loading...

Kamis, 02 April 2015

Saatnya membangun IMM Cabang Malang



Setelah selesai di komisariat dan kemudian masuk IMM Cabang, saya lebih banyak menjadi pengamat, jalan-jalan ke Komisariat-komisariat, berdiskusi masalah IMM di Malang dari berbagai sudut pandang, disana banyak yang saya temukan, mulai dari kekecewaan teman-teman komisariat dengan kondisi cabang yang kian hari semakin memprihatinkan, setidaknya cabang belum mampu diterima oleh semua pihak. Dan itu menjadi sebuah refleksi yang harus segera kita atasi bersama.


Tak sedikit kritik yang terucap, menginginkan agar gerakan IMM Cabang Malang lebih akomodatif, tulus, tanpa tendensi apapun, hingga pada titik kejenuhan, muncullah gerakan pendirian cabang dua. Sekilas, cabang dua memang terlihat emosional dan radikal, terlebih gerakan cabang dua juga ditanggapi sangat sinis, tak jarang ada kata resistensi, kekecewaan,  ambisius, dan lain sebagainya.

Padahal kita harus jujur, fungsi cabang selama ini tidak begitu berjalan bagus,. Ini harus saya sampaikan, sekalipun saya sendiri adalah anggota cabang dan menyalahkan cabang berarti sama pula menyalahkan diri sendiri, tapi untuk kebaikan bersama kita harus berani jujur, sekalipun itu terasa pahit. Bahkan ketua cabang sendiri, Arif Rahmawan juga pernah berkata demikian, dalam sebuah rapat ia pernah berkata “Selama ini seolah-olah fungsi cabang hanya satu ; membuka dan menutup acara jika komisariat punya hajat” itupun kalau diundang.

Banyak PR cabang yang harus diselesaikan, mulai dari hubungan dengan komisariat-komisariat (khususnya non ptm) yang semakin redup, hubungan dengan PDM yang tak kunjung membaik, bahkan itu berimbas pada komisariat lain jika ada hajat dan harus melibatkan PDM. Dan hal-hal yang bersifat fundamental seperti perkaderan dan dakwah yang kian hari semakin tak bertaji. Meskipun tidak mungkin cabang mampu memuaskan 21 komisariat, tapi setidaknya cabang hadir di moment yang tidak hanya bersifat formal dan mampu memberikan sumbangsih moril karena medan dakwah tidak selalu mudah.

Kritik itu penting, karena dengan itu kita bisa bercermin, namun ada hal yang lebih penting lagi dan harus kita tempuh sebagai tanggung jawab sosial, yaitu melakukan aksi yang lebih solutif dari sekedar saran. IMM Cabang pasca periode Arif Rahmawan ini akan banyak ‘peluang’ kawan-kawan (khususnya non ptm) untuk membangun cabang, dengan kondisi yang ada, dimana komisariat di UM, UB, UIN, IBU, dan UK yang telah memasuki fase kedekatan, dan forum IMM non PTM juga sudah aktif kembali.

Ada banyak nama yang akan menjadi alternatif, semisal Akbar Atmaja dari UM, Farihul Muflihin dari UIN, Deny Aditya dari UB, Muklisin dari Ikip Budi utomo. serta banyak nama domisioner pula yang memiliki kapasitas untuk membangun cabang ; Ilfatul, Nely, Ega, Tiwi, Elsa dari UM. Amal, Prima, Fani, dari UB. Fajrin, Ahsan, Arif, Fatin, dari UIN. Dan kader-kader lainnya, tentu dengan potensi yang ada, sangat mungkin jika IMM non PTM akan memberikan warna tersendiri bagi IMM Cabang Malang yang selama ini dirasa belum begitu akomodatif.

Kini saatnya kita bersinergi untuk membangun IMM Cabang Malang bersama, setelah kita mempelajari kelemahan yang ada. Fastabiqul khairat. :D

Malang, 30 Agustus 2013
A Fahrizal Aziz