Setelah sempat
redup, IMM Kanjuruhan Malang kini berangsur membaik, selama dua hari yang lalu,
28-29 September 2013 diadakanlah DAD (Darul Arqam Dasar) di Yayasan Sosial Al
Ukhuwah Islamiyah, Tidar. Ini adalah DAD ke-3 sejak didirikan akhir tahun 2011
yang lalu. Saya masih ingat betul, DAD pertama yang diadakan begitu sederhana
di Masjid Firdaus Klayatan, yang dihadiri 3 orang peserta ; Sigit, Andry, dan
Eryca. Tiga peserta lainnya, Taufik, Halimah dan Rasyid sudah terlebih dulu
mengikuti DAD di Komisariat Ikip Budi Utomo. Merekalah yang kemudian menjadi
pengurus perdana IMM Komisariat “Perjuangan” Universitas Kanjuruhan Malang.
Orang yang
pertama berinisiatif untuk mendirikan IMM di Unikama adalah Imawan Sigit,
ketika itu, IMM Cabang Malang dipimpin oleh Mas Taufik Suwardi dan Kabid
Kadernya adalah Mas Dodi. Masih terbersit dibenak saya ketika dihubungi oleh
Mas Dodi untuk melakukan screaning calon kader IMM Kanjuruhan, kala itu saya
sebagai koordinator Instruktur Cabang Malang bersama teman-teman instruktur
lainnya, seperti Mas Jaya (FKIP UMM), Mas Nugroho (Hukum UMM), Mbak Novi
(Ekstra UM), Mas Yusuf (UIN), dan Mas Afif (UM), kami melakukan screaning sore
hari di sebuah kelas kecil milik SMA yang terletak tak jauh dari Kampus itu.
DAD ke-3 ini
begitu meriah, dihadiri oleh 18 peserta. Meskipun awalnya para panitia begitu
pesimis, bahkan ketika di hari-H kegiatan, hanya ada dua orang panitia. Ketika
saya datang ke tempat DAD sekitar jam 11 siang, terliat raut wajah yang begitu
lelah, bahkan sempat terucap sebuah kalimat yang diucapkan ketum IMM Kanjuruhan
kepada saya “Bagaimana kalau habis ini IMM Kanjuruhan dibubarkan saja?” sontak
kalimat itu membuat hati saya gelisah.
Memang tidak bisa
dipungkiri, betapa beratnya beban moral panitia kala itu, pengalaman saya di
IMM, tidak pernah kepanitiaan DAD itu kurang dari sepuluh orang panitia, itupun
belum termasuk instruktur yang jumlahnya sekitar 5-7 orang. Dan hari itu,
panitia yang hadir di DAD IMM Kanjuruhan baru 2 orang, sementara peserta
jumlahnya 18 orang, tidak ada seorang instruktur pun, lalu bagaimana
mengelolanya? Sebagai orang tua, saya tentu tidak akan ikut-ikutan pesimis,
justru ini bisa menjadi tantangan baru, kalaupun saya harus “turun” untuk
menjadi instruktur lagi, itu sama halnya 1 vs 18, sebuah pengalaman yang begitu
unik. Dan saya hanya menyampaikan sebuah kalimat penguat kepada ketum yang
terlihat pesimis “Ini belum seberapa, ini baru tantangan yang terkecil”.
Sebelumnya, dua orang panitia itu salah satunya termasuk ketua umum.
Beranjak sore,
panitia yang lain mulai berdatangan. Setelah diteliti, ternyata jumlah panitia
keseluruhan tak lebih dari 5 orang, oh begitu spesialnya DAD kali ini, namun
untunglah dua senior IMM Kanjuruhan yang lain juga turut membantu, seperti Mbak
Erika dan Mas Andry yang sudah berkeluarga, sekalipun tidak bisa secara penuh,
begitu pula Mbak Ilfa (sekretaris almaun) yang juga turut serta membantu DAD
IMM Kanjuruhan. Malam harinya, para tamu dari UB, UM, UIN, dan UMM ikut
meramaikan acara DAD tersebut. Suasananya menjadi begitu ramai dan para
pengurus yang semula pesimis, sedih, lesu, mulai sedikit mampu tersenyum dan
bersemangat lagi. Kehadiran mereka tidak lain adalah “touch a friend” yang
akhirnya saling menguatkan.
DAD tersebut juga
dihadiri oleh dua orang sesepuh IMM Malang, Mas Ali Muthohirin dan Mas Adam
Muhammad sekaligus mengisi materi. Hanya saja, memang belum ada partisipasi
secara formal dari PC IMM Malang untuk DAD ini. Saya pribadi, ikut membantu DAD
IMM Kanjuruhan bukan atas nama apapun, baik Korps Instruktur maupun cabang,
karena secara formal tidak ada mandat untuk itu. Ini tak lebih hanya sekedar
tanggung jawab moril karena pernah ikut untuk mendirikan IMM Kanjuruhan dan
upaya kecil untuk mengamalkan tri kompetensi dasar yaitu Humanitas.
Sementara itu,
dalam perenungan saya, hadirnya IMM di Universitas Kanjuruhan merupakan sebuah
kebutuhan, mengingat Unikama merupakan kampus umum yang didalamnya beragam
etnis, agama, dan cara pendang. Pergaulannya pun begitu bebas. Kehadiran
organisasi Islam di kampus-kampus Umum tersebut akan menjadi mata air yang
menyegarkan. Dimana IMM akan menjadi media mereka untuk belajar Islam secara
lebih mendalam, mengingat hari ini sangat sedikit sekali organisasi Mahasiswa
yang konsen terhadap kajian-kajian KeIslaman, sebagian besar hanya sibuk
mengurusi Politik Kampus. Maka IMM perlu untuk hadir dan menyegarkan suasana.
Tugas perkaderan
IMM Kanjuruhan masih panjang, DAD hanyalah pintu memasuki IMM, sehingga ibarat
sebuah rumah masih banyak yang harus dibangun. Semoga tulisan sederhana ini
dibaca oleh banyak orang, terutama kader IMM dan Muhammadiyah. Dan yang
membacanya akan tergerak untuk membantu menyusun gerakan Dakwah bersama IMM
Kanjuruhan Malang. Karena sekalipun baru saja melantik 18 kader baru, kondisi
keorganisasian IMM Kanjuruhan masih tertatih-tatih.
Semoga, ke-18
kader baru ditambah 3 pengurus aktif tersebut terus intiqomah dan terus
mengobarkan semangat Dakwah yang tiada padam. Dan IMM, menjelang usia setengah
abad ini semoga segera siuman dan semakin menguatkan Dakwah dan Perkaderan yang
hari ini dirasa mulai rapuh. Wollohu’alam.
Malang,
20 September 2013
A
Fahrizal Aziz