loading...

Senin, 13 April 2015

Rapat formatur itu berlangsung khidmat



Satu hal yang berbeda dari pelaksanaan Musycab IMM Cabang Malang 2013 ini. Pemilihan ketua umum tidak lagi melalui voting akbar, melainkan sidang formatur yang berisi 13 orang. Formatur dipilih oleh para peserta Musyawarah dari semua komisariat. Mekanisme ini mengikuti apa yang tertuang di Tanfidz hasil Muktamar IMM di Medan. Saya termasuk ke 13 orang yang diberi amanah untuk menjadi formatur tahun ini.


Tugas pertama yang harus diselesaikan formatur adalah pemilihan ketua umum, sekretaris dan bendahara. Ketiganya sebisa mungkin harus terpilih sebelum acara Musycab ditutup. Dari 13 nama yang terpilih, ada 4 nama yang bersedia menjadi ketua umum. Saya, Mas Yusuf (UIN), Mas Akbar (UM) dan Mas Didik (UMM). Dalam rapat, saya menyarankan supaya tidak ada voting. Lebih baik Musyawarah terbuka, apalagi hanya 13 orang. Sistem voting tidak cukup baik karena bersifat tertutup.

Rapat dibuka dengan perkenalan dan dialog. Kemudian kami berembuk, siapa yang akan menjadi ketua umum? Karena dari empat nama semua bersedia, maka saya mengundurkan diri agar lebih mengerucut, lagipula saya juga tidak terlalu berambisi. Mas Akbar lebih dahulu mencabut kesediannya di awal. Hanya tersisa dua nama ; Yusuf dan Didik.

Sempat terjadi dialektika. Saya –sebagai orang yang pernah duduk di cabang periode sebelumnya—harus menyampaikan banyak hal terkait data dan fakta kepengurusan kemarin yang barangkali tidak begitu dipahami teman-teman formatur lainnya. Termasuk isu pendirian cabang dua. Mungkin penjelasan saya agak kasar, tapi itu harus saya sampaikan demi keterbukaan.

Dan setelah melalui proses dialektika, kami bersepakat untuk memilih Mas Yusuf Hamdani Abdi sebagai ketua umum. Alasannya, karena Mas Yusuf periode sebelumnya sudah di Pimpinan Cabang, otomatis lebih banyak mengerti dengan kondisi cabang saat ini. Selain itu, untuk memimpin cabang ini dibutuhkan sosok yang dikenal dan diterima semua kalangan. Mas Yusuf dinilai memiliki syarat tersebut.

Akhirnya, tanpa voting dan tanpa perdebatan panjang, diputuskanlah ketua umum PC IMM Malang periode 2013-2014. Sebuah pemilihan yang indah, apalagi di IMM Malang yang sejak dulu terkenal dengan Cabang yang terlalu Politis. Kini kami bisa membuktikan jika pemilihan ketua umum, bisa berjalan cukup khidmat. Setelah itu, barulah kami menentukan sekretaris umum, dan Mas Didik –yang sebelumnya bersedia sebagai ketua umum—dengan besar hati mengisi posisi itu. Alhamdulilah.

Proses pemilihan ketua umum dengan mekanisme seperti ini sangat efektif untuk meminimalisir disintegrasi lembaga. Sebelum-sebelumnya, pemilihan ketua umum dilaksanakan melalui voting akbar, semua peserta musyawarah terlibat aktif. Ada pemaparan visi misi, ada debat kandidat dan lain sebagainya. Tidak sedikit terjadi permainan politik. Misalkan, nama yang sebelumnya tidak terlalu diperhitungkan, ternyata menang sebagai ketua umum. Ini akan berdampak pada partisipasi kepengurusan. Itu sudah terbukti.

Pemilihan yang melalui sistem formatur ini sebenarnya juga meminimalisir kepentingan-kepentingan politik. Kita patut bersyukur, untuk maju sebagai formatur selevel Pimpinan Cabang, tidak perlu mengeluarkan sepeser uang pun. Ini berbeda dengan dinamika organisasi mahasiswa yang lain –saya tidak bisa menyebutkan merk—dimana agenda musycab saja perlu tim sukses dan anggaran yang tidak sedikit.

Di IMM, semoga pola-pola seperti itu bisa diminimalisir, bahkan kalau perlu dibuang jauh-jauh. Agar kedepan, dari organisasi sayap Muhammadiyah ini akan lahir sosok pemimpin yang berintegritas tinggi serta di cintai oleh rakyat. Bukan pemimpin yang berambisi dan mengumbar segala janji. Akhirnya, sebagai kader IMM, kita harus mensyukuri pemilihan yang khidmat ini. wallohu’alam. (*)

Malang, 1 November 2013
*A Fahrizal Aziz