loading...

Rabu, 15 April 2015

18 Pejuang baru IMM Kanjuruhan Malang



Setelah sempat redup, IMM Kanjuruhan Malang kini berangsur membaik, selama dua hari yang lalu, 28-29 September 2013 diadakanlah DAD (Darul Arqam Dasar) di Yayasan Sosial Al Ukhuwah Islamiyah, Tidar. Ini adalah DAD ke-3 sejak didirikan akhir tahun 2011 yang lalu. Saya masih ingat betul, DAD pertama yang diadakan begitu sederhana di Masjid Firdaus Klayatan, yang dihadiri 3 orang peserta ; Sigit, Andry, dan Eryca. Tiga peserta lainnya, Taufik, Halimah dan Rasyid sudah terlebih dulu mengikuti DAD di Komisariat Ikip Budi Utomo. Merekalah yang kemudian menjadi pengurus perdana IMM Komisariat “Perjuangan” Universitas Kanjuruhan Malang.


Orang yang pertama berinisiatif untuk mendirikan IMM di Unikama adalah Imawan Sigit, ketika itu, IMM Cabang Malang dipimpin oleh Mas Taufik Suwardi dan Kabid Kadernya adalah Mas Dodi. Masih terbersit dibenak saya ketika dihubungi oleh Mas Dodi untuk melakukan screaning calon kader IMM Kanjuruhan, kala itu saya sebagai koordinator Instruktur Cabang Malang bersama teman-teman instruktur lainnya, seperti Mas Jaya (FKIP UMM), Mas Nugroho (Hukum UMM), Mbak Novi (Ekstra UM), Mas Yusuf (UIN), dan Mas Afif (UM), kami melakukan screaning sore hari di sebuah kelas kecil milik SMA yang terletak tak jauh dari Kampus itu.

DAD ke-3 ini begitu meriah, dihadiri oleh 18 peserta. Meskipun awalnya para panitia begitu pesimis, bahkan ketika di hari-H kegiatan, hanya ada dua orang panitia. Ketika saya datang ke tempat DAD sekitar jam 11 siang, terliat raut wajah yang begitu lelah, bahkan sempat terucap sebuah kalimat yang diucapkan ketum IMM Kanjuruhan kepada saya “Bagaimana kalau habis ini IMM Kanjuruhan dibubarkan saja?” sontak kalimat itu membuat hati saya gelisah.

Memang tidak bisa dipungkiri, betapa beratnya beban moral panitia kala itu, pengalaman saya di IMM, tidak pernah kepanitiaan DAD itu kurang dari sepuluh orang panitia, itupun belum termasuk instruktur yang jumlahnya sekitar 5-7 orang. Dan hari itu, panitia yang hadir di DAD IMM Kanjuruhan baru 2 orang, sementara peserta jumlahnya 18 orang, tidak ada seorang instruktur pun, lalu bagaimana mengelolanya? Sebagai orang tua, saya tentu tidak akan ikut-ikutan pesimis, justru ini bisa menjadi tantangan baru, kalaupun saya harus “turun” untuk menjadi instruktur lagi, itu sama halnya 1 vs 18, sebuah pengalaman yang begitu unik. Dan saya hanya menyampaikan sebuah kalimat penguat kepada ketum yang terlihat pesimis “Ini belum seberapa, ini baru tantangan yang terkecil”. Sebelumnya, dua orang panitia itu salah satunya termasuk ketua umum.

Beranjak sore, panitia yang lain mulai berdatangan. Setelah diteliti, ternyata jumlah panitia keseluruhan tak lebih dari 5 orang, oh begitu spesialnya DAD kali ini, namun untunglah dua senior IMM Kanjuruhan yang lain juga turut membantu, seperti Mbak Erika dan Mas Andry yang sudah berkeluarga, sekalipun tidak bisa secara penuh, begitu pula Mbak Ilfa (sekretaris almaun) yang juga turut serta membantu DAD IMM Kanjuruhan. Malam harinya, para tamu dari UB, UM, UIN, dan UMM ikut meramaikan acara DAD tersebut. Suasananya menjadi begitu ramai dan para pengurus yang semula pesimis, sedih, lesu, mulai sedikit mampu tersenyum dan bersemangat lagi. Kehadiran mereka tidak lain adalah “touch a friend” yang akhirnya saling menguatkan.

DAD tersebut juga dihadiri oleh dua orang sesepuh IMM Malang, Mas Ali Muthohirin dan Mas Adam Muhammad sekaligus mengisi materi. Hanya saja, memang belum ada partisipasi secara formal dari PC IMM Malang untuk DAD ini. Saya pribadi, ikut membantu DAD IMM Kanjuruhan bukan atas nama apapun, baik Korps Instruktur maupun cabang, karena secara formal tidak ada mandat untuk itu. Ini tak lebih hanya sekedar tanggung jawab moril karena pernah ikut untuk mendirikan IMM Kanjuruhan dan upaya kecil untuk mengamalkan tri kompetensi dasar yaitu Humanitas.

Sementara itu, dalam perenungan saya, hadirnya IMM di Universitas Kanjuruhan merupakan sebuah kebutuhan, mengingat Unikama merupakan kampus umum yang didalamnya beragam etnis, agama, dan cara pendang. Pergaulannya pun begitu bebas. Kehadiran organisasi Islam di kampus-kampus Umum tersebut akan menjadi mata air yang menyegarkan. Dimana IMM akan menjadi media mereka untuk belajar Islam secara lebih mendalam, mengingat hari ini sangat sedikit sekali organisasi Mahasiswa yang konsen terhadap kajian-kajian KeIslaman, sebagian besar hanya sibuk mengurusi Politik Kampus. Maka IMM perlu untuk hadir dan menyegarkan suasana.

Tugas perkaderan IMM Kanjuruhan masih panjang, DAD hanyalah pintu memasuki IMM, sehingga ibarat sebuah rumah masih banyak yang harus dibangun. Semoga tulisan sederhana ini dibaca oleh banyak orang, terutama kader IMM dan Muhammadiyah. Dan yang membacanya akan tergerak untuk membantu menyusun gerakan Dakwah bersama IMM Kanjuruhan Malang. Karena sekalipun baru saja melantik 18 kader baru, kondisi keorganisasian IMM Kanjuruhan masih tertatih-tatih.

Semoga, ke-18 kader baru ditambah 3 pengurus aktif tersebut terus intiqomah dan terus mengobarkan semangat Dakwah yang tiada padam. Dan IMM, menjelang usia setengah abad ini semoga segera siuman dan semakin menguatkan Dakwah dan Perkaderan yang hari ini dirasa mulai rapuh. Wollohu’alam.

Malang, 20 September 2013
A Fahrizal Aziz