ada masalah. Mau gagal atau berhasil, yang jelas dua hal itu
adalah pilihan yang realistis. Karena dalam proses, bukan hasil yang dicari,
melainkan pembelajaran. Hasil adalah konskwensi dari proses. Yang penting,
jangan lelah untuk belajar.
Salam Khidmat, Fastabiqul Khoirot.