loading...

Senin, 20 April 2015

Semangat dari Komisariat



Hari jum’at (8/11) yang lalu, saya bertugas untuk membuka acara DAD IMM Koms. Oxygen Universitas Brawijaya. Tugas itu dilimpahkan ketua PC IMM Malang karena dia berhalangan hadir. Jam 15.29 saya sudah hadir ditempat acara, area Masjid Mujahidin kompleks pondok pesantren Muhammadiyah di Kota Batu. Menurut undangan, pembukaan dimulai jam 15.30. Disana masih sangat sepi, beberapa menit kemudian datang dua orang panitia dan menjelaskan jika yang lain sedang dalam perjalanan. Saya memaklumi, karena mempersiapkan DAD memang butuh persiapan yang matang, terutama untuk menyamakan jadwal kuliah, karena DAD biasanya berlangsung tiga hari ; jum’at, sabtu dan ahad.


Akhirnya saya menanti di serambi masjid sambil menikmati pemandangan sekitar, kebetulan Masjid Mujahidin letaknya didataran tinggi, sehingga kita bisa menikmati view kota batu dari serambi itu. Sementara saya amati, dua panitia yang baru hadir itu dengan sigap mempersiapkan tempat acara. Mulai dari menata kursi, memasang banner hingga membersihkan sebagian ruangan yang hendak digunakan kegiatan. Sebuah semangat yang begitu tulus.

Saya jadi teringat moment beberapa tahun lalu, saat masih menjadi PH Komisariat. Bagaimana kompleksnya mempersiapkan acara DAD, ditambah sumber daya panitia yang minim. Kini Komisariat Pelopor –komisariat tempat asal saya—sudah lumayan membaik. Terakhir ini DAD telah berhasil merekrut 24 kader. Alhamdulilah, sebuah pencapaian yang patut disyukuri.

Ketika melihat keuletan dan semangat dari Komisariat Oxygen, saya jadi terenyuh. Beberapa kali saya berkunjung ke komisariat-komisariat yang cenderung baru atau mengalami kendala dalam rekruitment kader. Misalkan di IMM Budi Utomo dan IMM Universitas Kanjuruhan. Bahkan di IMM Kanjuruhan sendiri, terakhir DAD hanya diurusi tak lebih dari 5 orang panitia dan mendapatkan sekitar 18 kader baru. Sebuah perjuangan yang luar biasa dan patut disyukuri. Kita masih punya banyak stock anak-anak bangsa yang tulus untuk berjuang.

Saya pikir, masih banyak sosok-sosok serupa yang hadir di komisariat lain. Apalagi IMM di Malang ini berjumlah 21 Komisariat. Sebuah angka yang tidak bisa dibilang sedikit. Jika dikalkulasikan jumlah kadernya, tentu sangat banyak, dalam satu angkatan bisa ratusan. Maka peran IMM untuk mendidik kader-kader ini menjadi pribadi yang Intelek, religius, dan Humanis semakin dibutuhkan. Sekalipun tidak mudah, karena ukuran keberhasilan dari perkaderan pun tidak dijelaskan secara spesifik, namun setidaknya IMM memberikan motivasi yang lebih baik lagi bagi kader-kadernya untuk semakin menghidupkan sensitifitas moral dalam aspek apapun ; gerakan, intelektual, politik, hukum, dll.

Kerja keras dari Komisariat untuk merekrut para kader itu patut menjadi renungan bagi pimpinan yang diatasnya, karena bagaimanapun Komisariat lah yang menghasilkan kader. Bukan IMM Cabang, Daerah ataupun Pusat. Para panitia yang berjibaku dan bersusah payah untuk mempersiapkan kegiatan perkaderan di IMM itulah sebenarnya “sosok” yang paling berjasa dalam melanjutkan prosesi perkaderan di IMM dan Muhammadiyah. Tanpa mereka, tak ada kader baru dan tak ada regenerasi.

Kerja keras dan Semangat yang dilakukan oleh para PH komisariat itu harus menjadi cambuk berharga bagi Cabang, DPD, Hingga DPP untuk merumuskan kebijakan-kebijakan yang progresif. Jangan sampai, level Cabang, DPD, dan DPP tidak mampu melihat semangat dari Komisariat dan hanya sibuk untuk berdebat masalah posisi struktural yang terlampau politis dan birokratis. Ada kalanya yang di atas belajar dari semangat Komisariat. Semangat yang tulus tanpa pamrih dan tendensi apapun. Wallohu’alam


Malang, 28 November 2013
A Fahrizal Aziz