loading...

Selasa, 28 April 2015

Acara perdana bidang sosmas yang sempat bikin cemas



Ini untuk pertama kalinya IMM Cabang Malang mengadakan pelatihan tanggap bencana yang di kelola oleh bidang Sosial dan Pemberdayaan Masyarakat. Acara itu berlangsung selama tiga hari (7-9/03/14) di taman wisata temas kota Batu dan di support penuh oleh relawan MDMC (Muhammadiyah Disaster and Mitigation Center), tak lupa juga oleh TNI (Tentara Nasional Indonesia) yang berbaik hati meminjamkan tenda dan truck besarnya untuk pelatihan. Saya ingin sedikit mendeskripsikan model kegiatan beserta kekisruhan yang terjadi sebelum acara berlangsung.


Awalnya, saya beserta pimpinan yang lain sempat pesimis akan keberlangsungan acara tersebut. Pertama, karena ketidak jelasan konsep acara. Kedua, ada ancaman serius dari panitia dan komisariat. Bahkan banyak komisariat yang akhirnya menarik kembali kadernya yang menjadi panitia dengan alasan ‘tidak jelasnya’ acara tersebut. Ketiga, masalah pendanaan dan partisipasi peserta kegiatan.

Idealnya, konsep sudah disusun secara matang sebelum Cabang mengirimkan surat pendelegasian kepanitiaan ke komisariat. Tapi hingga terbentuk kepanitiaan, saya pribadi beserta pimpinan cabang yang lain belum tahu menahu secara utuh bagaimana konsep kegiatan. Lalu timbul satu pertanyaan serius, mengapa Cabang berani mengadakan kegiatan ini jika konsepnya belum jelas? Dari penjelasan Mas Randi, selaku kabid SosPeMas PC IMM Malang, saya bisa mengambil beberapa kesimpulan.

Pertama, acara pelatihan ini merupakan tawaran khusus dari Mas Arif Nur Kholis, sekretaris MDMC PP Muhammadiyah ketika Mas Randi mengikuti pelatihan penanggulangan bencana di Hotel UMM Inn beberapa waktu lalu. Selain Mas Randi, sosok yang menjadi katalisator acara ini adalah Mona Atalina, Kabid Media PC IMM Malang yang juga Tim Media PP Muhammadiyah yang kebetulan memiliki kedekatan dengan PP Muhammadiyah. di rencanakan pelatihan di persiapkan untuk bencana Gunung Kelud. Namun, ternyata takdir berkata lain. Gunung kelud justru terlebih dahulu meletus.

Penjelasannya, harusnya PC IMM Malang beserta pihak MDMC bertemu beberapa kali untuk membahas konsep ini sembari berjalannya kepanitiaan. Namun karena ada bencana kelud tersebut, konsentrasi MDMC pun beralih ke tempat bencana. Sehingga, waktu yang harusnya kami gunakan untuk membahas konsep jadi berkurang. Walhasil, konsep yang harusnya kita bahas beberapa kali, hanya bisa sekali, itu pun satu hari menjelang acara berlangsung.

Kedua, acara ini sudah diundur satu minggu, dan setelah menjelang hari H konsep secara utuh belum diketahui, ada kekhawatiran dari panitia, mereka meminta agar acara dimundurkan lagi. Wacana untuk memundurkan acara pun sempat muncul di rapat PH PC IMM Malang. Namun PH yang hadir waktu itu menyatakan jika tanggal pelaksanaan tetap sesuai jadwal 7-9 Maret 2013. Akhirnya, sebagian komisariat menarik kembali kadernya yang menjadi panitia, dan tersisa beberapa saja.

