Hari Rabu
(8/1/14) kemarin PC IMM Malang melakukan Rapat Pimpinan menentukan perencanaan
waktu agenda setiap bidang, ada banyak rencana progam yang ingin direalisasikan
pengurus. Selain yang bersifat kaderisasi semisal LID, LIM dan DAM. Ada juga
kegiatan-kegiatan momentual lainnya, Progam-progam itu akan di sosialisasikan
dalam waktu dekat. Di waktu yang sama pula, akan dilaksanakan kunjungan ke dua
Komisariat ; IMM Unikama dan IMM Iki Budi Utomo.
Dua komisariat
itu memang dikhususkan, karena selain letaknya berjauhan, kehadirannya juga
masih memerlukan pendampingan intens dari Cabang. kunjungan dilaksanakan hari
Jumat (10/1/14). Mas Bashir (Kabidor) yang mengkordinir. Sayang sekali saya
tidak bisa ikut, karena masih harus menemani Adik saya di Blitar, hari Ahadnya
saya harus mengisi Diklat Jurnalistik di MAN Kota Blitar. Walhasil, saya hanya
bisa mengikutinya dari jejaring sosial PC IMM Malang yang dikelola secara
intens oleh bidang Media.
Acara kunjungan ini
adalah inisiatif dari Pimpinan harian yang kemudian di progamkan dalam bentuk
turba (turun ke bawah). Saya masih ingat betul statemen Mas Taufik Hidayat
(ketua IMM Koms. Kanjuruhan Malang) ketika pandangan umum waktu LPJ PC IMM
Malang (27/10/13) silam. Ia dengan berapi-api mengatakan jika “IMM Kanjuruhan
Malang sangat steril dari campur tangan Cabang.” sejurus kemudian tepuk tangan
hadirin bergemuruh.
Jangan dikira
tepuk tangan itu adalah pujian, itu sebuah kritik dan sindiran yang tajam.
Untuk itulah, kejadian serupa tidak boleh terjadi lagi, kita harus mulai
berbenah, dan langkah awalnya adalah dengan kunjungan ini. Dari foto yang
diambil Mona (Kabid Media PC IMM Malang), ada beberapa PH yang turut dalam
acara kunjungan itu, selain Ketum dan Kabidor, hadir juga Jumhur (Bid. Tablig),
Rosa dan Jumiati (Bid. Immawati), Syahrir dan Amal (Bid. Kader) Prima (Bid.
Riset) dan yang lain, fotonya agak kabur.
Kunjungan itu
diisi dengan sharing bersama, sekaligus diskusi reflektif tentang kondisi IMM
disana. Secara sosiologis, keberadaan IMM di Unikama dan Ikip Budi Utomo memang
patut disyukuri, kedua kampus itu didominasi oleh non muslim, bahkan rektor
Unikama kini adalah non muslim. Maka perlu jalinan silaturahim yang kuat, kita
harus bersyukur karena masih ada kader Muhammadiyah yang getol berjuang disana.
Semoga kehadiran PC IMM Malang ini bisa menguatkan Psikologis mereka.
Kedua komisariat
ini memang sedang taraf berbenah, saya mengenal dengan baik dua ketuanya, Mas
Nitro dan Mas Taufik, kedua anak muda yang tak pantang menyerah. Itu bisa
dilihat dalam kegiatan DAD yang terakhir dilaksanakan dua komisariat ini, di
Unikama misalkan, panitia inti DAD hanya tiga orang dengan 18 kader, pun di
Ikip Budi Utomo, dalam diskusi disela-sela acara DAD di Yayasan Al Azhar Pulosari
dulu, panitia yang standby hanya lima orang dengan jumlah sekitar 17 kader
(kalau tidak salah, saya agak lupa).
Pasang surut
Organisasi pasti akan terjadi, di UIN Malang saja pernah acara DAD pesertanya
hanya 3 orang, namun baru-baru ini krisis itu sudah mulai menjauh, terkhir DAD
di UIN Malang, dari 3 komisariat yang ada, masing-masing pesertanya diatas
angka 15. Jika dalam krisis semacam itu tidak ada pengelola yang tangguh dan
gigih, bisa dipastikan riwayat organisasi itu pasti akan tamat. Dua ketua
komisariat ini telah menunjukkan ketangguhannya.
Menurut info dari
ketum cabang, kini IMM Koms. Perjuangan Unikama hendak menata internal dan juga
kader-kadernya. Memang keberadaan IMM di Unikama masih cukup baru, sebagai
organisasi baru, perlu terlebih dahulu menata sistem internal. Di Ikip Budi
Utomo pun juga demikian, namun orientasi mereka memang sudah lebih luas, salah
satunya keinginan untuk berkompetisi di Pemilu kampus, dan mereka berharap
cabang bisa ikut membantu.
Untuk yang kedua
ini saya agak memberikan respon, memang sebagai organisasi Mahasiswa,
keberadaan IMM cukup dilematis. Disatu sisi IMM adalah organisasi Mahasiswa,
dan pilpus/pemira adalah lahan “basah” yang bisa menunjukkan eksistensinya.
Namun disisi lain IMM adalah Ortom Muhammadiyah yang secara organisatoris tidak
berpolitik praktis. Dilema ini yang pernah saya alami ketika dilamar salah satu
partai di kampus dulu untuk maju menjadi salah satu ketua intra.
Tapi terlepas
dari itu semua, IMM memang harus berani menunjukkan taringnya, dimanapun, dalam
kompetisi apapun, termasuk Pemira. IMM harus mulai menunjukkan cara Politik
yang lebih etis, orientasi utamanya bukan “jabatan” melainkan “nilai”. Biarpun
kalah dalam pemilihan tapi selama proses mengedepankan sportifitas, itu jauh lebih
mulia daripada menang tapi dengan cara yang kurang sopan.
Penilaian IMM
bukan kalah-menang, itu terlalu sederhana, yang terpenting adalah masa depan
lembaga itu, jika kader IMM memiliki kualifikasi itu, kenapa tidak? jika dirasa
ada orang lain yang lebih Qualified, maka IMM harus legowo. Semoga niat
mulia IMM IKIP budi utomo untuk berpartisipasi dalam pemira tidak membuat
mereka terjebak dalam kubangan politik pragmatis dan traksasional. Jika harus
kalah, lebih baik kalah sebagai kesatria.
Setelah dua
komisariat itu, PC IMM Malang akan melanjutkan kunjungan ke komisariat lainnya,
waktunya tidak bisa ditentukan dalam waktu dekat, selain karena masih liburan
semester, tentu perlu konfirmasi. Semoga sampai akhir periode nanti, kunjungan
itu bisa dilaksanakan ke semua komisariat. Amin. Dalam waktu dekat pula, PC IMM
Malang secara organisatoris juga akan melakukan silaturahim dengan PDM Kota
Malang. mohon doanya.
Ini awal tahun
yang indah, semoga silaturahim ini bisa terus berjalan, baik secara kultural maupun
formal. Personal maupun komunal. Momentual maupun terjadwal. Mari kita songsong
50 tahun IMM ini dengan kebersamaan. Fastabiqul Khairot. Jayalah IMM Jaya.
Blitar,
13 Januari 2014
Ahmad
Fahrizal Aziz