loading...

Selasa, 28 April 2015

Awal tahun yang Indah untuk PC IMM Malang



Hari Rabu (8/1/14) kemarin PC IMM Malang melakukan Rapat Pimpinan menentukan perencanaan waktu agenda setiap bidang, ada banyak rencana progam yang ingin direalisasikan pengurus. Selain yang bersifat kaderisasi semisal LID, LIM dan DAM. Ada juga kegiatan-kegiatan momentual lainnya, Progam-progam itu akan di sosialisasikan dalam waktu dekat. Di waktu yang sama pula, akan dilaksanakan kunjungan ke dua Komisariat ; IMM Unikama dan IMM Iki Budi Utomo.


Dua komisariat itu memang dikhususkan, karena selain letaknya berjauhan, kehadirannya juga masih memerlukan pendampingan intens dari Cabang. kunjungan dilaksanakan hari Jumat (10/1/14). Mas Bashir (Kabidor) yang mengkordinir. Sayang sekali saya tidak bisa ikut, karena masih harus menemani Adik saya di Blitar, hari Ahadnya saya harus mengisi Diklat Jurnalistik di MAN Kota Blitar. Walhasil, saya hanya bisa mengikutinya dari jejaring sosial PC IMM Malang yang dikelola secara intens oleh bidang Media.

Acara kunjungan ini adalah inisiatif dari Pimpinan harian yang kemudian di progamkan dalam bentuk turba (turun ke bawah). Saya masih ingat betul statemen Mas Taufik Hidayat (ketua IMM Koms. Kanjuruhan Malang) ketika pandangan umum waktu LPJ PC IMM Malang (27/10/13) silam. Ia dengan berapi-api mengatakan jika “IMM Kanjuruhan Malang sangat steril dari campur tangan Cabang.” sejurus kemudian tepuk tangan hadirin bergemuruh.

Jangan dikira tepuk tangan itu adalah pujian, itu sebuah kritik dan sindiran yang tajam. Untuk itulah, kejadian serupa tidak boleh terjadi lagi, kita harus mulai berbenah, dan langkah awalnya adalah dengan kunjungan ini. Dari foto yang diambil Mona (Kabid Media PC IMM Malang), ada beberapa PH yang turut dalam acara kunjungan itu, selain Ketum dan Kabidor, hadir juga Jumhur (Bid. Tablig), Rosa dan Jumiati (Bid. Immawati), Syahrir dan Amal (Bid. Kader) Prima (Bid. Riset) dan yang lain, fotonya agak kabur.

Kunjungan itu diisi dengan sharing bersama, sekaligus diskusi reflektif tentang kondisi IMM disana. Secara sosiologis, keberadaan IMM di Unikama dan Ikip Budi Utomo memang patut disyukuri, kedua kampus itu didominasi oleh non muslim, bahkan rektor Unikama kini adalah non muslim. Maka perlu jalinan silaturahim yang kuat, kita harus bersyukur karena masih ada kader Muhammadiyah yang getol berjuang disana. Semoga kehadiran PC IMM Malang ini bisa menguatkan Psikologis mereka.

Kedua komisariat ini memang sedang taraf berbenah, saya mengenal dengan baik dua ketuanya, Mas Nitro dan Mas Taufik, kedua anak muda yang tak pantang menyerah. Itu bisa dilihat dalam kegiatan DAD yang terakhir dilaksanakan dua komisariat ini, di Unikama misalkan, panitia inti DAD hanya tiga orang dengan 18 kader, pun di Ikip Budi Utomo, dalam diskusi disela-sela acara DAD di Yayasan Al Azhar Pulosari dulu, panitia yang standby hanya lima orang dengan jumlah sekitar 17 kader (kalau tidak salah, saya agak lupa).

Pasang surut Organisasi pasti akan terjadi, di UIN Malang saja pernah acara DAD pesertanya hanya 3 orang, namun baru-baru ini krisis itu sudah mulai menjauh, terkhir DAD di UIN Malang, dari 3 komisariat yang ada, masing-masing pesertanya diatas angka 15. Jika dalam krisis semacam itu tidak ada pengelola yang tangguh dan gigih, bisa dipastikan riwayat organisasi itu pasti akan tamat. Dua ketua komisariat ini telah menunjukkan ketangguhannya.

Menurut info dari ketum cabang, kini IMM Koms. Perjuangan Unikama hendak menata internal dan juga kader-kadernya. Memang keberadaan IMM di Unikama masih cukup baru, sebagai organisasi baru, perlu terlebih dahulu menata sistem internal. Di Ikip Budi Utomo pun juga demikian, namun orientasi mereka memang sudah lebih luas, salah satunya keinginan untuk berkompetisi di Pemilu kampus, dan mereka berharap cabang bisa ikut membantu.

Untuk yang kedua ini saya agak memberikan respon, memang sebagai organisasi Mahasiswa, keberadaan IMM cukup dilematis. Disatu sisi IMM adalah organisasi Mahasiswa, dan pilpus/pemira adalah lahan “basah” yang bisa menunjukkan eksistensinya. Namun disisi lain IMM adalah Ortom Muhammadiyah yang secara organisatoris tidak berpolitik praktis. Dilema ini yang pernah saya alami ketika dilamar salah satu partai di kampus dulu untuk maju menjadi salah satu ketua intra.

Tapi terlepas dari itu semua, IMM memang harus berani menunjukkan taringnya, dimanapun, dalam kompetisi apapun, termasuk Pemira. IMM harus mulai menunjukkan cara Politik yang lebih etis, orientasi utamanya bukan “jabatan” melainkan “nilai”. Biarpun kalah dalam pemilihan tapi selama proses mengedepankan sportifitas, itu jauh lebih mulia daripada menang tapi dengan cara yang kurang sopan.

Penilaian IMM bukan kalah-menang, itu terlalu sederhana, yang terpenting adalah masa depan lembaga itu, jika kader IMM memiliki kualifikasi itu, kenapa tidak? jika dirasa ada orang lain yang lebih Qualified, maka IMM harus legowo. Semoga niat mulia IMM IKIP budi utomo untuk berpartisipasi dalam pemira tidak membuat mereka terjebak dalam kubangan politik pragmatis dan traksasional. Jika harus kalah, lebih baik kalah sebagai kesatria.

Setelah dua komisariat itu, PC IMM Malang akan melanjutkan kunjungan ke komisariat lainnya, waktunya tidak bisa ditentukan dalam waktu dekat, selain karena masih liburan semester, tentu perlu konfirmasi. Semoga sampai akhir periode nanti, kunjungan itu bisa dilaksanakan ke semua komisariat. Amin. Dalam waktu dekat pula, PC IMM Malang secara organisatoris juga akan melakukan silaturahim dengan PDM Kota Malang. mohon doanya.

Ini awal tahun yang indah, semoga silaturahim ini bisa terus berjalan, baik secara kultural maupun formal. Personal maupun komunal. Momentual maupun terjadwal. Mari kita songsong 50 tahun IMM ini dengan kebersamaan. Fastabiqul Khairot. Jayalah IMM Jaya.

Blitar, 13 Januari 2014
Ahmad Fahrizal Aziz