Kami mempertimbangkan masalah waktu. Para Instruktur dari tim MDMC sudah bersedia untuk menetap selama tiga hari di Malang, yaitu tanggal 7-9 maret tersebut. Kami tidak berani mengundurkan tanggal acara karena dua kemungkinan. Yaitu, para tim MDMC tersebut rata-rata berasal dari Jogja dan Jawa tengah. Mereka rela datang ke Malang hanya untuk pelatihan ini, jika diundur lagi, belum tentu mereka bisa hadir, dan jika acara dibatalkan, tentu resiko yang terjadi akan lebih besar. Selain itu, Cabang harus melaksanakan agenda bidang lainnya, jika pelatihan ini diundur lagi, ditakutkan akan merusak planning bersama yang dibuat di Raker (rapat kerja) PH PC IMM Malang periode 2013-2014.

Ketiga, ini merupakan acara pertama yang dilaksanakan IMM Cabang Malang. Mas Arif Nur Kholis, sekretaris MDMC pun juga mengatakan jika ini adalah acara pertama MDMC yang diselenggarakan dengan IMM. IMM Jogja, yang dekat dengan PP Muhammadiyah pun belum pernah mengadakan acara semacam ini. Karena masih perdana, tidak heran jika Bid. SosPeMas dan panitia pun akhirnya kelimpungan. Apalagi dikejar-kejar waktu dan juga terjadi bencana kelud yang tidak diduga-duga.

Keempat, jujur saja. Dari semua PH PC IMM Malang, hanya Mas Randi yang pernah mengikuti kegiatan serupa. Kami PH yang lain tidak paham bagaimana model pelatihan tersebut. Tawaran dari MDMC ini merupakan tantangan bagi PC IMM Malang. gagal bukan menjadi soal, yang penting ada hikmah yang bisa dipetik dan bisa menjadi cermin bagi IMM yang lain jika hendak mengadakan kegiatan serupa. Andaipun acara ini gagal, setidaknya bisa menjadi pelajaran bagi IMM baik Komisariat, Cabang, hingga level selanjutnya agar tak mengulangi kegagalan yang sama.

Saya juga melihat kegigihan Mas Randi selaku kabid SosPemas yang bekerja ekstra-keras untuk mewujudkan kegiatan ini. kemampuannya membagi waktu untuk mempersiapkan acara dan juga mengkoordinir relawan bencana gunung kelud. Secara normal, harusnya Mas Randi sudah putus asa, menyerah, dan meng-cancel acara ini dikarenakan kesibukan yang padat dan juga waktu yang terbatas. Tapi agaknya hal itu tidak pernah terlintas di benaknya, ia berjalan terus untuk menjadi pelopor. Saya tahu banyak PH/panitia yang grundel hatinya sebelum dan selama kegiatan ini berlangsung. Tapi saya memaklumi, beratnya di posisi Mas Randi.

Saya yang “tak tahu menahu” pun hanya bisa mensupport tenaga dan pikiran. Selama tiga hari, saya stand by di tempat acara, tak kemana-mana, meskipun tak banyak yang bisa saya perbuat, selain ikut menghabiskan konsumsi, snack, dan kopi. hehe

Akhirnya acara berlangsung juga, hanya beberapa komisariat yang mendelegasikan peserta, ditambah delegasi dari IPM Kota batu. Tiga pemateri utama datang, dr. Catur, dr. Zuhdiyah, dan Dr. Zakaria, M.Psi. Sisanya di handle langsung oleh tim MDMC seperti Mas Arif, Mbah Darmo (saya lupa nama lengkapnya, maaf), Mas Faruq dan beberapa orang dari komunitas relawan Muhammadiyah (KRM) yang datang langsung dari Surabaya dan Jember.

Ada rasa haru ketika acara akhirnya berlangsung, karena siangnya, sekitar pukul 14.00 hingga adzan ashar berkumandang, kami dibayang-bayangi oleh kegagalan acara ini. truck peserta belum juga datang. Saya bersama Mas Didik, sekretaris umum dan juga Mas Jumhur, Sekbid Tablig menanti di tempat acara dengan perasaan was-was. Di depan UMM –tempat berkumpulnya peserta— truck TNI sudah datang, hanya ada sepuluh orang. Mereka tidak mau mengantarkan peserta yang jumlahnya hanya sepuluh orang. Karena instruksi komandan, peserta lebih dari 30 orang. Akhirnya setelah menanti dan melobi sana-sini, Truck TNI bersedia berangkat.

Satu hari sebelum acara berlangsung, dana dari lembaga belum turun, jumlah peserta juga belum pasti, dana yang ada hanya ratusan ribu, jangankan untuk melaksanakan acara, untuk membayar sewa tempat pun tidak cukup. Kami was-was lagi. Alhamdulilah, atas kegesitan PH, dana bisa di dapat di hari jum’at. Akhirnya Kami bisa shalat jum’at dengan tenang. Allohu Akbar!

Panitia yang hanya tersisa beberapa orang, berjuang ekstra keras, Lubis –ketupel—melakukan koordinasi luar biasa. Ia sempat bingung, ia belum pernah melaksanakan acara yang serba “tak terduga” seperti ini. Tapi saya salut, IMM Aufklarung harus bangga memiliki kader seperti dia. Saya juga salut dengan tiga adik komisariat saya ; Fahmi, Alpin dan Mardiyah yang didelegasikan langsung oleh IMM Koms. Pelopor UIN sebagai panitia. Mereka bekerja keras dari jum’at pagi hingga acara selesai. Untuk panitia lain yang saya tak tahu namanya, terima kasih banyak. Semoga Allah membalas kebaikan kalian semua.

Acara inti baru di mulai sehabis Isya’, di awali dengan perkenalan, saya memandu acara perkenalan tersebut. Untung saja, para relawan dari KRM malam itu bisa mencairkan suasana dengan humornya yang kocak dan njeleneh, sehingga suasana menjadi lebih santai. Dilanjutkan materi pertama yang diisi oleh dr. Catur, dokter lulusan Universitas Brawijaya yang juga penanggung jawab LPB mdmc Jawa Timur. Dari dokter Catur, saya jadi tahu, jika menjadi relawan tidak harus ketika pas bencana. Tapi ada tiga tahap ; pra, pas dan pasca. Jangan dikira setelah gunung kelud meletus, ‘lowongan’ untuk menjadi relawan itu usai, masih ada upaya untuk Recovery dan Rehabilitasi pasca bencana terjadi.

Keesokan harinya, materi diisi oleh tim mdmc dan juga dokter Suudiyah yang datang jauh-jauh dari lamongan. Materi yang dibawakan dokter Suudiyah adalah Basic life support sekaligus simulasi singkat bagaimana menolong korban bencana, mengevakuasinya hingga menolong para penderita penyakit tertentu semisal penyakit jantung. Ternyata tidak gampang, tapi tidak terlalu sulit jika di coba.

Hari minggunya, acara outbond di gelar. Karena minimnya peserta, panitia pun akhirnya nimbrung dalam kegiatan outbond tersebut. Outbond di pandu oleh empat orang dari IMM Psikologi UMM. Saya tidak mengikuti dari awal, karena ketika outbond di mulai, saya pergi ke ruangan untuk menge-cas baterai kamera, inginnya menanti sekitar 15 menit sampai baterai terisi dan kamera bisa digunakan, tapi apa daya, saya justru ketiduran dan terbangun dua jam kemudian. Saya bangun dan bergegas menuju lapangan, disana sudah dilaksanakan game terakhir.

Akhirnya acara ditutup ba’da dhuhur. Hujan sempat turun mengiringi pemulangan peserta. Mas Prima, sekbid RPK itu dengan setia menjadi ‘sopir’ yang mengantarkan mereka. Mau bagaimana lagi, tidak semua PH PC IMM Malang bisa mengemudikan mobil. Akhirnya kami semua bersih-bersih ruangan dan bersiap pulang.

Saya tahu, akan banyak yang membicarakan acara ini, membicarakan gagal-suksesnya. Itu hal biasa. Tapi semua telah bekerja keras, duet Mas Randi dan Mas Yosi beserta PH dan Panitia. Tak ada yang perlu di sesali! Fastabiqul khairat! (**)


Blitar, 10 maret 2014
A Fahrizal Aziz